x

Iklan

Hendri Mohammad

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jokowi, JK, Puan, Megawati Telah Difitnah Faizal Assegaf

Opini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Membongkar Kebencian Faizal Assegaf; Aktivis 98 Yang Tersesat Dalam Kubangan Amarah Kepada Jokowi, Jusuf Kalla, Megawati & Puan Maharani

Inti sebenarnya dari tulisan ini adalah sebuah kesimpulan yang sederhana, bahwa Faizal Assegaf, ketua Progres 98, adalah sejatinya pembenci Jokowi, termasuk juga Megawati Soekarnoputri. Pada perkembangannya, pemerintahan Jokowi pun tak luput dari sasaran kritikannya, orang-orang yang dekat dengan Jokowi pun bahkan menjadi incaran empuknya. Jusuf Kalla dan Puan Maharani adalah korban dari “edanisme” yang dipegangnya. Tujuannya apa? Pembaca bisa menebak apa yang sebenarnya ada dalam pribadi pembenci sejati.

Bagi Faizal, tak ada satu pun dari Jokowi dan orang-orangnya yang benar, karena kebenaran hanyalah apa yang ada di kepalanya. Untuk “menyerang” JK, Faizal pernah menulis artikel yang berjudul “Misteri JK-Wiranto dan Isu Makar Jelang Demo 212”. Isi artikel itu jelas, bahwa JK-Wiranto menjadi “dalang” aksi tersebut secara diam-diam. JK dan Wiranto adalah tokoh yang “menunggangi” aksi-aksi bela Islam yang terjadi. JK dituduh sebagai “otak” karena kuat dugaan, bahwa Jusuf Kalla belum puas dua kali menjadi Wapres.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurutnya, ada ambisi terselubung untuk menduduki kursi Presiden, dan Wiranto yang pernah menjadi pasangan JK pada pemilu 2009, menemukan momentum untuk naik tahta menjadi Wapres beneran. Bagi kita sebagai pembaca, ulasan Faizal tentang hal itu adalah sesuatu yang mengada-ngada, untuk tidak dikatakan penuh dusta. Terlebih ketika menegasikan seorang JK, dengan usia setua itu, sebagai sosok yang “haus jabatan”.

Termasuk juga ketika secara serampangan pula, Faizal pernah menilai keterlibatan JK dalam kisruh Partai Golkar. Berkolaborasi dengan Agung Laksono dan Surya Paloh, menurutnya JK berhasil mengobok-ngobok Partai Golkar dan “menyingkirkan” ARB. Tujuannya? Untuk memecah belah kesolidan Koalisi Merah Putih (KMP) yang waktu itu masih lumayan “garang”. Analisasi seperti itu sangat cerdas, tentu saja, tapi menjadi naif ketika Faizal menafikan adanya dialektika yang dinamis dalam politik. Apakah ia termasuk orang yang berpikiran tentang “lurusnya” dunia politik? Kita juga tak punya banyak jawaban.

Baru-baru ini, Puan Maharani juga menjadi sasaran. “Tidak ibunya, anaknya boleh”, barangkali itu yang tepat untuk disematkan kepadanya. Faizal Assegaf mendesak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melakukan audit investigatif terhadap anggaran dana Revolusi Mental yang dikelola Kemenko PMK di bawah Puan Maharani. Naifnya, desakan itu hanya didasarkan pada dugaan, bukan pada temuan verifikatif yang bisa dipertanggung-jawabkan. Apalagi yang dijadikan alasannya adalah Ruhut Sitompul ketika masih menjadi jubir Demokrat. Tidak usah Faizal yang aktivis dan cerdas, lembaga negara yang memang tugasnya menegakkan hukum akan bergerak ketika ditemukan kejanggalan. Apa Faizal akan (lagi-lagi) menggunakan prediksi liarnya dengan mengatakan, “wah, itu pasti karena dilindungi Megawati”. Ampun.

Lalu, sebenarnya, siapa Faizal Assegaf ini? atau, ada apa dengannya?

Mari kita memanggil ingatan kita kembali ke “masa lampau”. Mengingat namanya, ingatan kita dibawa kembali pada, setidaknya, kurang lebih dua tahun lalu ketika Indonesia sedang heboh dengan pesta demokrasi, yaitu pemilihan presiden pada tahun 2014 lalu. Waktu itu, nama Faizal Assegaf tampil paling depan dalam mengobrak-abrik Jokowi dan selanjutnya secara lantang “menolak” Jokowi, salah satunya permintaan untuk menunda pelantikan Jokowi sebagai Presiden terpilih sebelum benar-benar terbebas dari korupsi.

Tak sulit untuk melihat rekam jejaknya sebagai aktivis yang sering salah kaprah. Pada 4/8/2014, Faizal membuat kericuhan ketika melakukan aksi demo di depan gedung KPK untuk melaporkan dugaan korupsi yang dilakukan oleh Jokowi. Aksi ricuh karena ternyata Faizal menggunakan jasa demonstran “bayaran” (tribunnews.com). Faizal juga pernah menuding Megawati meminta Jaksa Agung agar tidak menyeret Jokowi dalam dugaan korupsi pengadaan TransJakarta (merdeka.com, 19/6/2014). Ia mengaku memiliki transkip yang diklaim sebagai isi rekaman tanpa memperdengarkan rekamannya kepada publik. Selanjutnya, pada 22/7/2014, ia juga menuding Jokowi dan Iriana mempunyai 32 rekening di beberapa Bank di luar negeri senilai USD 8 juta (tribunnews.com). Semua yang dilaporkannya terbukti hanya sampah. Sehingga kita bisa tahu siapa sebenarnya Faizal Assegaf ini.

Seperti kita ketahui, waktu itu Faizal Assegaf mendesak beberapa hal yang berkaitan dengan kasus hukum Jokowi, yaitu kasus 3 rekening gratifikasi Jokowi; kasus korupsi 12,4 miliar APBD Solo saat Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo; kasus Bus Trans Jakarta senilai 1,5 triliun; kasus rekening siluman Jokowi di luar negeri senilai 8 juta US dolar; dan terakhir kasus release and discharge BLBI yang melibatkan mantan presiden Megawati Soekarnoputri. Bahkan, Faizal pernah mengajak untuk menginap  di Gedung KPK untuk memastikan tuntutannya itu (voa-islam.com).

Selain itu, yang paling “aneh” diantara yang dilakukannya adalah ketika muncul transkip rekaman pembicaraan melalui suara telepon antara Megawati dengan Basrief Arief, Jakasa Agung waktu itu, yang disebut-sebut berisi permintaan agar Kejagung tak menyeret jokowi dalam kasus Trans Jakarta karatan. Faizal terang-terangan mengatakan siap pasang badan tanpa bukti-bukti yang kurang mendukung (politik.remol.co). Tidak hanya itu, ia juga nyinyir atas keputusan MK yang tetap memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2014. Bahkan menurutnya, ternyata ada salah satu pengusaha besar yang ada dibalik semua keputusan itu, yang memangkan Jokowi-JK.

“Salah satu tokoh pengusaha besar dibalik semua keputusan yang mengarah kepada kemenangan kelompok kapitalis, koruptor BLBI, dan kelompok pro KG (Kepentingan Global)”, katanya jelas. Jimly Assidiqie pun tak luput dari ocehannya itu. Semua itu ia jelaskan secara “garang” pada sebuah acara diskusi Progres 98 dengan tema “Konsolidasi Kebangsaan” di Gallery Cafe, Taman Ismail Marzuki (TIM). Pertanyaan besarnya saat itu adalah, “kenapa Mega – Jokowi kebal hukum?”. Hadir pada acara itu Sri Bintang Pamungkas (yang kini diringkus terkait makar) dan Syarwan Hamid.

Namun rupanya, sampai sekarang, apa yang disampaikannya ternyata hanyalah pepesan kosong yang tak pernah terbukti. Seperti angin yang berlalu begitu saja. Artinya, itu adalah isu sampah karena tidak bisa dibuktikan tanpa data dan dakta yang valid. Pada titik ini, kita mungkin bertanya, benarkah seorang Faizal Assegaf, ketua Progres 98, dan bagian dari aktvis berpengalaman, bisa demikian “aneh” menyebarkan isu-isu murahan, yang ketika dikonfrontasi untuk dibuktikan, sama sekali tak ada penjelasan dan fiksasi permasalahan. Kita ingat, waktu itu, ia seperti macan yang mengaum, tapi giginya ompong karena tanpa didasari validitas data dan fakta yang mumpuni.

Tentu kita menghargai sikap kritis yang digaungkannya terhadap Jokowi dan pemerintahannya sekarang, termasuk menjadi bagian dari pihak yang menyuarakan “oposisi” terhadap pemerintah. Tak ada masalah dengan itu. Yang “menyedihkan” adalah ketika kritik yang disampaikan melalui cara serampangan, dan cenderung fitnah. Dalam konteks, tentu kita mempertanyakan kelasnya sebagai seorang aktivis yang mestinya mempunyai idealisme yang tinggi. Apakah itu bagian dari idealismenya? Mengutamakan kebencian semata, tanpa klarifikasi data dan fakta?.

Sampai saat ini, Faizal Assegaf sepertinya tetap konsisten dengan “kegilaannya” itu. Untungnya, banyak orang, pihak, kelompok, dan rakyat awam mulai sadar dengan sikapnya yang kritis tapi naif itu. Kebencian yang membuncah terhadap Jokowi dan lingkarannya, berhasil menina-bobokkan rasionalitasnya sebagai manusia. Sangat memungkinkan, perilaku itu tetap bertahan hingga Pilpres mendatang, lalu Faizal menjadi tokoh mendadak terkenal karena berani, tapi akhirnya tak berkutik karena semua yang diucapkan, masyarakat awam tahu, bahwa itu hanyalah fitnah belaka. Apa yang ditulis oleh Faizal Assegaf adalah hasil bualan belaka, yang mencoba untuk mengusik suasana yang mulai sedikit reda dengan menyebarkan isu yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan.

Beruntung sekali Jokowi mendidik rakyatnya dari informasi hoax. Salah sautu tujuannya, mungkin untuk membentengi dari orang-orang culas seperti Faizal Assegaf ini.

 

Ikuti tulisan menarik Hendri Mohammad lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu