x

Iklan

Flo K Sapto W

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bedah Rumah

Tim Bedah Rumah Paroki Kleca Surakarta

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bedah Rumah

Oleh: Flo. K. Sapto W.

 

            Sebuah program bedah rumah yang ditayangkan oleh jaringan televisi agaknya telah menginspirasi sejumlah komunitas melakukan hal yang serupa. Komunitas-komunitas itu bisa berawal dari berbagai kategori. Sebagian adalah kelompok hobbies. Komunitas lainnya adalah organisasi alumni. Tidak sedikit juga komunitas berlatarbelakang keagamaan turut memilih program ini. Beberapa perusahaan juga sudah memasukkannya sebagai bagian dari program CSR-nya (corporate social responsiblity).

Kini, aktivitas bedah rumah seakan menjadi tren kegiatan-kegiatan karitatif / donatif. Bisa jadi yang menjadi alasannya adalah karena program ini lebih permanen hasilnya. Sebab selama ini banyak komunitas lebih memilih program donasi / karitatif yang mudah. Sekedar collecting dan sharing ke pihak-pihak yang dirasa membutuhkan lalu selesai. Selebihnya tidak ada nilai plus lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada program bedah rumah, komunitas-komunitas dituntut untuk mempersiapkan sebuah kepanitiaan / atau tim yang solid. Hal itu dikarenakan program bedah rumah membutuhkan perencanaan dan pengerjaan yang teroganisir. Terlepas dari seberapa besar pengerjaan bedah rumah yang dilakukan. Sehingga program bedah rumah menjadi alternatif pilihan. Artinya, komunitas-komunitas tidak sekedar menyerahkan sebuah bantuan lepas.

Salah satu komunitas yang juga memilih kegiatan ini adalah TBR (tim bedah rumah) paroki Kleca, Surakarta. Komunitas yang dikomandoi oleh pastur-pastur MSF (missionariorum a sacra familia) ini setidaknya telah membedah tujuh rumah tidak layak huni di kawasan kota Surakarta. Awalnya, program ini dilandasi keprihatinan akan adanya 124 KK yang masuk kategori KLMTD (kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel). Di wilayah paroki St. Paulus Kleca sendiri dihuni oleh lebih dari 6.000 jiwa. Berpijak dari keprihatinan tersebut maka para imam MSF memprakarsai program bedah rumah. Di 2018, target rumah tidak layak huni yang akan dibedah adalah 10 buah.

Berbeda dengan program bedah rumah yang ditayangkan di televisi, TBR paroki Kleca tidak menargetkan penyelesaian bedah rumah dalam hitungan jam atau hari. Sebelum dilakukan bedah rumah, TBR terlebih dahulu melakukam survei terkait keterdesakan / urgensitas (fungsi utama rumah) dan legalitasnya (jangan sampai rumah yang dibedah ternyata berstatus sengketa). Langkah selanjutnya adalah pembuatan RAB (rancangan anggaran belanja) dan gambar kerja. Langka-langkah kerja TBR tersebut tentunya membutuhkan sumber daya yang profesional. Maka para imam MSF merekrut para pelaku-pelaku properti untuk bergabung di dalamnya. Alhasil, TBR paroki Kleca, Surakarta adalah sekedar sebuah contoh wujud nyata kepedulian warga terhadap sesamanya. Konsepsi utamanya adalah upaya menghadirkan nuansa manusiawi dalam hunian-hunian yang layak huni. Selebihnya komunitas lain bisa memulainya juga dengan karya nyata yang lain. Tuhan memberkati.

Penulis adalah praktisi pemasaran, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan.

Ikuti tulisan menarik Flo K Sapto W lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB