x

Iklan

Ranang Aji SP

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kisah Muram Cina Batavia

Sejarah Cina di Indonesia tak senantiasa mulus. Pelbagai peristiwa selama ratusan tahun tidak saja soal cerita indah, tetapi juga kisah-kisah muram.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Batavia 1740. Jalan-jalan mulai berlumpur di sepajang kota. Senja seperti malam di tahun-tahun yang basah oleh air mata. Di pinggiran kota, lampion-lampion Cina menyala tak sempurna di kampung-kampung Cina yang mencekam. Bulan itu, Februari, Imlek tak menjadi tahun yang bahagia. Doa-doa hilang dalam kemelut dan duka. VOC menerapkan jam malam bagi warga Cina. Setelah sebelumnya penahanan dan pembantaian memicu pemberontakan.

Pajak semakin digandakan untuk menambal bangkrutnya devisa VOC. Orang-orang yang tidak mampu membayar,menganggur dan gelap –diseret, dibuang ke Srilangka. Sebagian lagi dibunuh dan dihanyutkan di Sungai Ciliwung. Puncaknya, pembatain dilakukan di bulan Oktober 1740, sejumlah 7000-10.000 nyawa orang Cina melayang dalam dua hari. Mayatnya dibuang dan hartanya dijarah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cina, warga pendatang di tanah Jawa, di abad 16 –yang terusir dari negerinya, melihat kemungkinan tanah Jawa sebagai harapan dunia baru. Mereka menumpang kapal jung, berayun di atas ombak dengan hati yang payah oleh gelisah. Kisah-kisah di masa lalu dan Panglima Cheng Ho seperti jalanan peta yang terbuka, menawarkan dan mengantarkan impian masa depan. Bagi Kompeni, orang Cina yang datang tak terhadang, mulai mencemaskan.

Batavia 1740 adalah puncak kecemasan itu. Pemberontakan mulai menyala di setiap sudut kota. VOC perusahaan yang mulai bangkrut oleh persaingan dan korupsi melihat orang Cina seolah penyebab bencana. Mereka diperlakukan tak manusiawi dan dikhianati. Batavia masa itu, seperti Jakarta abad 20, dipenuhi manipulasi, korupsi. Jalanan adalah tempat yang tak aman dan nyaman. Penguasa hanyalah para raksasa yang memangsa. Angka kriminalitas menjulang dan menguatirkan rasa aman.

Di masa itu, orang Cina disudutkan dan dikerdilkan dalam kepongahan dan rasa rasisme berlebihan. Orang-orang dipaksa untuk membenci dan akhirnya membantai tanpa kasihan, karena diancam. Gubemur Jenderal Valkeneir yang berkuasa atas tanah Jawa, berumah di Batavia, adalah corong bagi duka cita . Menyebarkan paranoid sosial menjadi seperti wabah ke jiwa-jiwa yang rapuh bersamaan dengan kepungan kolera dan disentri di Batavia. Kematian adalah perkara mudah hari itu -yang tak sabar menunggu.

Kecemasan VOC akhirnya menularkan riwayat kecemasan dan perlawanan bagi orang-orang Cina di Batavia. Mereka berkumpul dan bergerilya, membentuk pasukan. Jumlahnya ribuan. Seorang Pangeran asal Tiongkok yang terusir dari negerinya, biasa dipanggil Kapten Sepanjang memimpin pasukan perlawanan. Ia sulit terkalahkan dan membuat Kompeni semakin bangkrut sepanjang peperangan1740-1743.

Namun, perlawanan itu juga mencatatkan dialektika kisah mesra antara orang-orang Cina dan Jawa di pedalaman Mataram Islam. Para patriot Mataram bahu membahu bersama pasukan Cina melawan Kompeni sepanjang tahun peperangan itu. Pangeran Sambernyawa yang kemudian dikenal sebagai Mangkunegara I adalah murid dan teman seperjuangan Kapten Sepanjang.

Dari sini, barangkali, kita mulai memahami, Batavia 1740 bukan saja tahun-tahun yang mencemaskan dan dipenuhi bencana yang meninggalkan jejak nama Rawabangke, misalnya. Tetapi pada akhirnya kita juga melihat proses asimilasi antara masyarakat Jawa dan Cina. Batavia, dengan demikian, di tahun-tahun bencana itu, memercikkan sebuah katarsis sosial. Kita melihat, ada perjuangan yang sama antara sesama yang menghuni Indonesia.**

[gambar/wikipedia]

Ikuti tulisan menarik Ranang Aji SP lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB