x

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hutan Terbakar Kota Menggelap

Cegah dini karhutla sebelum musibah terulang seperti tahun 2015

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kebakaran hutan dan lahan begitu menakutkan bagi sebagian besar warga yang tinggal di daerah rawan seperti di Sumatera Selatan, Jambi, Riau dan Kalimantan. Bukan karena khawatir diciduk polisi akan tetapi mereka takut akan dampak buruk bagi kesehatan karena terhisap asap beserta partikel-partikel beracun didalamnya. Peristiwa buruk itu pernah terulang di 2015, dua tahun silam. Ketika itu kota-kota diwilayah Sumsel seperti Palembang, Indralaya, Pangkalan Balai, Kayu Agung, Sekayu bahkan di Kalimantan saban hari matahari tidak dapat menembus permukaan tanah karena terhalang asap. 

Saat ini di Sumatera Selatan khususnya masih berlangsung musim hujan bahkan dalam beberapa pekan ini hujannya berlangsung hampir setiap hari dengan intensitas yang tinggi. Tanah longsor, pohon tumbang, jalan dan jembatan putus terdengar terjadi didaerah ini sebagai akibat peristiwa alam. Namun perlu diwaspadai karena kemarau diprediksi akan mulai berlangsung pada pertengahan tahun ini. Bahkan Gubernur Alex Noerdin menyebut bila kemarau tahun ini lebih panjang dan lebih ekstrim. Mendengar itu tentu kita semua perlu wanti-wanti lebih awal. Jangan sampai peristiwa kelam itu terjadi lagi dengan menelan korban jiwa hingga menghabiskan duit bangsa triliunan rupiah. 

Nyawa Bertaruh Asap 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya bersama keluarga tinggal di kota Palembang, sebagai salah satu daerah terdampak langsung dari kebakaran lahan, hutan dan gambut yang ada di daerah itu. Sumber asap di Palembang bisa jadi berasal dari kebakaran di Sepucuk, Ogan Komering Ilir, ataupun dari daerah lahan gambut di Indralaya Ogan Ilir serta perkebunan yang ada di Musi Banyuasin. Waktu itu hampir 9 bulan lamanya tidak diguyur hujan sama sekali. Bandara SMB II Palembang sering kali ditutup oleh otoritas setempat karena jarak pandang pilot yang hanya beberapa jengkal saja, demikian juga di sungai dan laut. Pengemudi getek, speed boatbahkan nahkoda kapal ferry terpakas bersandar hingga tanpa batas waktu karena tidak mendapatkan restu melaut. 

Bahkan pernah anak saya terpaksa diliburkan dari sekolah karena sebab yang sama. Pengelola sekolah meminta murid belajar di rumah karena ruang belajar dipenuhi asap sedangkan meja-kursinya dipenuhi oleh abu dicampur aroma sangit. Kesengsaraan tidak sampai disitu, listrik sering padam tanpa pemberitahuan lebih dulu  karena salah satu sebabnya filter udara pembangkit tersedak oleh partikel abu. Alhasil kami terpaksa berdiam dirumah tanpa bisa menghidupkan kipas angin ataupun penyejuk ruangan. Aroma pengap bercampur sangit menjadi satu dalam ruang yang terlalu luas. 

Meskipun demikian, sebagai salah seorang pekerja, tidak mungkin harus tetap berdiam dirumah. Apalagi profesi pewarta seperti saya ini, kabar berita segala hal terkait bencana tentu sangat dinantikan oleh pembaca. Sehingga mau tidak mau harus tetap sering berada diluar ruang meskipun tanpa perlengkapan standar anti asap seperti masker dan pelindung mata. Bahkan tidak jarang karena tugas mengharuskan saya berada di area ring 1 dari kebakaran tersebut guna melakukan reportase dan pengambilan gambar. Ini pernah dilakukan ketika harus menyetir hingga ke daerah Sungai Baung dan Sepucuk di OKI. 

Cegah Dini

Berkaca dari peristiwa itu tentu adalah bijak jika kita bersama-sama melakukan pencegahan sejak awal agar kebakaran tidak terjadi lagi. Meminjam kata Gubernur Alex bahwa Sumsel harus bebas asap alias Zero asap dan zero Burning. Selain melakukan persiapan petugas dan peralatan pendukung, Gubernur memandang perlu melakukan pengawasan secara intensif pada kawasan hutan dan lahan yang sangat rawan terbakar setiap musim kemarau. Dikutip dari antaranews, Alex juga mengimbau seluruh lapisan masyarakat di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota ini agar tidak membuka lahan pertanian dan perkebunan dengan cara membakar.

Sementara, Komandan Satgas Karhutla Sumsel, Kol. Inf. Kunto Arief Wibowo mengatakan, diseluruh wilayah Sumsel terdapa 483 Posko Karhutla tersebar di seluruh daerah untuk mengantisipasi terjadinya karhutlah di Sumsel. Pihaknya sudah melakukan pemetaan terhadap 150 lebih desa rawan Kabupaten OKI, OI Banyuasin dan OKU Timur. Sehingga bila ada tanda merah maka personil siap bergerak memadampkan api. (pharliza@gmail.com)

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan