x

Spot favorit untuk melihat sunset

Iklan

Lenny Romauli Marpaung

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Meretas Batas di Anambas

#InfrastrukturKitaSemua Infrastruktur merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat di suatu daerah untuk dapat beraktivitas dan menjalankan roda perekonomian. Pemerintah beserta masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas turut ambil bagian dalam memperbaiki infr

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Agustus tahun 2012 adalah waktu yang sangat bersejarah bagi saya, di mana itu adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di salah satu kabupaten perbatasan yang berbentuk kepulauan di negeri ini. Dari kejauhan, samar-samar terlihat sebuah pulau yang memanjang. Sekitar pukul 02.00 dini hari kapal yang membawa saya selama kurang lebih dua puluh jam dari ibukota provinsi akhirnya bersandar di pelabuhan ibukota, Tarempa. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya akan tinggal di tempat ini, tempat yang begitu asing dan terpencil, yang berjarak lebih dari 1000 Km dari Jakarta.

Tinggal di sini mengajari saya untuk lebih bersyukur, semakin memahami pentingnya beberapa hal. Bagaimana tidak, setiap tahun kami harus menghadapi musim-musim tertentu yang dapat mengakibatkan air bersih terbatas, sinyal komunikasi melemah dan harga-harga melambung tinggi. Saat-saat seperti itu saya merasa kehidupan di sini terisolasi. Tidak dipungkiri bahwa Anambas yang berbentuk kepulauan mengharuskan penduduk untuk memanfaatkan laut sebagai jalur perjalanan yang harus ditempuh. Gelombang dan angin laut serta curah hujan yang tinggi adalah faktor terbesar yang dapat membuat aktivitas sehari-hari menjadi mandek. Nelayan enggan untuk melaut, perahu atau kapal motor terombang-ambing, jalanan tergenang, licin dan rusak, kapal ferry berhenti berlayar, makanan terbatas dan harga melambung tinggi, bahkan untuk berbicara dengan sanak saudara di pulau seberang pun terbatas.

Pemandangan pembuka saat akan hujan badai

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kepulauan Anambas merupakan daerah otonom maritim, di mana sebagian besar desa merupakan pulau-pulau yang terpisah. Oleh karena itu pemerintah, yang hadir sebagai pelayan publik, berusaha menghubungkan masyarakat melalui sarana dan prasarana konektivitas dan aksesibilitas. Sarana dan prasarana jalan merupakan hal yang vital di suatu daerah berkembang dan di sini jalur laut adalah andalan. Dulu, sewaktu musim Angin Utara, begitu masyarakat Kepulauan Riau menyebutnya, hanya untuk melipir ke sisi lain di pulau yang sama, kita harus berpikir ulang mempertimbangkan segala kemungkinan resiko yang akan dihadapi di laut. Jika menggunakan alternatif jalan darat kita juga tidak disarankan berpergian sendirian mengingat kondisi jalan memprihatinkan dan kondisi bisa bertambah parah jika turun hujan. Kebanyakan masyarakat memilih jalur darat dengan segala resikonya untuk menjangkau tempat dalam pulau yang sama, ketimbang menggunakan jalur laut.

Salah satu jalan di desa Harung Hijau sedang dalam pengerjaan

Tidak sampai lima tahun tinggal di sini, daerah banyak berbenah diri. Agustus tahun 2015 yang lalu saya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di luar Kepulauan Riau. Betapa takjub saya melihat perubahan yang terjadi sewaktu kembali dari studi. Jalan, di mana dulu saya nyaris jatuh karena kondisinya rusak parah, sudah sangat mulus. Jalan menuju tempat persinggahan dari rasa penat, yang membuat saya harus turun dari boncengan teman agar tidak terpeleset, penampakannya sekarang sudah seperti jalan tol. Saya ingat dulu harus membantu mendorong sepeda motor teman beberapa kali akibat rodanya terjebak di lumpur dan hanya berputar di tempat. Jalan yang lebarnya hanya muat untuk dilintasi sebuah mobil, tanpa pembatas dan satu sisinya berbatasan langsung dengan laut dan batu-batu besar, kini sudah lebih dari dua meter. Tidak ada lagi rasa khawatir dan trauma saat melintasi jalan-jalan di sini, bahkan tikungan yang curam telah dilengkapi dengan cermin cembung.

Spot favorit untuk melihat sunset

Dengan akses yang semakin baik ini, mobilitas masyarakat semakin tinggi dan pergerakan ekonomi juga terus berjalan. Tidak sulit lagi menjangkau desa yang ada dalam satu pulau. Bahan pokok dan bahan bangunan pun dapat dengan mudah disalurkan dari pusat kota. Jika kita ingin snorkeling, menikmati air terjun, memancing atau hanya sekedar merasakan kesejukan udara di bukit, kita bisa melalui jalan darat. Rasa terisolasi tidak lagi menghampiri dengan terpenuhinya kebutuhan yang terbilang mewah melalui suguhan alam yang begitu indah. Hiburan di sini memang tidak seperti di kota besar, namun sangat alami dan di daerah lain jarang ditemui.

Indonesia begitu beruntung memiliki budaya dan keindahan alam yang beraneka ragam. Keindahan itu tidak hanya ada dan dinikmati di darat, namun juga di bawah laut. Melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 37/KEPMENKP/2014, Kepulauan Anambas ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN), dengan Tarempa sebagai gerbang masuk Taman Wisata Perairan (TWP). TWP Kepulauan Anambas menyimpan banyak keindahan surga bawah laut yang berpadu dengan pesona pulau dan budaya masyarakat. Etalase keanekaragaman hayati laut di beranda terluar Indonesia ini merupakan eksotisme alam perairan yang harus dijaga. Pemerintah bersama seluruh stakeholder dan masyarakat diharapkan dapat bersama-sama mengelola apa yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang direncanakan ke depannya secara bijak agar dapat dinikmati anak cucu kelak. Sebagaimana saya bisa sampai ke sini, menikmati perubahan yang positif, saya berharap bahwa Anambas dapat semakin dikenal dan maju bersama daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Suguhan pemandangan di ibukota, Tarempa

#InfrastrukturKitaSemua

Ikuti tulisan menarik Lenny Romauli Marpaung lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB