x

Iklan

Yugha Erlangga

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hari Raya, Pulang, dan Uang

Tuhan memang membelenggu setan di bulan suci, tetapi hawa nafsu sepenuhnya menjadi palagan manusia dengan dirinya sendiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tuhan memang membelenggu setan di bulan suci, tetapi hawa nafsu sepenuhnya menjadi palagan manusia dengan dirinya sendiri. Begitu kira-kira pesan dari Pak Haji, ulama pinggiran yang hidup dari uang pensiun sebagai abdi negara. Suaranya tidak menggelegar, tapi cukup membuat matamu terganggu menutup saat kantuk. Bacaannya Qurannya tegas seperti sikapnya.

Beliau sungguh prihatin dengan fenomena yang sama dari tahun ke tahun menjelang “Hari Kemenangan” setelah sebulan penuh berpuasa. Fenomena itu, tak lain, adalah ditangkapnya sejumlah oknum pejabat karena dugaan korupsi. Tak tanggung-tanggung, oknum itu tertangkap tangan. Artinya, secara terang-terangan menerima rasuah. Semuanya relatif punya alibi yang sama, itu tunjangan hari raya. Semua dibagi rata.

“Produktivitas korupsi di bulan suci justru tinggi,” ujar beliau prihatin. Kenapa? “Karena kita membutuhkan banyak hiasan dunia menyambut hari raya,” ujarnya. “Pakaian baru, tampilan baru, dan itu semua membutuhkan uang.” Beberapa jemaah yang menghabiskan seharian waktu berpuasa di pusat perbelanjaan pun tersipu malu disentil oleh Pak Haji.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi Pak Haji, mudik, selain menjadi ajang bersilaturahmi dengan sanak famili, juga bisa menjebak kita pada keadaan yang jauh lebih  buruk: riya. Pamer, bahasa populernya. Bahkan, untuk pamer sekali pun, kita membuat tindakan yang ceroboh dengan melilitkan diri pada riba. “Kalian pikir kendaraan baru yang seliweran di jalur mudik itu semuanya niat untuk dimiliki? Banyak yang sudah tahu bahwa beberapa bulan ke depan kendaraan itu ditarik oleh perusahaan pembiayaan karena gagal bayar,” ujarnya lagi.  Sekali lagi, beberapa jemaah menelan ludah karena merasa disentil. Terasa pahit.

Pak Haji adalah ulama yang selalu merepetisi pesan yang sama dari tahun ke tahun tentang Ramadan. Kawah candradimuka adalah analogi yang selalu ia pakai untuk melukiskan Ramadan. Di kawah itulah jabang bayi Tetuka, anak Bima, digembleng oleh Batara Empu Anggajali sehingga menjadi ksatria perkasa bertulang besi dan berurat kawat yang dikenal dengan Gatotkaca. Analogi yang menarik. Bagi Pak Haji, Ramadan terbagi dalam tiga babak: penyisihan, semifinal, dan final. “Hanya sedikit yang mencapai final,” ujar beliau prihatin. Seingat saya, sudah hampir 24 Ramadan beliau mengulang-ulang kata itu. Hasilnya, tak berubah dari tahun ke tahun.

Suaranya yang kian lemah dimakan usia. Sahabat-sahabat seperjuangan yang ikut memakmurkan masjidnya berpulang menghadap Ilahi satu persatu. Dakwahnya tak pernah surut meski beberapa kali sakit mendatanginya.

***

 Begitulah Ramadan. Bagi manusia Indonesia, kedatangannya bukan sekadar momen menempa spiritualitas. Jika sisi spiritualitasnya saja yang ditempa, tentu saja fenomena tangkap tangan tindak pidana korupsi hingga membludaknya pusat perbelanjaan, tidak akan menghiasi berita-berita di sekitar kita. Ramadan bisa jadi semacam momentum sosial untuk mengerahkan daya upaya meningkatkan status sosial (secara temporal), syukur-syukur untuk jangka panjang.

Seperti dalam nukilan puisi Joko Pinurbo yang berjudul Penumpang Terakhir (2002)yang lirih itu. Sepanjang perjalanan bang becak tak henti-hentinya bercerita tentang anak-anaknya yang pergi merantau ke Jakarta dan mereka sekarang alhamdulillah sudah jadi orang. Mereka sangat sibuk mencari uang dan hanya sesekali pulang. Kalaupun pulang, belum tentu mereka sempat tidur di rumah karena repot mencari ini itu, termasuk utang ongkos pulang ke perantauan.

Begitulah Ramadan bagi saya, juga sebagian dari kita. Jangan terlalu muluk mengharapkan kemenangan. Mencicipi remah-remah keberkahan saja sudah nikmat tiada tara.***

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Yugha Erlangga lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB