x

Wisatawan sebrangi Canopy Bridge (jembatan gantung antar pohon) di Kawasan Wisata Bukit Bangkirai, Balikpapan, Kaltim, 20 Agustus 2014. ANTARA/Yudhi Mahatma

Iklan

Fachruddin M Mangunjaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Peluang Kerja Hijau ~ Fachruddin M. Mangunjaya

ILO mensinyalir bahwa Pemerintah Indonesia selama ini tidak mempunyai detail strategi dan keterampilan tentang peluang kerja hijau.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Fachruddin M. Mangunjaya

Dosen Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta

Bumi mengalami tantangan dan degradasi yang hebat dalam dua puluh tahun terakhir. Kerusakan terjadi di berbagai sektor dan upaya untuk memperbaiki kerusakan ini, menjadi peluang baru yang disebut dengan peluang kerja hijau (green job). Upaya memperbaiki ekosistem dan pemulihan hutan Indonesia, membawa peluang baru untuk perbaikan yang disebut restorasi ekosistem. Baru-baru ini, umpamanya, perbaikan dan pemulihan lahan gambut oleh Badan Restorasi Lahan Gambut (BRG) mentargetkan merestorasi 400 ribu ha tahun ini dari target 2,4 juta ha restorasi lahan gambut, di tujuh propinsi hingga tahun 2020. Pekerjaan ini merupakan tantangan besar, dan terbukti, tahun 2016 ditargetkan dapat restorasi 600 ribu ha, namun tidak tercapai. Restorasi, bukan perkara sangat enteng, diperlukan keterlibatan berbagai sektor, dari mulai ahli pemetaan, pengetahun tentang tumbuhan-tumbuhan dan satwa spesies asli setempat, pemahaman tentang cara tanam dan hingga upaya memberdayakan masyarat sekitar agar proyek tersebut menjadi keberhasilan bersama yang dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh penduduk sekitar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Organisasi Pekerja Dunia (ILO 2010), mensinyalir bahwa Pemerintah Indonesia, selama ini tidak mempunyai detail strategi dan keterampilan tentang peluang kerja hijau ini. Walaupun ada inisiatif dari kementerian terkait dalam merespon keperluan keterampilan sektor lingkungan yang baru muncul. Upaya yang dilakukan antara lain mengembangkan standar kompetensi terkait dengan profesi khusus untuk perubahan iklim dan kerusakan lingkungan terkait misalnya: auditor, insinyur, dan ahli yang dapat melakukan validasi untuk sektor energi dan gas-gas rumah kaca.

Dapat dibayangkan, keberhasilan restorasi gambut, akan memerlukan jasa ahli flora and fauna, seperti tenaga survei untuk keanekaragaman hayati, yang dilandasi pengetahuan akademis tentang eksistensi flora dan fauna dan potensi pelestariannya. Dengan adanya rekomendasi dari surveyor ini, maka kajian ilmiah dan investasi yang dilakukan dapat dinilai secara kuantitatif dan kemajuan perbaikan lingkungan dapat dipertanggungjawabkan seningga dampak pembangunannya diharapkan berkelanjutan. Keterampilan lain diperlukan misalnya, kolektor benih, yaitu keterampilan yang meliputi pengetahuan menumbuhkan biji bijian dengan teknik berbeda serta pengetahuan tentang tumbuhan penting untuk keperluan restorasi ekosistem atau reboisasi.

Tidak kalah pentingnya adalah keterampilan jasa untuk melakukan pendidikan pada masyarakat, dalam upaya peningkatan kapasitas pada orang dewasa di tingkat komunitas, meliputi penyadaran lingkungan hingga aksi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki lingkungan.

Memperbaiki Lingkungan

Peluang kerja hijau atau keterampilan hijau merupakan istilah yang baru muncul dalam sepuluh tahun terakhir. Istilah ini hadir ketika tumbuh kesadaran dan upaya untuk mengembalikan atau memperbaiki kondisi lingkungan, berbarengan dengan upaya upaya gerakan internasional regional dan lokal dalam menyikapi aksi terhadap pemanasan global dannperubahan iklim, memupusnya sumberdaya alam, menghilangya keanekaragaman hayati serta ekosistem yang baik sehingga kemampuan alam sebagai npenyedia jasa kehidupan. Adapun keterampilan hijau, atau green skill adalah pekerjaan atau sebuah keterampilan yang dapat menurunkan dampak terhadap lingkungan pada dunia usaha sektor sektor ekonomi, yang pada ujungnya dapat mendorong pada keberlanjutan. Keterampilan ini dapat membantu upaya ramah lingkungan di berbagai lini sektor sektor usaha dari pertanian, industri, jasa dan administrasi yang berkontribusi pada pelestarian atau mengembalikan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu pekerja hijau sangat relevan dalam memenuhi persyaratan untuk melakukan transformasi ekonomi hijau dan ramah lingkungan serta upaya menanggulangi perubahan iklim. Ada tiga standar yang dapat dijadikan pedoman dalam kriteria hijau ini: pertama, mampu melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Kedua, meminimalisir limbah dan polusi, dan ketiga mengurangi penggunaan energi dan meminimalisir pembuangan emisi karbon.

Indonesia, menargetkan penurunan emisi gas-gas rumah kaca, 26 persen pada tahun 2020. Tantangan target penuruna emisi gas gas rumah kaca , seharusnya dapat dijawab dengan menciptakan peluang gerakan ekonomi baru, mendorong keterampilan pendukung, seperti membuat teknologi tepat, hingga keterampilan yang menerdiakan perbengkelan dan jasa perawatan. Selama ini, telah banyak solar panel yang dipasang, terutama dari proyek hibah yang dimotori oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM), tetapi kemudian terbengkalai karena sulit dijumpai bentkel dan tempat perbaikannya. Solar panel, energi angin, energi air, dapat menghasilkan energi listrik terbarukan dalam upaya lebih baik merancang keberlanjutan rendah emisi atau zero emission.

Lembaga-lembaga pendidikan tinggi --universitas, serta politeknik – di Indonesia, sudah semestinya merespon keperluan ini agar sektor lingkungan kita dapat terbantu dan mendapatkan mobilitas tenaga ahli yang baik di segala lini sektor dalam upaya membantu perbaikan lingkungan. Angkatan kerja baru di Indonesia, dapat memulai membuka keterampilan berbasis peluang kerja hijau secara inovativ, karena lini ini akan sangatlah terbuka, disebabkan para pekerja hijau akan diperlukan oleh semua lini industri. Selain itu, menanggapi perubahan dalam upaya perbaikan lingkungan, hendaknya di setiap lini kurikulum dan wawasan pendidikan, perlu disisipkan unsur peningkatan kepedulian terhadap planet bumi, sehingga segala upaya terkait dengan bisnis dan jasa yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam dapat terus dipelihara, dirawat dan berkelanjutan.

Ikuti tulisan menarik Fachruddin M Mangunjaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler