x

Tokoh Metro Koran TEMPO

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Torehan Prestasi Koran Tempo Digital

Koran Tempo digital mencatatkan jumlah pelanggan yang menembus angka 100 ribu. Apa maknanya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belum lama ini, manajemen Tempo menggelar acara khusus untuk menyambut tembusnya angka 100.000 pelanggan Koran Tempo digital pada akhir Juli 2017. Pencapaian ini menjawab keraguan yang sempat membayangi sebagian pihak bahwa ‘koran digital’ ataupun ‘majalah digital’  tak mampu berkembang di era serba gratis ini. Bagaimana koran dan majalah digital akan hidup dan dalam ekosistem seperti apa akan berkembang?

Ketika media cetak terus merosot dalam mendatangkan penghasilan, baik melalui iklan maupun sirkulasi, banyak pengelola media berpaling kepada media online. Mereka berusaha beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sosial yang diakibatkan oleh semakin dalamnya penetrasi teknologi dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi, generasi yang lahir menjelang dan setelah pergantian milenia lebih akrab dengan internet dan media sosial ketimbang media cetak.

Hukum yang sama, bahwa pemasang iklan akan memilih media yang mampu menarik perhatian netizen, diasumsikan masih berlaku di media online. Di masa lalu, sirkulasi dan segmen pembaca yang dibidik kerap jadi patokan pemasang iklan dalam menentukan pilihan. Anggaran belanja iklan harus dikeluarkan di tempat yang tepat agar efisien dan tepat sasaran.

Namun begitu, ada pertanyaan yang lumayan menggoda: “Maukah seseorang membayar sejumlah tertentu untuk informasi ketika ia dapat memperolehnya dari mana saja secara gratis?” Banyak orang bertanya, dapatkah jumlah pelanggan di media online menjadi tumpuan pendapatan—yang dimaksud sirkulasi bukan sekedar jumlah page view, klik, tapi pelanggan yang membayar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diskusi mengenai isu ini sudah berlangsung cukup lama. Bila tidak keliru, pada tahun 2009, dengan makin turunnya pendapatan dari iklan, banyak media memperdebatkan kelayakan menggaet pelanggan digital sebagai sumber penghasilan. Sejumlah media global mempertanyakan apakah pembaca akan mau membayar berita online dan apakah model langganan berita akan menyebabkan turunnya readership untuk kemudian disusul dengan turunnya iklan karena sirkulasi berkurang.

Pencapaian Koran Tempo digital itu menunjukkan bahwa jumlah pelanggan berpeluang untuk meningkat. Di tengah banjir informasi yang datang demikian cepat dari berbagai arah, netizen memerlukan sumber berita yang kredibel agar tidak terperangkap oleh berita palsu, bohong, dan menyesatkan. Di era fake news yang siapapun dapat memproduksinya, kehadiran media profesional yang ditopang oleh para jurnalis independen dan kredibel amat diperlukan, terutama bagi pengambil keputusan—di tingkat apapun,  individu, keluarga, organisasi kemasyarakat, partai, maupun pemerintahan.

Ada kebutuhan di kalangan warga untuk memperoleh berita kredibel yang sudah tersaring di ruang berita (newsroom) dan untuk itu mereka bersedia membayar. Karena itu, fungsi clearing house of information pada ruang berita perlu diperkuat. Bila para awak Koran Tempo digital, maupun produk lain di lingkungan Tempo Media, mampu mempertahankan kredibilitas yang sudah dibangun sejak lama, bukan kemustahilan jumlah pelanggan akan meningkat lagi. Readership juga dapat ditopang oleh konten-konten yang gratis, sehingga jumlah pembaca akan melampaui jumlah pelanggan. Potensi untuk menggaet iklan digital, dengan demikian, juga akan semakin terbuka.

Namun jelas, para pengelola media dihadapkan pada tantangan baru berupa kecepatan perubahan teknologi. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan ini akan sangat bermakna untuk menjaga pembaca agar tetap betah menjadi pelanggan serta mampu menggaet pelanggan baru. Eksplorasi terhadap media multiplatform salah satu kuncinya. Pelanggan media digital menginginkan pengalaman baru dalam menyusuri informasi yang disajikan, dan ini sangat berbeda dengan karakter media cetak yang ‘diam’.

Pengalaman The New York Times memang menarik. Dalam rentang Oktober 2012 hingga Maret 2013, jumlah pelanggan digital media ini melampaui pelanggan media cetaknya (1,1 juta versus 731.395). Namun begitu, pengalaman The Washington Post tak kalah menarik untuk dipelajari. Koran ini memiliki 42.313 pelanggan digital atau hanya 9 persen dari 473.462 sirkulasi totalnya (sumber Alliance of Audited Media seperti dikutip Mashable).

Di antara 10 media, dalam rentang waktu tersebut, The New York Times merupakan satu-satunya media yang pelanggan digitalnya berhasil melampaui pelanggan cetaknya. Karena itu barangkali pengelola Koran Tempo digital becermin pada keberhasilan media ini. Namun, bagus juga untuk menengok, mengapa pencapaian serupa tidak diraih oleh media lain, khususnya The Washington Post, yang di antara 10 media itu merupakan yang terkecil jumlah pelanggan digitalnya. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler