x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sejarah Kesultanan Bulungan

Paparan sejarah Kesultanan Bulungan dari pra kesultanan sampai era NKRI

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sekilas Kesultanan Bulungan Dari Masa Ke Masa

Penulis: HS. Ali Amin Bilfaqih S.

Tahun Terbit: 2006

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: CV Eka Jaya Mandiri

Tebal: vi + 80

ISBN:  

Kesultanan Bulungan adalah sebuah kesultanan yang memiliki peran penting dalam sejarah Nusantara, Hindia Belanda dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayahnya yang kaya akan minyak, khususnya Pulau Tarakan dan kaya akan hasil bumi lainnya, membuat Bulungan memegang peran penting dalam perdagangan sejak sebelum Belanda memasuki wilayah ini. Kesultanan Bulungan juga sangat berperan dalam menentukan bagian utara Pulau Kalimantan ini masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab tawaran Belanda kepada Bulungan untuk tetap bersama dengan Belanda di tahun 1945 ditolak oleh Sultan Djalaluddin. Namun saya sekali sejarah Kesultanan Bulungan belum banyak ditulis. Setahu saya bahkan belum ada buku yang memuat sejarah yang cukup lengkap tentang kesultanan di ujung timur laut Pulau Kalimantan ini.

Dari sedikit bahan yang ada, buku ini adalah salah satu yang memuat cukup banyak informasi tentang sejarah Bulungan. Buku “Sekilas Kesultanan Bulungan dari Masa ke Masa” ini merupakan karya HS. Ali Amin Bilfaqih S. Beliau adalah keturunan dari seorang ulama Arab yang didatangkan ke Bulungan dari Demak di era Kerajaan Demak. Sebagai keturunan pembesar agama (Islam) di Kesultanan Bulungan, wajar jika beliau memiliki informasi yang mendalam tentang kesultanan ini.

Dalam buku ini Bilfaqih menyatakan bahwa sejarah bukan hanya kenangan masa lalu tapi juga, sejarah merupakan media dalam berpikir dan menentukan sikap dan mengambil suatu keputusan, untuk berbuat atau untuk tidak berbuat (hal. 3). Pernyataan ini menunjukkan bahwa Bilfaqih memang menulis buku ini dengan posisi yang sudah ditentukan sebelumnya. Beliau tidak menulis sebagai seorang ahli sejarah yang mempertimbangkan semua informasi untuk membangun pendapatnya. Beliau telah menetapkan arah karyanya. Meski demikian buku ini tetap memberikan banyak informasi yang bisa diolah kembali untuk menuliskan sejarah Kesultanan Bulungan yang lengkap.

Secara ringkas, Bilfaqih menyampaikan bahwa nenek moyang orang Bulungan adalah dari Yunan (hal. 6). Para imigran dari Tiongkok Selatan ini kemudian menjadi suku Dayak Kenyah dan Dayak Kayan. Sedangkan yang hijrah ke wilayah pantai dan terjadi percampuran darah dengan penduduk pendatang dari wilayah lain menjadi suku Tidung dan suku Bulungan (hal. 7).

Bilfaqih menyampaikan legenda sebagai titik berangkat penulisan sejarah Kesultanan Bulungan. Ia mengungkapkan legenda Kuwanji, seorang pemimpin di Long Payan di hulu sungai Pujungan. Melalui legenda Kuwanji ini, Bilfaqih mengungkap asal-usul suku Bulungan, yaitu dari sepotong bambu dan sebutir telur. Potongan bambu menjadi bayi laki-laki dan telur menetas menjadi bayi perempuan (hal. 19). Sayang sekali Bilfaqih tidak menggali lebih dalam legenda ini, sehingga bisa terungkap mengapa orang Bulungan membangun legenda bahwa asal-usulnya dari sepotong bambu dan sebutir telur.

Selanjutnya Bilfaqih membahas sebuah kuburan di desa Long Pleban di Muara Sungai Batang, Kecamatan Peso, yang diyakini sebagai makam Paren Anji’, cikal-bakal suku Bulungan, keturunan Djau Iru, sang pemuda yang berasal dari sepotong bambu (hal. 21). Kubur inilah yang selalu diziarahi oleh para kerabat Kesultanan Bulungan.

Catatan sejarah Bulungan yang lebih jelas dimulai dari tahun 1458. Pada tahun tersebut Bulungan diserang oleh suku Kenyah dari Serawak, sehingga para pemimpin Bulungan ini lari ke Baratan. Mereka kemudian dibantu oleh pangeran dari Brunai untuk melawan orang Kenyah. Uniknya dalam kisah ini pemimpin suku Kenyah dan pemimpin orang Brunai sama-sama sakti dan tidak ada yang bisa mengalahkan (hal. 23). Apa artinya hal ini? Apakah orang Bulungan berupaya menjaga hubungan dengan orang Brunai dan suku Kenyah sehingga dalam cerita tersebut tidak ada yang dikalahkan? Dalam hal ini pun Bilfaqih tidak mencoba untuk menganalisisnya.

Kesultanan Bulungan bisa dikatakan berawal dari pernikahan Datuk Mancang, pangeran dari Brunai dengan Asung Luwan, pemimpin suku Bulungan sekitar tahun 1555.  Karena sejak itu kepemimpinan suku Bulungan sudah lebih modern, bukan lagi sekedar kepemimpinan adat (hal. 25). Bilfaqih juga menunjukkan bahwa Kesultanan Bulungan berhubungan dengan Kesultanan Zulu, karena menantu Datuk Mancang adalah pangeran dari Zulu bernama Singa Laut. Singa Laut memerintah Bulungan dari tahun 1594-1631. Sedangkan gelar Sultan pertama kali dipakai oleh Sultan Amiril Mukminin (1731-1777). Sultan Mukminin memindahkan pusat peerintahannya dari Baratan ke di Salimbatu (hal. 26). Pada jaman Sultan Mukminin inilah perkembangan Agama Islam berlangsung pesat. Sultan Amiril Mukminin mendatangkan guru agam dari Kerajaan Demak bernama Sayid Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad Bilfaqih, atau lebih dikenal dengan sebutan Tuan Kali Abdurrahman (hal. 27).

Pengaruh Belanda mulai terlihat di Kesultanan Bulungan pada tahun 1878. Belanda berhasil mempengaruhi kekuasaan Sultan Kaharuddin II, dimana Belanda berhak menentukan kebijakan Sultan (hal. 31). Kekuasaan Belanda menjadi semakin besar pada tahun 1897 dimana beberapa tanah di Kalimantan diserahkan kepada pihak Belanda (hal. 32). Pada tahun 1902, NV BPM, sebuah perusahaan minyak Belanda menemukan minyak di Pulau Tarakan. Penemuan minyak ini menyebabkan Kesultanan Bulungan menjadi kaya (dan dekat dengan Pemerintah Belanda?).

Saat Tarakan bisa direbut kembali oleh tentara NICA yang dipimpin Belanda (tentara Australia?), Belanda menawarkan pangkat Letnan Kolonel kepada Sultan Muhammad Djalaluddin. Namun tawaran tersebut ditolak. Sultan Muhammad Djalaluddin lebih memilih bergabung dengan Pemerintah Republik Indonesia yang baru diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hal. 37). Pada tanggal 17 Agustus tahun 1949, pertama kali bendera Merah Putih berkibar di depan Istana. Upacara tersebut dipimpin langsung oleh Sultan Maulana Muhammad Djalaluddin (hal. 39).

Tentang tragedi 1964, Bilfaqih mengungkap sengketa antara Kesultanan Bulungan dengan tentara. Saat terjadi konfrontasi dengan Malaysia, banyak tentara didatangkan ke wilayah Kesultanan Bulungan. Blifaqih menyatakan bahwa beberapa tentara ada yang tergiur dengan kekayaan yang dimiliki oleh kalangan bangsawan Bulungan. Mereka membuat issue dan tuduhan bahwa Kabupaten Bulungan merencanakan makar dan ingin melepaskan diri dari NKRI (hal. 44). Gerakan ini dinamakan BULTIKEN (Bulungan Tidung Kenyah).

Bilfaqih mengungkapkan fakta bahwa pada malam tanggal 2 Juli 1964 Kapten Buntaran dan Letnan B. Simatupang bertamu di kediaman Raja Muda di Istana Bulungan (hal. 46). Mereka bercengkerama bertiga di Istana. Namun pagi harinya tanggal 3 Juli 1964, Letnan Simatupang bersama dengan tentara satuan tempur Brawijaya 517 mengepung Istana. Tentara melakukan penangkapan terhadap kerabat Raja Muda yang dinyatakan melarikan diri. Pada tanggal 23-24 Juli 1964 istana Bulungan dibakar oleh tentara. Bilfaqih menuliskan secara rinci para kerabat istana yang ditangkap oleh tentara. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Bilfaqih menyatakan bahwa sesungguhnya Kesultanan Bulungan, yang saat itu telah menjadi kabupaten tidak pernah melakukan upaya makar. Upaya makar tersebut adalah hasil rekayasa sebagian tentara yang menginginkan kekayaan para bangsawan Bulungan.

Bilfaqih mengakui bahwa apa yang ditulisnya ini adalah sebuah rintisan. Masih diperlukan kerja keras, ketekunan dan kecermatan luar biasa untuk menuliskan sejarah Kesultanan Bulungan dengan lebih lengkap (hal. 5). Bilfaqih telah memberikan sumbangan fakta-fakta tentang sejarah Bulungan, khususnya tentang malam menjelang serangan tentara ke istana Bulungan dan penangkapan-penangkapan kerabat Sultan setelahnya. Informasi ini sangat berguna untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi di tahun 1964 tersebut.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini