Puan: Goresan Canting di Selembar Kain Mengandung Kearifan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berita

“Dewasa ini penggunaan batik makin beragam, tidak hanya untuk keperluan sandang dalam arti luas, tetapi juga untuk kebutuhan rumah tangga, interior hotel serta gedung-gedung, dan sebagainya,” terdengar sambutan ibu Puan Maharani dengan suara yang mantap.

Hari itu (25/01/2017) adalah peresmian acara Cipta dan Alun Budaya dengan tema “Perempuan dan Canting”. Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) di Jakarta yang menyelenggarakannya. Begitu banyak pengunjung hari itu. Ibu Puan adalah satu diantara mereka. Beliau turut hadir di tengah-tengah mereka sebagai pejabat pemerintah (kemenko PMK) dan sekaligus anggota Iluni UI.

Rangkaian acara peresmian itu diantaranya diisi dengan peluncuran perdana “batik UI” yang pertama kali diserahkan secara simbolis ke Bu Menko dan penyerahan penghargaan oleh ibu menko kepada kedua penggiat batik: Nani Lestari & Rusydi Bawazir.

Dalam sambutannya, ibu Menko menuturkan pentingnya perasaan bangga untuk membeli dan memakai hasil industri kreatif anak bangsa, bernama batik. “Batik itu milik kita, batik itu milik Indonesia, keunikannya tidak dimiliki bangsa lain”.

Dengan demikian, “kita turut melestarikan budaya, memperkuat jati diri bangsa, turut menyejahterakan bangsa dan negara Indonesia”.

Seruan itu menyebut ‘kita’. Yang dimaksudkannya adalah semua pihak, baik dari jajaran pemerintah, pelaku usaha, seniman, masyarakat dan perguruan tinggi untuk melaksanakan komitmen dalam melestarikan serta mengembangkan warisan budaya batik Indonesia.

Dengan pembawaannya yang ramah, tersenyum namun meyakinkan, Menko PMK juga mengingatkan, bahwa batik Indonesia merupakan salah satu ikon budaya hasil kearifan bangsa Indonesia. Batik Indonesia telah terinskripsi pada Daftar Representatif sebagai Budaya Tak benda Warisan Manusia pada 4th Session of the Intergovernmental Committee on Safeguarding Intangible Cultural Heritage UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, 30 September 2009.

Ibu Puan menyebut batik atau selembar kain yang dipenuhi goresan yang artistik sebagai mengandung warisan sejarah.

“Goresan canting di selembar kain”, tuturnya, “sesungguhnya bercerita tentang kearifan budaya bangsa kita yang dinarasikan dan diajarkan bukan saja antargenerasi, melainkan juga intergenerasi”.

Melalui pemahaman makna simbolik yang dikandungnya, batik dapat menjadi media dalam menanamkan nilai-nilai pembangunan manusia Indonesia yang berintegritas, beretos kerja, dan bersemangat gotong-royong.

Ibu Puan juga menyebut munculnya kecenderungan baru di kalangan anak muda untuk mencintai batik. “Sudah saatnya kita memperlihatkan lagi batik dengan cara yang beda. Anak muda sudah tertarik lagi dengan batik tapi modelnya harus disesuaikan dengan selera mereka”.

Tapi yang paling ditekankan, ibu Puan menegaskan pentingnya keterhubungan atanra perguruan tinggi dan dunia kerja. “Pemerintah sedang mendorong Pendidikan vokasional supaya ada link & match antara universitas seperti UI dengan kebutuhan tenaga kerja industri”, tuturnya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ahmad Arok

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler