x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Trump Presiden, Novel Orwell ‘1984’ Laris Kembali

Penjualan novel 1984 karya George Orwell tiba-tiba meningkat menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“The Party told you to reject the evidence of your eyes and ears. It was their final, most essential command.”
--George Orwell, 1984

 

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS membangkitkan kembali George Orwell dari tidur panjangnya dalam sejarah. Para sejarawan mengingatkan masyarakat Amerika tentang pengalaman historis bangsa-bangsa yang pernah diperintah rezim totaliter yang meraih kekuasaan melalui jalan demokratis. Sedangkan Orwell bagai mengimbau masyarakatnya agar membaca kembali karya fiksinya yang mashur, sebuah novel distopian klasik berjudul 1984.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak Trump disebut-sebut memenangkan pemilihan November lalu, banyak orang mencari kembali novel 1984. Boleh jadi, tulisan para jurnalis dan kolumnis terkait pidato-pidato Trump menjadi stimulan bagi masyarakat untuk ingin tahu—bagi yang belum—dan untuk membaca kembali—bagi yang sudah pernah membaca—novel Orwell itu. Novel 1984 mengisahkan masa depan distopin ketika pikiran-pikiran kritis masyarakat ditekan dan dikendalikan oleh rezim totaliter.

Ketika Trump dinyatakan menang, penjualan novel 1984 meningkat. Dan semakin meningkat ketika salah satu penasihat Trump, Kellyanne Conway, hari Minggu lalu mengucapkan frasa ‘alternative facts’ untuk membela juru bicara Gedung Putih Sean Spicer yang mengatakan jumlah khalayak yang menghadiri pelantikan Trump jauh lebih banyak daripada yang menghadiri pelantikan Barack Obama. Media AS menyebut Spicer telah berbohong dengan menunjukkan bukti berupa foto.

Para penulis yang membaca Orwell mengatakan istilah yang dipakai oleh Conway untuk membela Spicer itu mengingatkan kepada novel 1984—rezim otoriter memakai istilah semacam itu untuk menyembunyikan kebenaran. Penerbit Penguin mencetak 75 ribu eksemplar pada minggu ini untuk merespon permintaan masyarakat yang tiba-tiba meningkat tajam. Dalam daftar buku terlaris versi Amazon.com, novel 1984 menempati urutan ke-6 pada Senin lalu, kemudian melompat ke urutan 2 pada Selasa sore, dan kemudian bertengger di urutan teratas sejak Rabu pagi (25 Jan 2017).

Di luar AS, minat terhadap 1984 rupanya juga meningkat. Beberapa media menyebutkan, hingga akhir 2016, penjualan novel klasik ini meningkat 20 persen di Inggris dan Australia dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kecenderungan ini mendorong Penguin untuk menerbitkan pula karya sejenis, yakni It Can’t Happen Here karya Sinclair Lewis yang mengisahkan kebangkitkan para demagog—bahkan tengah naik cetak ketiga kali. Brave New World karya Aldous Huxley juga diterbitkan ulang dan menarik minat masyarakat.

Masyarakat agaknya tengah berusaha memahami adakah kesejajaran alamiah antara apa yang dilakukan Trump dan timnya dengan fiksi distopian yang dikisahkan oleh Orwell, Clair, maupun Huxley. Mereka ingin tahu apakah pemakaian istilah ‘alternative facts’ adalah permulaan dari kehadiran rezim yang mengendalikan pikiran masyarakat. Barangkali ini kekhawatiran yang berlebihan, tapi sebagian masyarakat Amerika agaknya lebih memilih untuk berjaga-jaga. (Sumber foto ilustrasi: cnbc.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB