x

Iklan

Rico Supriyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

UIN Malang: Padukan Tradisi Pesantren dan Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi melahirkan para intelek, sedangkan pesantren melahirkan para ulama. Lalu, bagaimana jika kedua lembaga terebut dipadukan ?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perguruan tinggi melahirkan para intelek yang professional, sedangkan pesantren melahirkan para ulama. Lalu, bagaimana jika kedua lembaga terebut dipadukan  menjadi satu? Maka akan lahirlah intelektual professional yang ulama atau ulama yang intelektual professional. Itulah visi utama yang kini sedang dilaksanakan oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sejak tahun 2004. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Dr. H. Imam Suprayogo sebagai rector pertama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang “kalau kita ingin konsisten ingin membuat ulama yang intelek, intelek yang ulama, Mukti ali mengatakan, tidak pernah ada ulama yang lahir dari lembaga selain pesantren. Pesantren itulah dalam sejarahnya di Indonesia melahirkan para ulama itu, kampus melahirkan intelektual itu. karena itulah maka saya rumuskan kalau kampus ini yang sekarang menjadi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang maka harus dilengkapi dengan  pesantren”.

Integrasi antara budaya pesantren dan perguruan tinggi tersebut bisa dilihat dari adanya kewajiban bagi mahasiswa baru untuk tinggal di pesantren yang bernama Ma’had Sunan ampel al-aly selama satu tahun. Adapun lokasi ma’ah tersebut yaitu berada di dalam area kampus UIN Malang. Di sana, Mahasiwa baru diajarkan berbagai aktivitas layaknya di pesantren seperti sholat berjama’ah di Masid, taklim Al-Qur’an, Taklim Afkar, Tashih Al-Qur’an, shobahul lughah dan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang menunjang kedalaman spiritual dan keagungan akhlak dari setiap mahasiswa. Hal ini sesuai dengan visi UIN Malang itu sendiri yaitu kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan professional. Di mana 2 poin yang pertama didapatkan dari Ma’had dan 2 poin selanjutnya didapat dari kampus. Adapun pelaksanaan kegiatan-kegiatan ma’had tersebut adalah mulai dari setelah shalat subuh hingga jam 07.30 sebelum program perkuliahan dimulai.

Selain budaya pesantren, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga memiliki unit khsus yang mewadahi para penghapal Al-Qur’an atau para calon penghapal Al-Qur’an. Di sini para mahasiswa yang sudah memiliki hapalan Al-Qur’an ataupun mahasiswa tidak memiliki hapalan akan tetapi memiliki keinginan yang kuat untuk menghapalkan Al-Qur’an, akan diwadahi, dibimbing dan diawasi oleh lembaga yang bernama Haiah tahfidzul Qur’an. Dan bukan cerita yang aneh jika ada mahasiswa yang masuk UIN Malang yang tidak memiliki hapalan, kemudian ketika lulus memiliki hapalan Al-Qur’an mulai dari 5 juz, 10 juz, 15 juz bahkan ada yang selama 4 tahun belajar di UIN Malang mampu menghapalkan Al-Qur’an lengkap 30 juz.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terakhir, yang membedakan UIN Malang dengan UIN-UIN yang lain adalah adanya kewajiban bagi mahasiswa baru untuk mengikuti program pengembangan bahasa arab (PPBA) selama satu tahun atau selama tinggal di Ma’had. Dengan metode yang mudah dan menarik, mahasiswa baru diajari bahasa arab sesuai dengan kemampuan masing-masing mulai dari kalam (bicara),  kitabah (menulis), qira’ah (membaca) dan istima’ (mendengarkan). Karena itu banyak skripsi dari mahasiwa yang belajar di jurusan-jurusan umum seperti fisika, kimia, biologi yang menuliskan skripsinya menggunakan bahasa arab.

So, bagi kalian yang ingin menambah ilmu dunia dan akhirat sekaligus, ingin menjadi orang cerdas yang juga sholeh, ingin menjadi ulama yang intelek dan intelek yang ulama, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bisa dijadikan salah satu referensi untuk melanjutkan pendidikan. 

Ikuti tulisan menarik Rico Supriyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler