Madura, secara geografis termasuk salah satu pulau di wilayah Jawa Timur. Madura juga termasuk salah satu suku di Indonesia yang secara kultural mempunyai tradisi yang hingga kini terpelihara dengan baik, salah satunya yaitu Karapan Sapi.
Jika kita berkunjung ke Madura, pasti akan menemukan/melahirkan banyak cerita.
Di bawah ini salah satu cerita yang saya dapatkan dari Madura beberapa waktu lalu. Cerita tentang Pak Sarmin.
Pak Sarmin, adalah seorang pedagang pindang yang terkenal di Pamekasan, menu utama yang banyak digemari masyarakat adalah Pindang Bandeng. Langganannya bukan hanya dari sekitar Pamekasan, tapi orang dari luar Pamekasanpun sudah banyak yang mengenal dan menjadi pelanggan setia.
Kamsin, seorang manager salah satu perusahaan di Surabaya, kebetulan sedang bertugas di Pamekasan, panasaran dengan informasi nikmatnya “pindang bandeng” made in Pak Sarmin, maklum ia salah seorang pecinta kuliner.
Setibanya di warung Pak Sarmin, ia terperangah, warung yang sederhana, tetapi yang makan disitu bukan main banyaknya. Meja makanpun hanya terbuat dari papan, tapi disitulah daya tariknya, terkesan alami karena sebagian hanya diletakkan di lapangan terbuka dibawah pepohonan yang rindang.
Suasana sekilas dengan pesta kebun, pengunjung tak perlu hawatir hidangan akan kejatuhan dedaunan karena oleh empunya, di seputar lapangan yang digunakan untuk menaruh meja makan, atasnya sudah dipasang atap yang menembus langit, jaring!.
Kamsin memesan “Pindang Bandeng” sesuai selera.
“Pak, saya pesan Pindang Bandeng”.
“Oh, ya yang pedes, ya, pak”, sambung Kamsin.
“Berees”, Jawab Pak Sarmin.
Kamsin kembali ke Meja, sambil menunggu pesanan, tak lupa Kamsin menghisap madu “rokok” kesukaannya. Tak lama kemudian hidangan datang.
Dengan lahap Kamsin menyantap Pindang Bandeng ala Pal Sarmin. Keringat bercucuran, sesekali ia mengusap hidung dan matanya, beberapa kali ia menenggak minuman hangat yang ada digelas, Kamsin kepedesan..!.
Selesai makan, Kamsin menghampiri Pak Sarmin, maksudnya tentu bayar makan. Sambil merogoh kocek, Kamsin berucap ke Pak Sarmin.
“Pak, sampeyan mau bunuh saya ya”,
“La kok bisa”, kata pak Sarmin.
“Itu tadi pedesnya kelewatan”.
“Sampeyan tadi pesen pedes ta ye “, Pak Sarmin menjawab.
“Iya tapi ngga kaya gitu juga rek”, Kamsin menimpali.
“Ooooh, ya sampean besok datang lagi saja, tak buatin yang pas”, jawab Pak Sarmin spontan
Sebuah jawaban yang logis agar Kamsin datang lagi makan di Warung Pak Sarmin
#Cerita ini merupakan anekdot belaka
Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.