x

Iklan

Ranang Aji SP

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Opini Publik [Walter Lippman]

Bab pertama bagian 1 dari buku Walter Lippman versi terjemanhan saya. Bersi tentang realitas luar dan gambaran dalam kepala yang membentuk opini publik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bab 1

Pendahuluan

Dunia Luar dan Gambaran Kepala Kita

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1

Tahun 1914, di sebuah pulau, beberapa orang Inggris, Perancis, dan Jerman tinggal di sana. Tidak ada komunikasi kabel yang mencapai pulau itu, dan kapal uap Inggris pembawa surat hanya datang sekali dalam enam puluh hari. Sebelum bulan September tiba, di pulau itu masih hangat kabar tentang upaya Madame Caillaux[1]membunuh Gaston Calmette. Oleh sebab itu, seluruh koloni berkumpul di dermaga di pertengahan September untuk mendengar kabar dari kapten tentang putusan kasus itu. Selama enam minggu itu, mereka saling belajar dari mereka yang berbahasa Inggris dan juga orang Prancis yang memperjuangkan perjanjian suci melawan Jerman. Selama enam minggu yang aneh itu, mereka seolah-olah adalah sekumpulan kawan, meskipun sebenarnya mereka adalah lawan.

Tapi nasib mereka tidak begitu berbeda dengan sebagian besar penduduk Eropa. Selama enam minggu itu, di benua yang hanya berjarak sekitar enam hari atau enam jam, mereka telah melakukan kekeliruan . Ada jarak. Di saat itu, ada sebuah gambaran di mana orang-orang Eropa seperti biasa melakukan kegiatan sehari-hari dengan menimbuni hidup mereka dengan pelbagai urusan. Ada kalanya setiap orang  masih melakukan penyesuaian dengan lingkungan yang sudah tak ada sama sekali. Di seluruh dunia, hingga 25 Juli tahun itu, banyak orang terus saja memuatkan barang-barang yang tak akan terkirim, membeli barang yang tak mampu diimpor, merencanakan karir dalam sebuah perusahaan, membuat harapan-harapan untuk menghibur diri. Semua itu dengan keyakinan bahwa dunia seperti halnya yang mereka pahami.Orang-orang menulis buku yang menggambarkan dunia saat itu. Mereka meyakini gambaran dalam kepala mereka. Kemudian, empat tahun kemudian, di Kamis pagi, tersiarlah kabar tentang gencatan senjata. Semua orang bergembira tak terkira dan mensyukuri tahun-tahun penuh pembantaian yang telah usai. Namun, sebelumnya, dalam lima hari sebelum gencatan senjata yang sebenarnya -dan meskipun akhir perang dirayakan, beberapa ribu anak muda tewas dalam medan pertempuran.

Bila kita menengok ke belakang, secara tidak langsung kita akan melihat lingkungan dimana kita hidup. Kita bisa menjumpai dimana berita datang pada kita dengan cepat, atau mungkin dengan sedikit lamban, namun semua itu menjadi gambaran kebenaran bagi kita dan kemudian menempatkannya sebagai bagian dari lingkungan kita. Hal itu sulit untuk dimengerti bagaimana tindakan kita justru meyakini itu. Namun, memperhatikan orang lain dan usia yang berbeda dari kita, menyanjung diri sendiri itu sungguh gambaran dunia yang menggelikan.

Mari coba kita tegaskan, sebab kita piawai melihat masa lalu, seperti halnya dunia yang perlu diketahui, dan memang dunia memahami seperti itu, adalah dua hal yang cukup kontradiktif. Kita juga mengerti, sementara mereka diatur dan berjuang, direformasi dan diperdagangkan di dalam dunia yang mereka bayangkan ada, tapi mereka gagal memproduksi atau menghasilkan sesuatu. Mereka memulai dengan menuju Hindia dan kemudian justru menemukan Amerika. Mereka dianggap sebagai orang jahat, dan lantas seorang perempuan tua pun mereka gantung. Mereka berpikir akan menjadi kaya dengan selalu menjual tanpa pernah membeli. Sementara,ditempat lain, sebuah Khalifah, mematuhi kehendak Allah, membakar perpustakaan di Alexanderia.

St. Ambrose[2], menulis sekitar tahun 389 M sebagaimana kasus tahanan Plato di gua yang tegas menolak untuk menoleh. "Membahas sifat dan posisi bumi tidak akan membantu dan memberikan harapan hidup kita di masa depan. Cukuplah mengetahui firman kitab suci.

"Bahwasannya, Ia menggantungkan bumi di atas kehampaan'"( Ayub:xxvi 7) Mengapa kita mesti berdebat apakah Ia tergantung di udara, air atau mempertajam kontroversi bagaimana udara yang tipis bisa menopang bumi; atau bila bumi di atas air, mengapa tidak jatuh ke bawah?..Bukan karena bumi berada di tengah, atau seolah hanya berdiam dalam  keseimbangan, tetapi semua itu karena keagungan Allah dengan kehendak hukum-Nya, apakah itu dalam kestabilan, ketidakstabilan atau kehampaan." [Catatan kaki: Hexaemeron, i. bab 6, dikutip dalam The Mediæval Mind, by Henry Osborn Taylor, Vol. i, p. 73.] oleh Henry Osborn Taylor, Vol.i p. 73.]

Memperdebatkan hal semacam itu tidak akan membantu kita memberikan harapan hidup di masa depan. Cukuplah kita pahami kitab suci. Mengapa memperdebatkannya? Namun, setengah abad kemudian setelah masa St. Ambrose, pendapat itu tetap bermasalah, masalah yang justru bersifat antipoda. Seorang biarawan, Cosmas[3], ia dikenal dengan pencapaian ilmiahnya dan karena itu ia mendapatkan kepercayaan untuk menulis topografi Kristen atau “Christian Opinion concerning the World (Pendapat kaum Kristiani Mengenai Dunia) [Catatan kaki "Opini Kristen mengenai Dunia.": Lecky, Rasionalisme di Eropa, Vol.i, hlm. 276-8.] Hal ini menjelaskan bahwa ia tahu persis apa yang diharapkan dari dirinya, karena semua ini ia simpulakan dari Kitab Suci yang dibacanya.

Kemudian, tampak bahwa dunia merupakan genjang datar yang luasnya menghampar dari timur ke barat dan panjangnya meliputi utara hingga selatan. Di tengahnya, bumi dikelilingi lautan dan selanjutnya dataran menghampar, dimana orang-orang hidup sebelum banjir melanda. Bumi di sisi lain merupakan embarkasi. Embarkasinya Nuh. Di utara adalah sebuah gunung tinggi berbentuk kerucut mengitari matahari dan bulan. Ketika matahari berada di balik gunung, dan itulah yang disebut malam. Langit terpancang di sisi luar bumi. Terdiri dari empat dinding tinggi yang saling bertemu pada atapnya yang cekung. Bumi menjadi lantai alam semesta. Pada sisi langit lainnya, samudra merupakan air di batas cakrawala. Ruang antara samudra yang terhubung dengan langit dan atapnya alam semesta yang terberkati. Ruang antara bumi dan langit dihuni oleh para malaikat. Akhirnya, karena Paulus mengatakan bahwa semua manusia dibuat untuk hidup di "muka bumi" bagaimana mungkin mereka bisa hidup di balik antipoda-antipoda? Sebelum melewati matanya, seorang Kristen, kita diberitahu tidak seharusnya bicara tentang Antipoda.' "[Catatan kaki:. Id]

Setidaknya ia menuju pada antipoda-antipoda atau seharusnya setiap Pangeran Kristen memberinya sebuah kapal, atau pelaut yang handal untuk mencoba. Bagi Cosmas, tidak ada yang tidak masuk akal tentang petanya. Mengingat keyakinannya yang mutlak terhadap peta alam semesta, kita bisa memahami mengapa ia takut Magellan atau Peary bertabrakan dengan malaikat di kolong langit bila terbang tujuh mil ke udara.

Dengan cara terbaik yang sama, kita bisa memahami gejolak dalam perang dan politik, mengingat hampir semua pihak memiliki gambaran dan keyakinan yang berseberangan yang dibutuhkan sebagai fakta. Bukan tentang apa, tetapi apa yang seharusnya menyokongnya sebagai kenyataan. Dan, seperti halnya Hamlet, yang berpikir dialah Sang Raja dan menusuk Polonius dari balik tirai sembari mengatakan:

"Celakalah engkau, kudisan, pencuri bodoh. Lebih baik kuberikan perpisahan padamu, dan mengambil keberuntunganmu."



[1]Henriette Caillaux (5 Desember 1874 - 29 Januari 1943) adalah seorang sosialita Paris dan istri kedua mantan Perdana Menteri Perancis, Joseph Caillaux. Pada tanggal 16 Maret 1914, dia menembak dan membunuh Gaston Calmette, editor surat kabar Le Figaro

[2]Santo Ambrosius, uskup Milan, salah satu uskup terpenting pada abad ke 4. Bersama-sama dengan Augustinus Hippo, Hieronimus, dan Gregorius I, ia dianggap sebagai empat doktor Gereja Barat dalam Sejarah Gereja kuno.

 

[3]Cosmas Indicopleustes (Yunani Κοσμ?ς ?νδικοπλε?στης, artinya "Cosmas yang berlayar ke India"; yang juga dikenal sebagai Kosmas sang Biarawan) adalah seorang pedagang Yunani dan kemudian eremit darri Aleksandria, Mesir.[1] Ia merupakan seorang penjelajah abad ke-6, yang membuat beberapa perjalanan ke India pada masa pemerintahan kaisar Yustinianus. Karyanya Topografi Kristen berisi beberapa peta dunia terawal dan terkenal. Cosmas merupakan murid dari Patriarkh Siria Timur Aba I dan ia sendiri adalah pengikut Gereja Timur

 

Ikuti tulisan menarik Ranang Aji SP lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler