x

Jose Luis, 20, pekerja di sebuah toko cetak sebelum didiagnosa TBC pada enam bulan yang lalu, beristirahat di rumahnya di Carabayllo di Lima, Peru 14 Juli 2016. REUTERS

Iklan

Riska Yolanda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tuberculosis Bukan Penyakit Kutukan

Jumlah kasus baru tuberculosis di Indonesia diperkirakan mencapai 1 juta kasus per tahun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tuberculosis (TB) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Posisi Indonesia melonjak dengan kasus TB terbanyak kedua. Jumlah kasus baru tuberculosis di Indonesia diperkirakan mencapai 1 juta kasus per tahun. Ini menjadi beban ganda Indonesia, jumlah penyakit tidak menular di Indonesia naik, tetapi penyakit menular masih menjadi fenomena gunung es, termasuk TB.

World TB Day telah berlalu pada 24 Maret 2017, apakah Hari TB hanya sebuah peringatan atau perayaan? Apakah kita peduli penyakit TB hanya pada tanggal 24 Maret, setelah itu melupakannya? Jika hal tersebut terjadi, alangkah ironisnya. Kenapa saya mengatakan ironis? Karena penyakit TB terdeteksi/ditemukan tidak hanya pada tanggal 24 Maret. Masyarakat dapat terinfeksi kuman TB setiap saat dan setiap waktu, tidak mengenal tanggal dan bulan. World TB Day diperingati setiap tahun karena pada tanggal tersebut Robert Koch, seorang ahli kedokteran asal Jerman menemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis tahun 1882. Dengan penemuan ini membuka jalan dan terobosan untuk mendiagnosa dan penyembuhan TB.

Tuberkulosis merupakan sebuah kosa kata yang menakutkan bagi masyarakat. Masyarakat mengganggap TB sebagai penyakit kutukan atau keturunan, sebenarnya bukan. Masyarakat berstigma TB adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas atau tidak patuh dalam mengkonsumsi obat, sehingga kasus TB meningkat menjadi TB resisten atau kebal terhadap obat (TB Multidrug Resistent/MDR).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tuberkulosis itu sebenarnya penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB sering menyerang parenkim paru dan menyebabkan TB paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya seperti pleura, kelenjer limfe, tulang dan organ ekstra paru lainnya (Kemenkes RI; 2015). Gejala utama batuk berdahak 2 minggu berturut-turut dengan gejala tambahan berat badan menurun, nafsu makan menurun, berkeringat di malam hari tanpa beraktivitas apapun, batuk darah, demam meriang, sesak nafas & nyeri dada.

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka 460.000 kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka tersebut sudah direvisi berdasarkan survei sejak 2013, yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun. Persentase jumlah kasus di Indonesia pun menjadi 10 persen terhadap seluruh kasus di dunia sehingga menjadi negara dengan kasus terbanyak kedua setelah India.

Depok, sebagai kota yang berbatasan langsung dengan ibu kota negara, menurut laporan dinas kesehatan kota depok, pada tahun 2015 ditemukan jumlah seluruh kasus tuberkulosis sebanyak 2.563 kasus, meningkat bila dibandingkan dengan kasus seluruh tuberkulosis tahun 2014 sebanyak 2.085 kasus.

Program nasional penanggulangan TB mulai menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) yang dilaksanakan di Puskesmas mulai tahun 2000. Sejak 2016 Kementerian Kesehatan mencanangkan slogan TOSS TB (Temukan TB, Obati Sampai Sembuh) dengan harapan mampu menggerakkan masyarakat untuk turut serta menemukan kasus-kasus TB baru yang ada di lingkungan sekitar. Siapa pun terdeteksi positif TB diobati hingga tuntas.

Meskipun menular, TB dapat dicegah dengan cara

1. Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TB aktif

2. Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat dan berolahraga

3. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TB yang lebih berat). Vaksin ini diberikan pada semua balita

4. Perlu diingat bahwa mereka yang sudah terkena TB dan diobati. Dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya

Melalui pengobatan TB yang teratur dan sampai tuntas serta melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, penyakit TB bisa disembuhkan sehingga keluarga sehat, masyarakat Indonesia sehat dan sejahtera. Keluarga mempunyai peran sangat penting dalam mengedukasi dan mengawasi pasien TB selama pengobatan.

Dengan berjalannya program TOSS ini diharapkan Indonesia dapat menekan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit TB. Dan lewat artikel ini saya berharap masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap penyakit TB. Kenali gejala TB dan periksakan diri ke pelayanan kesehatan ketika mengalami gejala. Mengedukasi masyarakat agar pasien yang positif TB memiliki semangat untuk sembuh dengan meminum obat sampai tuntas sehingga Indonesia bebas TB tahun 2035 bisa terwujud.TB bisa disembuhkan. No one leave behind. Aku peduli TB, kamu?

Salam TOSS…

Oleh: Riska Yolanda

Mahasiswi Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia

Ikuti tulisan menarik Riska Yolanda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu