x

Iklan

Chaterine Tika

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Begini Cara Presiden Jokowi Agar Dicintai Publik

Kepiawan PR strategic Presiden Jokowi semenjak menjadi walikota Solo hingga menjadi Presiden RI, mengawal elektabilitasnya menjaga public trust.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa tahun silam, mata publik disegarkan oleh seseorang figur pemimpin yang berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Hal ini bermula dari penertiban pedagang kaki lima yang sukses tanpa kekerasan, Solo telah mengalami banyak perubahan semasa kepemimpinan pengusaha kayu bernama Joko Widodo (Jokowi).

Sepak terjang sebagai Walikota Solo tidak diragukan lagi, Jokowi mampu membawa Solo pantas menyandang predikat sesuai slogannya "Berseri Tanpa Korupsi". Ia menciptakan sistem pemerintahan Solo terhindar dari praktik korupsi dan banyak program disebut-sebut sukses dinikmati warga Solo dan sekitarnya.

Memasang branding “Solo: The Spirit of Java“, Jokowi terbukti ahli mendongkrak prestasi sekaligus meraih simpatik yang tinggi dari segala penjuru tanah air. Hingga akhirnya rasa simpatik sukses membopongnya menjadi orang nomor satu di Indonesia sejak tiga tahun silam.

Dikenal sebagai presiden yang low profile, menguatkan elektabilitasnya sebagai pemimpin negara. Lebih lagi, republik ini pantas mendapatkan standing applause! Dikutip dari siaran pers resmi Istana, Selasa (18/7/2017), Sri Mulyani melaporkan hasil survei lembaga internasional Gallop World Poll kepada Presiden Jokowi. Dalam laporannnya disebutan Indonesia menduduki ranking pertama dalam hal Trust and Confidence in National Government. Apa artinya? Pemerintah Jokowi-JK tidak hanya piawai meraih public image dan public trust tetapi pencapaian ini berpotensi mendongkrak kenaikan investasi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari Kompas.com tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor itu di antaranya, masyarakat menganggap pemerintah dapat diandalkan, cepat, tanggap, adil serta mampu melindungi masyarakat dari risiko sekaligus memberikan pelayanan publik secara efektif. Bravo Indonesia!

PR Strategic

Berdasarkan hasil riset dari berbagai lembaga, Jokowi dinilai berhasil mendapatkan apresiasi yang positif dari masyarakat. Apa yang membuatnya demikian dicintai publik? Hal ini tentu saja tidak terlepas dengan strategi public relation tim kepresidenan yang jitu memanfaatkan media massa baru. Dari awal debutnya merebut hati warga Jakarta hingga seantero Indonesia, Jokowi telah melakukan terobosan strategi komunikasi yang elegan di tengah masyarakat modern.

Media yang digunakannya pun tidak sebatas media cetak dan tv, tetapi memaksimalkan era teknologi informasi, contohnya sosial media. Berkat sosial media, Jokowi lebih luwes menyentuh rakyat sampai pelosok desa. Berikut beberapa hal yang patut kita apresiasi atas kinerja PR kepresidenan dalam mengemas public image:

1. Membentuk Sisi Humanis Via Sosial Media

Saya masih teringat dengan video viral anak-anak SDN 04 Sungkung Kalimantan yang malu-malu mengucapkan “Pak Jokowi, minta tas”. Tanpa ragu, Presiden Jokowi menginstruksikan jubirnya mengirimkan alat tulis lengkap dan keperluan mengajar sekaligus. Pernah terjadi pula, Kahiyang putri sang Presiden membujuk ayahnya berbicara via telepon untuk mengobati kekecewaan anak perempuan bernama Neisha yang gagal bertemu Presiden dalam kunjungan kerja di Sulawesi Utara. Masih banyak lagi video-video yang menampilkan keseharian Presiden dengan putra-putrinya. Cukup menghibur.

Poin utamanya, publik mendapatkan sisi humanis Presiden. Sosial media menjadi trend blusukan jokowi untuk menyentuh generasi muda. Presiden Jokowi mencontohkan bahwa untuk mendapat public image tidak harus dengan strategic PR dengan merogoh anggaran yang besar. Kepekaan yang diperlukan untuk menciptakan setiap momen menghasilkan karya PR itu sendiri.  Netizen seolah-olah kenal dengan presiden mereka, sekalipun hanya mengikuti dalam eksistensi sosial media. Untuk itulah tim PR harus menjadi mata dan telinga presiden untuk  mengakomodasi apa yang dibutuhkan masyarakat masa kini melalui sosial media. Seperti yang ditulis Stanley J Baran dalam bukunya: Media were supposed to give people what they needed rather than what they wanted!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2. Menyemarakan Kebhinekaan Dari Dalam Istana

Lagi dan lagi, sepertinya tim PR kepresidenan tidak pernah kehabisan ide memberikan materi segar bagi para awak media. Perayaan hari ulang tahun Republik Indonesia ke-72 di Istana tahun 2017 ini berbeda. Jika biasanya tamu diminta untuk mengenakan pakaian sipil lengkap atau setelan jas, kini para tamu dan peserta upacara diminta untuk mengenakan pakaian adat tradisional. Serunya, ada pemilihan pakaian adat terbaik yang langsung disampaikan oleh Presiden diakhir pidatonya.

Tidak sampai disini saja, dibeberapa kesempatan sering kali Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla menggenakan pakaian adat diberbagai undangan. Masih berkesan, ketika Presiden  Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla "bertukar" pakaian daerah saat menghadiri Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD pada Rabu (16/8/2017). Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat khas Bugis, Sulawesi Selatan, tempat kelahiran Wapres Kalla. Sementara, Kalla mengenakan pakaian adat khas Jawa, kampung halaman Presiden Jokowi.

Pesannya, Pasca-72 tahun kemerdekaan RI sudah cair. Tidak harus  orang Jawa melulu pakai pakaian Jawa. Tidak pula orang Makassar melulu pakai pakaian Makassar. Saat ini, semuanya sudah menjadi satu, bangsa Indonesia. Setuju ?

3. Merangkul Tokoh Politik

"Banyak orang yang menyampaikan sekarang ini Jakarta panas. Sebetulnya tidak panas, hanya anget”.

"Saya ingin mengingatkan bahwa Jakarta ini Ibu Kota RI. Marilah kita jaga, kita rawat bersama. Saya yang biasanya enggak pernah naik kuda saya bela-belain naik kuda. Agar Jakarta jadi dingin kembali,"

Melansir Liputan.com inilah yang disampaikan Presiden Jokowi ketika membuka Kongres XVII Muslimat NU di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur tahun lalu. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengatakan dia mendengar banyak yang mengatakan suhu politik di Jakarta panas.

Apabila awak media cenderung menggunakan istilah “panas” untuk menggambarkan kondisi perpolitikan Indonesia, Presiden menggunakan “hangat” untuk mereda pemberitaan media. Kemudian pada kalimat kedua yang saya tampilkan, presiden juga menyinggung pengalamannya naik kuda bersama mantan rivalnya, Prabowo. Seraya memberi teladan bagi para jemaah, Presiden mengungkapkan bahwa memperkuat silaturahmi bisa menggunakan berbagai metode. Selain menggunakan perjamuan makan sebagai andalannya, metode out door semacam ini juga dapat mencairkan suhu politik yang panas.

Lain kisah dengan Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati. Jurus PR telah menghadirkan Megawati dan SBY dalam satu panggung pada saat peringatan 72 tahun RI di UBK. Mengingat hubungan kedua mantan presiden ini diketahui  sangat dingin selama 10 tahun SBY menjabat sebagai presiden.

Dalam hal ini, poin yang patut diapresiasi adalah kedewasaan para elite politik yang makin bertumbuh. Akhirnya kerinduan masyarakat melihat para elite politik berdamai sedikit terobati.

4. Pespampres Bersama Rakyat

17 Juli 2016 menjadi pemandangan bersejarah  baru di Istana Kepresidenan. Untuk pertama kalinya setelah 71 tahun Indonesia merdeka, proses pergantian penjaga Istana Kepresidenan dibuka ke publik dan akan berlangsung rutin.

Lain hal yang cukup menuai simpati publik, adalah metode pengawalan Presiden Jokowi di jalan raya. Di tengah-tengah kerumunan masyarakat, Presiden menyempatkan diri untuk menyapa masyarakat dengan bersalaman dan melayani keinginan mereka untuk berfoto bersama.

Cara-cara ini diharapkan mengurangi kesan arogan dan bentuk menghargai masyarakat.  Tantangan baru bagi Pespampers untuk menyesuaikan kemauan Presiden yang selalu ingin dekat dengan rakyat sekaligus tetap mengikuti prosedur prinsip pengamanan yang baku.

Relevansi dengan Generasi Millenial

Lingkungan komunikasi massa berubah dengan sangat radikal. Pergeseran konsep komunikasi massa tradisional ditandai dengan era teknologi dan informasi yang memberi akses kepada siapapun sekalipun bukan anggota organisasi  dalam surat kabar.

Menyadari bahwa publik rindu di sentuh langsung oleh pemimpin mereka, varian metode digunakan untuk menjaga public trust dengan lawan politik sekalipun. Keberhasilan jokowi dalam memikat hati publik, tidak sebatas hura-hura dalam kunjungan kenegaraan ataupun blusukan. Agaknya kurang pas jika kita melulu menilai sebuah prestasi sebatas dari pencapaian angka (tingkat  kesejahteraan) dan huruf (kebijakan), karena kerja cerdas yang dilakukan tim istana mengukir public image breakthrough yang meraup respon netizen yang demikian tinggi.

Layaknya seni teknik panahan, agar bisa mengenai dengan akurat sasaran yang telah ditentukan, pemanah harus bisa memperkirakan berapa sudut arah antar celah pemanah dan objek, belum lagi memperkirakan darimana sinar matahari datang dan kecepatan anginnya. Presiden sangat mengenali kondisi masyarakat Indonesia telah banyak digerakkan oleh anak muda yang gemar bermain sosial media. Sehingga sosial media memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat.

Jika tulisan Stanley J Barran dalam bukunya “Mass Communication Theory” lebih banyak mengulas tentang kontroversi pengaruh  media sebagai konsekuensi masyarakat dan institusi media. Teori masyarakat yang membahas peran media yang begitu kuat membentuk persepsi kita tentang dunia sosial terkadang tanpa sadar memanipulasi tindakan kita. Artinya, Presiden Jokowi menyadari bahwa moral bangsa ini rentan dihancurkan media, dan satu-satunya yang mampu menyelamatkan kehancuran ini juga pengolah media itu sendiri.

Sosial media telah menjauhkan bangsa ini dari ciri masyarakat paguyuban, Ferdinand Tonnies menyebutnya gemeinschaft. Artinya masyarakat Indonesia telah condong pada kelompok sosial patembayan atau gesellschaft. Pada masyarakat gesellschaft orang-orang tidak terikat oleh tradisi, tetapi lebih menggunakan pilihan rasional. Barran menyebutkan Gesellschaft represents “the framework of laws and other formal regulations that characterized large, urban industrial societies” sehingga gesellschaft adalah penggambaran masyarakat urban yang tidak mempunyai ketergantungan satu dengan yang lain. Contohnya dalam hal pengambilan keputusan. Masyarakat dapat menentukan keinginannya tanpa harus terikat oleh tradisi. Sosial media telah membentuk ciri ini, kebebasan untuk berpendapat, berkomentar, menyebarkannya kembali menjadi konsekuensi yang dapat dikelola oleh siapa saja.

Sosial media telah memberikan ruang kebebasan masyarakat yang demokratis, lengkap dengan segala konsekensinya. Sekalipun dampak negatif kehadiran sosial media sedang ramai diperdebatkan, varian manfaat positif pun tidak kalah bersaing. Akhirnya PR Strategic Presiden merambah sosial media untuk merangsang pastisipasi generasi muda terhadap pembangunan.

Terlepas dari upaya politis Presiden Jokowi untuk mengangkat citra maju ke pemilu tahun 2019, impact positif telah terasa sampai sendi-sendi spirit pemuda pemudi yang awalnya skeptis terhadap pemerintahan. Hal ini bisa dilihat dari kesediaan masyarakat yang aktif terlibat dalam mengkritisi kebijakan dan kondisi politik Indonesia.

Kenyataanya, siapa yang paling populer dan pro kepada publik yang akan dipilih publik. Sepertihalnya “public trust” tidak bisa diwakilkan pada siapapun! 

Ikuti tulisan menarik Chaterine Tika lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu