x

Iklan

Iwan Singadinata

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Si Boncel Pengojek Nasib Saya Begini Bukan Salah Orangtua

Sambil makan, spontanitas senda gurauanku muncul,” NASI UDUK IKAN TONGKOL, SAMBIL DUDUK KITA NGOBROL “, jangan sekali-kali aku peringatkan dia,

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sambil makan, spontanitas senda gurauanku muncul,” NASI UDUK IKAN TONGKOL,  SAMBIL DUDUK KITA NGOBROL “, tapi kamu jangan sekali-kali aku peringatkan dia, dalam logat sunda JANGAN NYONYOO TONGKOL YA ! hehehe, boncel tersenyum lebar

Rasanya kalau mendengar kata “Si Boncel” kita bisa masuk kembali ke lorong waktu zaman tahun tujuh puluhan, seorang penyanyi terkenal wanita asal kota solo Titik Sandora,denganmerdunya melantunkan lirik lagu tersebut, “ Si boncel anak tetangga bukan main nakalnya………Dasar boncel si anak nakal banyak akalnya…”.

Haha !! jadi ingat masa kecil  dahulu, tetapi yang dimaksud bukan untuk mengurai masalah lirik lagu, hanya ada keterkaitan dengan kisah kehidupan seorang pengojek dari kampung terpencil di wilayah kecamatan sukaraja kabupaten Tasikmalaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Si Boncel sebutan untuk sebuah nama Adi Nugraha, yang kesehariannya beraktivitas antar- jemput anak-anak sekolah, dan warga setempat disekitar kampungnya yang perlu dan masih membutuhkan akan jasa pekerjaannya sebagai seorang penarik penumpang dengan kendaraan roda dua (ojek).

Pada kesempatan penulis minta diantar ke kantor pemerintahan desa yang jauh nun disana dari pusat kota kecamatan, ditengah perjalanan kebetulan ada warung kopi, si boncel diminta berhenti dan diajak beristirahat, yuk !, kita ngobrol dulu sambil minum kopi, kebetulan di warung juga ada nasi uduk lauknya ikan tongkol, nah inilah masakan yang aku suka, cel!. Mari kita makan dulu, oke’ boncel menyahut.

Sambil makan, spontanitas senda gurauanku muncul,” NASI UDUK IKAN TONGKOL,  SAMBIL DUDUK KITA NGOBROL “, tapi kamu jangan sekali-kali aku peringatkan dia, dalam logat sunda JANGAN NYONYOO TONGKOL YA ! hehehe, boncel tersenyum lebar tau apa yang aku maksud, dari dalam sang pemilik warungpun ikut cekikikan mentertawakan selenehanku, aku sendiri jadi kaget??, gak tau juga ada yang dengerin celotehan murahku, bang! Boncel berbisik ketelingaku, yang punya warung jande kembang, masa! Sahutku, wow sepintas aku lihat ternyata cukup bahenol nerkom juga tuh jande, tapi kan!, aku disini mau tau, tentang kisah hidupmu cel. Lupakanlah yang itu, bukan aku munafik tawaranmu, kilahku.

Dalam rangkuman kisah kehidupannya, boncel menyadari, nasib menjadi seperti ini, bukan salah orangtua, bila teringat masa lalu, ketika dibesarkan di Kota Metropolitan Jakarta, aku lahir disana dari enam bersaudara, akulah yang bontot, sebagai anak terakhir, tentu ayah dan ibuku selalu memanjakan apa yang kupinta, barangkali inilah yang membuat angan dan khayalan menjadi buah simalakama, untuk lulus sekolah menengah ataspun tersendat-sendat menggapainya.

Sejak lulus sekolah menegah pertama, aku sudah mengenal yang namanya  rokok dan minuman keras, karena bergaul sama teman yang berperilaku sama, padahal orangtua tak pernah berhenti menasehati, agar menghindar dari pergaulan yang sesat dan nikmat sesaat.

Namun nasehat kedua orangtua itu, tak pernah ku dengar dan aku anggap bagai angin berlalu seperti speaker bocor, walau begitu biar aku peminum minuman keras, aku tak pernah menyentuh yang disebut narkoba bang! Seraya menatap, padahal orangtua hanya pegawai biasa saja, apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur, seandainya aku bisa membalikan pepatah berenang dahulu, berakit kemudian, senang dahulu kini hanya bisa meratap sakit, kasihan anak dan istri tak pernah bisa membahagiakan mereka, ungkap boncel.

Singaparna, kabupaten Tasikmalaya.(15/11/2017)

IWAN SINGADINATA

Ikuti tulisan menarik Iwan Singadinata lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

13 jam lalu

Terpopuler