x

Seorang demonstran asal Pekanbaru menyapu sampah seusai unjuk rasa di depan gerbang gedung DPR/MPR, Sabtu pagi, 5 November 2016. TEMPO/Rezki

Iklan

margaretha diana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kalau Mau Bersih, Sana ke Bintang Lima!

Sering kali, 'Kebersihan Adalah Sebagian dari Iman' masih sebatas jargon

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebersihan Adalah Sebagian dari Iman. Rasa-rasanya kalimat tersebut sudah terbiasa kita dengar sedari kecil bukan? Tentang kebersihan yang wajib kita jaga, wajib menjadi bagian dari keseharian hidup kita. Tapi sering kita jumpai, kalimat tersebut hanya jargon semata. 

Beberapa waktu lalu--dan ini adalah kejadian kesekian kalinya--saat berada di tempat wisata, saya kesulitan menemukan toilet bersih. Bersih yang saya maksud di sini bukan berarti layaknya kamar mandi di rumah sendiri. Tapi, cukup dengan keadaan air yang bersih dan keadaan aroma khas wc umum yang tak terlampau menyengat. Tapi sayangnya, yang saya temukan bukan saja bau yang amat sangat menyengat dan noda-noda kotoran yang sepertinya hanya dibersihkan ala kadarnya oleh si penjaga. Kali itu saya juga menemukan 'harta karun' yang dibuang oleh para pengguna toilet, seperti, maaf, pembalut yang dibuang sekenanya, tissue yang telah terpakai. 

Ini kita baru bicara tentang tempat wisata lho. Bisa dibayangkan bagaimana 'penampilan' pemandian umum ataupun toilet di kolam renang umum. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang paling miris seringkali justru reaksi penyangkalan dari para pelakunya. Jika ada yang berbaik hati sekedar menasehati, jawaban yang diterima justru bikin panas kuping.

"Kalau mau toilet bersih, ya sana ke hotel bintang lima. Jangan di sini."

Apa memang separah itu kesadaran masyarakat kita dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita? Saya jadi ingat, beberapa kali saya mengajak anak-anak untuk jalan-jalan santai di kawasan GOR Jatidiri Semarang. Sengaja saya membawa tas plastik besar dari rumah. Di sepanjang perjalanan, kami bertiga memunguti sampah yang ada di seputaran GOR. Hitung-hitung mengajari anak-anak menjaga lingkungan atau sekadar menyumbang tenaga untuk kebersihan lingkungan GOR. Toh, kita pakai secara gratis.

Waktu tas plastik yang kita bawa sudah penuh terisi sampah, saya bertanya kepada salah seorang satpam GOR tentang lokasi tempat sampah utama. Dan, saya mendapatkan sebuah jawaban yang cukup membuat saya geli. 

"Mau mulung ya mbak? Di sekitar sini gak ada tempat sampah besar. Kalau mau mulung di luar saja. Sekitar 100 meter dari sini ada box sampah besar, biasanya banyak sampah plastik di sana."

Hahahahaha. Begitulah, pada akhirnya tas plastik tersebut memang saya bawa dan saya buang di tempat sampah besar yang saya tahu ada di sepanjang perjalanan pulang dari GOR. Kebetulan letak tempat sampah itu tak jauh dari rumah seorang kawan saya. Kawan ini memang tahu kebiasaan saya, yang menurutnya kurang kerjaan, dan beberapa kali tertawa geli melihat saya pulang dari GOR dengan menenteng tas plastik berisi penuh sampah. Hal itu juga yang membuatnya berpesan pada saya untuk menitipkan bungkusan "harta karun" tersebut di tempat sampah umum di depan rumahnya kalau saya selesai berburu harta. Hahahahaha

Ada yang bilang, manusia yang beradab adalah manusia yang menghargai alam sekitarnya, bukan hanya sesama manusia. Ah, benarkah bangsa ini memang belum sepenuhnya beradab?

Entahlah...

Ikuti tulisan menarik margaretha diana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB