x

Ilustrasi sains. shutterstock.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Sejarah Sains tak Diajarkan?

Mengapa sejarah sains tak diajarkan di perguruan tinggi? Tidak penting?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Kendati sejak lama telah menjadi disiplin penting di berbagai perguruan tinggi terkemuka dunia, di kampus-kampus kita sejarah sains masih berada di pinggiran. Disiplin ini belum masuk dalam kurikulum perguruan tinggi manapun. Sejarah sains belum dianggap penting—untuk apa mengajarkan dan belajar tentang disiplin ini?

Di tengah banyaknya tema-tema besar dan tema-tema teknis yang disajikan dalam kurikulum, boleh jadi ada anggapan bahwa pengajaran sejarah sains hanya menambah beban. Apa pentingnya bagi seorang sarjana biologi, umpamanya, untuk memelajari bagaimana Alfred Russell Wallace menemukan teori seleksi alam bersamaan dengan Charles Darwin? Juga bahwa Wallace membangun teorinya berdasarkan penelitian ekstensifnya di wilayah Nusantara, sedangkan Darwin di Kepulauan Galapagos, Amerika Selatan. Sebagai pembelajar di kampus, kita tidak diperkenalkan kepada kisah tentang kompetisi di antara Darwin dan Wallace di tengah kekaguman Wallace kepada naturalis yang lebih senior itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam ruang-ruang kuliah kampus kita, teori-teori diajarkan silih berganti—apakah itu fisika, biologi, kimia, matematika, ataupun komputasi dan listrik. Mahasiswa tak pernah tahu, dan barangkali banyak yang tidak mau tahu, bagaimana pergulatan Albert Einstein hingga akhirnya ia menemukan teori relativitas khusus. Bagaimana James Maxwell sampai kepada gagasan yang menyatukan gelombang listrik dan magnet. ‘Cerita di balik layar’ dari teori-teori yang diajarkan di ruang-ruang kuliah kerap diabaikan, oleh karena dianggap kurang atau tidak penting.

Sejarah sains mengajak kita untuk mentautkan suatu teori dengan konteks—pikiran yang melatari kelahiran suatu teori, pergulatan ide-ide yang berkompetisi, hingga dampak perubahan yang ditimbulkan pada masyarakat. Einstein betul-betul gundah dan kecewa ketika formulanya yang sangat sederhana E=mc2 telah bermetamorfosis jadi bom atom dan melumatkan kota dan penghuninya. Seperti ditunjukkan dalam film Genius garapan Ron Howard, Einstein berusaha keras menghapus kesan dirinya sebagai ilmuwan yang menginisiasi pembuatan bom atom.

Sains bukanlah wilayah yang steril dari masyarakat mengingat efek dan pengaruh yang ditimbulkan. Melalui sejarah sains, kita dapat menemukan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan sains yang sengaja disembunyikan karena pengaruhnya terhadap politik, kekuasaan, dan perkembangan masyarakat. Kontribusi al-Hasan ibn al-Haytham terhadap ilmu pengetahuan, umpamanya, baru memperoleh pengakuan yang relatif tegas pada abad ke-20.

Alhazen, ‘nama panggilan’ sarjana Barat kepada orang Timur yang hidup di awal abad ke 11 ini, diakui kontribusinya dalam bidang optika berkat buku pentingnya Kitab al-Manazir atau Book of Optics yang diterjemahkan oleh orang Eropa kira-kira tiga abad sesudah ditulis. Ia juga memberi kontribusi penting dalam mengembangkan metode ilmiah yang teruji setelah berabad-abad orang Eropa mengikuti pendapat Yunani.

Namun, dalam lintasan sejarah berikutnya, nama ibn al-Haytham jarang disebut. Nama Roger Bacon lebih ditonjolkan sebagai ‘penemu’ metode ilmiah. Begitu pula, ide-ide ibn al-Haytham tentang kecepatan cahaya, refraksi, hingga persepsi manusia terhadap cahaya dari sudut pandang psikologi. Sejarah sains menyingkapkan banyak kisah dan isu-isu penting yang tidak terangkum dalam rumus matematika sekalipun rumus-rumus ini telah memadatkan teori tertentu ke dalam dirinya.

Sejarah sains menyingkapkan ikhtiar manusia untuk memahami misteri alam semesta—biarpun akhirnya setuju ataupun tak setuju dengan pandangan tentang adanya Sang Pencipta. Setidaknya, sejarah sains akan memberi warna pada pengajaran sains yang cenderung kering, sehingga berpotensi lebih inspiratif dan penuh warna. (Gambar: dua orang ilustrator tengah mengambar; sumber: Princeton University) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler