x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Datang ke Resepsi Pernikahan Tunanetra

Di dalam gedung resepsi disediakan penyintas yang cepat tanggap mendampingi tamu Tunanetra. mereka sigap pula berkeliling mengambilkan makanan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

ahad kemarin, salah satu teman Tunanetra menikah. Ini pertama kali saya menghadiri pesta pernikahan yang kedua mempelainya sama-sama Tunanetra. Saya memilih menggunakan ojek online ke tempat resepsi. Pertimbangannya bukan sekedar harga yang lebih murah, melainkan pula saat sampai ke tempat tujuan, pengendara ojek lebih simpel dan mudah memarkir kendaraannnya. Setelah itu, saya bisa meminta tolong driver ojek mengantar, minimal sampai ke meja penerima tamu.

Saya menemukan beberapa keunikan di pesta yang  kedua mempelainya Tunanetra total itu. Ketika sampai di lobi resepsi, langsung tersedia penyintas yang membantu saya turun dari motor. Pertama bertemu, penyintas tersebut menyentuh punggung tangan dan memperkenalkan diri sebagai Desti. Ia dengan sigap menggandeng dan menunjukkan jalan dengan cermat. Desti juga sudah mengerti, bila menggandeng Tunanetra tidak menarik tangannya, melainkan membiarkan Tunanetra memegang bahu atau lengan mereka.

Tahap berikutnya, saya dibawa menuju ke meja penerima tamu. LaluTidak lupa Desti menuliskan nama saya di buku tamu. Sesampainya di dalam ruang pesta, Sohibul hajat sudah menyediakan kursi untuk tamu-tamu Tunanetra. dulu saat masih melihat, saya biasanya langsung menuju ke pelaminan untuk bersalaman dengan mempelai. Tapi kali ini tata caranya berbeda. Saya langsung dibawa penyintas ke kursi khusus tamu Tunanetra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya sempat berpikir, jangan-jangan Desti langsung pergi meninggalkan saya sendiri, usai saya didudukkan di kursi. Bila seperti itu kejadiannya, saya alamat kelaparan sampai siang. Karena,bagaimana mungkin saya menyusuri ruangan ramai orang dan mengambil makanan sendiri bila tidak ada penyintas? ternyata di sebelah kursi saya, ada penyintas lain yang sudah siap sedia mengantarkan tamu-tamu Tunanetra ke meja prasmanan, atau sebaliknya mengantarkan makanan kepada tamu Tunanetra. Maka, Desti langsung menyerahkan saya kepada relawan bernama Mijil.

Penyintas bernama Mijil ini kemudian menanyakan saya mau makan menu apa. Ia menawarkan menu dari yang pedas sampai yang manis dengan cara membacakan menunya satu persatu. Mijil juga menyebutkan jenis menu yang ada di  booth tersendiri. Setelah saya menyampaikan menu yang saya inginkan, Mijil kemudian mengambilkannya di dalam satu piring makan. Ia juga mengambilkan menu yang ada di booth terpisah

Tak lama berselang, penyintas saya yang berasal dari lembaga tempat saya belajar, Yayasan Mitra Netra, datang menjemput. Akhirnya tugas pun berpindah ke penyintas bernama Zaki. Setelah di bawah pendampingan Zaki, Saya yang sempat terpisah dengan rombongan kembali berbaur dengan teman teman Tunanetra lainnya. Begitu pun ketika akan bersalaman dengan pengantin, kami para tamu Tunanetra berbaris membentuk gerbong kereta.

Salah satu teman Tunanetra mengatakan, tempat pesta yang enak untuk Tunanetra adalah tersedianya meja untuk makan. Namun, seandainya meja dianggap membuat penuh ruangan, piranti makan yang dapat diakses sebaiknya juga disediakan. “Misalnya, piring makan yang agak cekung, agar makanan tidak bertumpahan. Sebab, kalau tunet makan kan piringnya suka miring,” ujar Endah Tri Wahyuningsih, salah satu Tunanetra yang datang ke pesta pernikahan.

Tunanetra lainnya, Juwita Maulida, mengatakan pesta pernikahan yang dapat diakses dengan baik oleh Tunanetra adalah pesta pernikahan yang menyediakan Usher atau penyintas satu per satu. Artinya, satu penyintas dapat mendampingi satu Tunanetra. “Ini berguna bagi Tunanetra saat akan memilih makanan prasmanan, Tunanetra jadi dapat menentukan makanannya sendiri,” ujar Juwita dalam pesta tersebut.

Agar ruangan pesta tidak terlalu penuh, sebaiknya meja diletakkan menempel dan mengikuti alur dinding. Bahkan, tata ruang pesta seperti itu dapat memudahkan Tunanetra mengikuti standing party. Kursi juga dapat diletakkan mengikuti alur meja. Sebaiknya tidak menggunakan meja bundar, karena menghabiskan lebih banyak ruang. Ruang kosong yang tersedia lebih banyak, dapat ditempati meja prasmanan. Ruangan yang lebih lega juga dapat mempermudah pramusaji mengantarkan makanan kepada tamu Tunanetra.

Bagaimanapun, tamu Tunanetra pada pesta pernikahan tidak akan mondar mandir, mereka akan lebih banyak duduk. Hanya suara mereka saja yang terdengar lebih ribut,karena harus bersaing dengan sound system yang memutar lagu pernikahan. “MakanyaSaya lebih suka pesta yang sistem suaranya tidak bergema, agar tidak membuat distraksi di telinga, maklumlah ya… Tunet menangkap informasi dari pendengaran,” ujar Juwita.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu