Pernah lihat film Gie? Atau baca buku catatan harian Gie?
Itulah kira-kira yang dirasakan oleh hampir sebagian besar aktivis. Apa itu? Kesepian.
Ketika Soekarno tumbang dan Orde Baru berkuasa, Gie merasa kesepian. Teman-temannya saat demonstrasi dulu, banyak yang bergabung dengan kekuasaan Orde Baru. Saat itu, mungkin hanya dia yang tidak bisa diam melihat pembunuhan massal dan pemenjaraan orang-orang yang dituduh PKI tanpa proses pengadilan. Gie berperan menjatuhkan Soekarno. Dia juga berperan membuka pintu Orde Baru. Namun, ketika rejim baru tidak lebih baik, bahkan lebih brutal dibandingkan rejim lama, ia kembali bersuara. Meskipun suaranya seringkali membentur tembok-tembok kekuasaan yang angkuh.
Ah itu kan dulu. Sekarang lain bro?
Tidak. Sejarah itu kembali berulang. Sudah banyak terlihat, orang-orang yang dulu ketika masih menjadi aktivis begitu lantang berteriak membela kepentingan rakyat, hak asasi manusia, lingkungan hidup, yang tiba-tiba justru menjadi pengacara perusahaan besar justru ketika perusahaan itu berkonflik dengan masyarakat yang dulu sering dibela (atau diatasnamakan) oleh sang aktivis itu.
Tak sedikit pula orang-orang yang dulu dikenal sebagai seorang aktivis kemudian menjadi staf sebuah perusahaan yang dulu mereka lawan bersama masyarakat.
Sebagian aktivis juga tidak sedikit yang masuk dalam pemerintahan. Dari menjadi staf ahli bupati, walikota hingga staf kepresidenan. Alasannya sang aktivis itu akan berjuang dalam sistem.
"Kita tidak bisa terus melawan, bro," ujarnya, "Sebagian dari kita harus melakukan perubahan dari dalam, agar kebijakan perusahaan atau pemerintah berpihak pada kepentingan rakyat."
Apakah kondisinya berubah setelah beberapa aktivis masuk menjadi staf atau pengacara perusahaan yang berkonflik dengan masyarakat itu? Apakah kondisinya juga berubah setelah beberapa aktivis masuk ke pemerintahan?
Mungkin ada perubahan.
Yang jelas hingga kini kita masih mendengar dan melihat dengan mata kepala kita sendiri petani-petani yang sawahnya digusur atas nama pembangunan infrastruktur bandar udara, jalan tol dan juga pabrik semen. Kita pun masih mendapati kenyataan nelayan-nelayan yang disingkirkan dari lautan, karena lautnya diurug untuk pembangunan kawasan komersial dan pemukiman mewah kaum kaya. Kita juga masih mendapati warga miskin kota yang dihinakan, dirampas hak-haknya, digusur atas nama pembangunan kota.
Itu semua masih terjadi meskipun sebagian aktivis sudah masuk dalam sistem korporasi dan pemerintahan. Pertanyaannya, masih ingin menjadi aktivis yang kesepian, bro? Ditinggal teman dan juga uang?
Jika pertanyaan itu ditujukan pada Gie, dia akan menjawab, "Lebih baik diasingkan daripada tunduk pada kemunafikan!"
Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.