x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gedung-gedung yang Ramah Penyandang Disabilitas

Gedung-gedung tersebut memiliki sarana pembantu yang tidak akan menyulitkan kalangan umum untuk ikut menggunakannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tunanetra selalu mencari titik patokan ketika berjalan atau menghafal lokasi. Walau sudah hapal bertahun-tahun di dalam sebuah ruangan atau lokasi, namun bila orientasinya sedang kacau, Tunanetra tetap akan kehilangan arah. Disorientasi arah ini tetap terjadi meskipun Tunanetra tersebut berada di dalam sebuah ruangan yang sama dan tidak begitu besar. Kejadian seperti ini sering menimpa Tunanetra dewasa yang awalnya terbiasa melakukan mobilitas dengan penglihatannya.

 

Kondisi ini akan mudah teratasi bila di dalam sebuah ruangan terdapat guiding block. Artinya, guiding block tidak selalu harus berada di luar ruangan. Semisalnya, guiding block yang ada di lantai hall utama Perpustakaan Nasional, di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Guiding block yang disediakan dibuat rata dengan lantai. Bila diraba, bentuk guiding block itu berbeda dengan yang ada di trotoar jalan raya. Teksturnya panjang panjang dan terasa lebih empuk ketika diraba tongkat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Guiding block tersebut mengarahkan pengunjung perpustakaan ke beberapa tempat. Misalnya, ada guiding block yang mengarahkan ke lift, ada pula yang mengarahkan ke eskalator. Guiding block dalam ruangan seperti ini sangat membantu Tunanetra datang dan mengakses sendiri ruangan yang dituju, walaupun tempat tersebut berada di ruang publik dan ramai orang lalu lalang.

 

Meski begitu, Tunanetra yang datang ke Perpusnas tetap membutuhkan bantuan petugas untuk mengakses lantai lantai lain. Sebab, tidak semua lantai di Perpustakaan Nasional memiliki guiding block di dalam ruangannya. Semisalnya, bila akan mendaftar menjadi anggota perpustakaan, Tunanetra harus menjalani prosedur pendaftaran umum di lantai 2. Padahal ruang yang menyediakan layanan disabilitas berada di lantai 7. Lantai yang menuju kedua ruangan itu tidak terdapat guiding block.

 

Selain Perpustakaan Nasional ada pula gedung yang ramah untuk penyandang disabilitas. Tidak hanya untuk penyandang disabilitas netra, tapi juga disabilitas daksa yang memakai kursi roda. Gedung milik Bank Niaga di Jalan Gajah Mada ini dilengkapi dengan railing besi atau pegangan besi setinggi pinggang orang dewasa yang mengarahkan penyandang disabilitas menuju ke dalam ruangan. Railing memang dibuat untuk mengarahkan seorang disabilitas dari luar ruangan lapang tidak berbatas menuju ke ruangan yang berada didalam bangunan.

 

Bagi penyandang disabilitas daksa pengguna kursi roda, railing dapat berguna sebagai pegangan untuk menjaga keseimbangan. Sedangkan bagi Tunanetra, railing dapat memberikan rasa aman, sehingga dapat membantu berjalan lebih cepat. Sayangnya, railing kurang begitu cocok untuk penggunaan dalam ruangan. Apalagi bila dipasang berdekatan dengan tembok. Selain mengambil ruang lebih besar, fungsi railing jadi tidak maksimal. Tentu akhirnya, orang lebih nyaman berpegangan tembok dari pada railing itu sendiri.

 

Setelah guiding block dan railing besi, ada pula desain yang membuat sebuah gedung terkesan ramah bagi penyandang disabilitas. Yaitu tangga tanpa undakan atau berbentuk landasan miring. Biasanya, tangga seperti ini dilengkapi railing dan berfungsi untuk penyandang disabilitas berkursi roda. Dengan begitu, pengguna kursi roda dapat mengakses antar ruangan. Namun landasan miring ini tidak bisa digunakan begitu saja tanpa karet pengaman. Sebab, Tekstur lantai pada landasan miring tentu menjadi lebih licin.

 

Apalagi bila landasan miring digunakan untuk penggunaan luar bangunan. Landasan miring akan basah terkena tampiasan air hujan atau tanah bawaan. Bila tidak sering dibersihkan atau dikeringkan terasa sangat licin bila dipijak. Keadaan seperti ini sangat berbahaya bagi orang yang melewatinya. Bahkan bagi orang dari kalangan umum sekalipun, bila tidak berhati-hati dapat terpeleset dan terjatuh.

 

Meski diperlukan penggunaanya pada landasan miring, karet pengaman tidak boleh terlalu tebal. Sebab tetap akan menyulitkan bagi orang yang melewatinya. Salah-salah karet pengaman malah membuat seseorang tersandung. Karet pengaman juga tidak memiliki tekstur berlubang. Bagi pengguna disabilitas yang menggunakan tongkat, karet pengaman yang berlubang dapat membuat ujung tongkat tersangkut di dalamnya.

 

Lift yang dilengkapi pembaca layar atau cetakan huruf braille pada tombolnya juga sangat diperlukan untuk membantu penyandang disabilitas mengakses ruangan. Beberapa gedung di Singapura bahkan memiliki tangga darurat dan ruang evakuasi bagi penyandang disabilitas. Ruang evakuasi ini berfungsi juga bagi kalangan umum, bahkan justru memudahkan kalangan umum menggunakannya. Tangga darurat tidak dibuat berundak, melainkan berupa landasan miring yang tidak begitu landai. Sayangnya, tidak semua gedung dapat memenuhi sarana ramah disabilitas. Selain memerlukan biaya lebih besar, untuk memnuhi sarana seperti itu diperlukan ruang gedung yang lebih besar.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu