x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Begini Cara Tunanetra Membaca dan Menulis Huruf Braille

Membuat sebuah tulisan berhuruf Braille, Tunanetra menggunakan dua alat khusus bernama reglet dan stylus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejak pertama kali menhalami kebutaan, salah satu alat yang saya jarang ceritakan dan sentuh adalah buku atau kertas berisi artikel berhuruf Braille. Ini karena sulit bagi saya meraba huruf huruf timbul tersebut. Padahal, para Tunanetra pendahulu saya wajib mempelajari huruf Braille, Karena melalui huruf itulah seorang Tunanetra dapat membaca.

 

Namun, belajar mengidentifikasi huruf Braille tidaklah mudah. Bahkan bagi orang yang memiliki penglihatan, belajar huruf Braille memerlukan ketelitian dan kecermatan. Sebab, di kertas biasa, huruf Braille terlihat kasat mata. Bilapun terlihat, hanya berupa titik titik kecil sebesar ujung jarum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Huruf braille ditulis dengan alat yang disebut reglet dan stylus. Reglet adalah alat berupa penggaris yang memiliki lubang lubang kecil berjejer. Bila diperhatikan dengan seksama, di dalam lubang tersebut  terdapat lubang yang lebih kecil lagi ukurannya. Jajaran lubang terkecil itu letaknya berhimpitan secara vertikal. Ada tiga lubang vertikal di jajaran sebelah kanan dan tiga lubang vertikal di sebelah kiri.

 

Bila diurutkan, jajaran lubang kecil di sebelah kanan bernomor urut 1 sampai 3 dan jajaran lubang kecil di sebelah kiri adalah lubang bernomor 4 sampai 6. Nomor nomor tersebut digunakan sebagai patokan menulis huruf. Semisalnya, huruf A ditulis dengan cara melubangi penampang kertas yang ada di lubang nomor 1. Kemudian, menulis huruf B dilakukan dengan cara melubangi penampang kertas yang ada di lubang nomor 1 dan 2. Sedangkan huruf C dengan melubangi lubang nomor 1,2, dan 4. Sehingga bila diraba, huruf A berupa titik, huruf B berupa titik vertikal yang lebih panjang, dan huruf C seperti tanda siku.

 

Penulisan huruf Braille berbeda dengan cara pembacaannya. Huruf Braille ditulis dari kanan ke kiri. Sedangkan pembacaan huruf Braile dilakukan seperti membaca huruf Roma pada umumnya yaitu dari kiri ke kanan. “Karena cara membaca dan menulis yang berbeda itulah, saya lebih senang mengajarkan anak-anak menulis lebih dulu, agar mereka bisa membayangkan huruf dan mudah membaca buku Braille,” ujar Yani, salah satu pengajar huruf Braille dari Yayasan Mitra Netra.

 

Reglet ada yang terbuat dari plastik maupun lempeng besi. Reglet yang sekilas mirip penggaris itu memiliki alat penjepit di atasnya. Penjepit itulah yang mencegah kertas bergerak dan miring saat ditulis Tunanetra. Secara umum, reglet  dapat menjaga tulisan Braille tetap rapi dan lurus. Dalam penulisan Braille, reglet biasanya ditempel di ujung kanan kertas khusus. Kertas ini lebih tebal dari kertas biasa agar tidak berlubang saat ditulis.

 

Pasangan reglet dinamakan stylus. Stylus adalah paku berujung tumpul yang memiliki pegangan di ujung lainnya. Ukuran stylus tidak sepanjang paku biasa, melainkan hanya sebesar ibu jari. Stylus digunakan untuk melubangi kertas yang sudah dijepit reglet. Tekanan stylus pada penampang kertas inilah yang membentuk tekstur timbul.

 

Bagi Tunanetra dewasa penderita diabetes yang kebas ujung jarinya, seperti saya, membaca huruf Braille memerlukan usaha berkalilipat. Sebab, selain membutuhkan keterampilan, membaca huruf Braille membutuhkan sensitifitas ujung jari. Karena jarak antar kata yang ditulis huruf Braille sangat dekat, bila tidak teliti, huruf yang teraba akan terasa bertumpuk.  

 

Dewasa ini setelah ada teknologi pembaca layar, banyak Tunanetra dewasa yang enggan membaca atau belajar menggunakan huruf Braille. Pada akhirnya, mereka lebih senang membaca buku digital daripada buku Braille. Selain membutuhkan waktu yang lebih lama dalam membacanya, buku-buku Braille membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih luas. Ini karena buku Braille memiliki halaman yang lebih tebal dari pada buku umumnya. Pada halaman buku Braille, tulisan tidak dapat dicetak bolak balik. Karena itulah, buku Braille dipastikan memiliki ukuran yang lebih tebal dari buku biasa.

 

Meski sudah mulai jarang digunakan, mempelajari Braile wajib hukumnya bagi Tunanetra. Huruf Braille sangat berguna bagi Tunanetra dalam memberi tanda pada barang tertentu. Misalnya, dalam mengidentifikasi obat atau makanan yang memiliki kadaluarsa. Bahkan hingga saat ini, huruf Braille adalah satu satunya media yang digunakan dalam kartu nama. Kadang, untuk beberapa dokumen rahasia, huruf Braille juga digunakan, demi  menjaga kerahasiaan.

 

Sistem penulisan huruf Braille diciptakan oleh seorang berkebangsaan Perancis bernama Louis Braille. Pada umur 4 tahun, Braille mengalami kebutaan karena matanya tertusuk jarum. Kemudian ia bersekolah di sekolah khusus Tunanetra. Di sekolah itulah, pada tahun 1921, Braille berkenalan dengan seorang tentara Perancis bernama Charles Barbier. Tentara perang itu kemudian  memperkenalkan sistem penulisan sandi militer yang mengkombinasikan letak 12 titik bernama “Night Writing”kepada Braille. Kemudian Braille menyederhanakannya menjadi kombinasi 6 titik. Tidak lama setelah itu, terbitlah buku buku yang kemudian dapat dibaca para Tunanetra.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB