x

Iklan

Ranang Aji SP

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Opini Publik [Walter Lippman] -2

Publik Opini karya Walter Lippman terjemahan saya di bab dua bagian 2

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bab 1

Dunia Luar dan Gambaran Kepala Kita

2

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang-orang hebat, bahkan selama masa hidup mereka, biasanya pribadinya dikenal masyarakat hanya melalui  Fiksi. Oleh sebab itu, hanya sedikit kebenaran yang bisa diperoleh. Pepatah lama mengatakan, "tidak ada orang yang menjadi pahlawan bagi pelayannya." Hanya ada sedikit kebenaran bagi pelayan dan bagi sekretaris pribadi mereka. Mereka tenggelam dalam fiksinya sendiri.

Para bangsawan di kerajaan, tentunya, mencoba mengkontruksi kepribadiannya. Apakah mereka mempercayai karakter publiknya sendiri, atau hanya mempercayai pengurus kerajaan untuk mengelolanya. Setidaknya, ada dua hal yang pokok yang membedakan, raja itu sendiri dan publik, manusia dan pribadi.

Biografi orang-orang hebat lebih banyak terpuruk atau setidaknya karena tidak disiapkan menjadi sejarah dari dua hal itu. Penulis biografi mereproduksi kehidupan orang-orang, sementara memoar mengungkap sisi lain. Charnwood Lincoln, misalnya, adalah potret yang menajubkan, bukan sebagai manusia, namun sebagai tokoh epik yang dipenuhi makna -yang bergerak ke pelbagai realitas seperti halnya Aeneas[1] atau St. Goerge. Oliver Hamilton, pada sisi lain, merupakan keniskalaan yang penuh keagungan, sebuah patung yang  mengispirasi atau sebuah esai yang Oliver sebut sebagai Amerika Serikat. Ini merupakan karya monumen bagi negara, yang nyaris menyerupai biografi seseorang. Terkadang, orang membangun fasad mereka sendiri dan memberikan sebuah gambaran interior rumah sebagai dirinya. Buku harian Margot Asquith[2], The Repington,  adalah jenis potret diri yang mampu mengungkap secara detail sebagaimana indeks yang memperlihatkan bagaimana penulis ingin mengungkap diri mereka sendiri.

Namun, potret yang paling menarik adalah di saat muncul secara spontan dalam pikiran manusia. Ketika Victoria bertahta, kata Strachey[3][cat kaki: Lytton Strachey, Ratu Victoria, hal. 72.] ada gelombang besar antuaisme dalam masyarakat. Jalanan dipenuhi dengan kegairahan, tontonan yang menggairahkan dari gadis-gadis yang bak ratu, pipi-pipi merah merona, gaun-gaun modis penuh pesona dan udara dipenuhi sentimen dan rasa cinta serta loyalitas. Semua itu, sungguh menunjukkan perbedaan yang nyata antara Ratu Victoria dan pamannya. Ia, sebagaimana orang-orang mengenangnya,  digambarkan sebagai orang tua yang jahat dan bejat, egois, keras kepala serta konyol. Sejenis manusia yang memikul beban hutang abadi dan dipenuhi kebingungan serta kehilangan reputasi. Semua itu lenyap seketika, seperti halnya musim salju berganti musim semi yang dirayakan ketika Victoria dinobatkan.

M. Jean de Pierrefeu, misalnya, [Catatan kaki:. Jean de Pierrefeu, GQG Trois ans au Grand Quartier General, pp 94-95]merupakan tangan pertama yang melihat keagungan seorang pahlawan. Ia adalah staf Jenderal Josepht Joffre[4], seorang prajurit besar dengan nama yang harum:

"Selama dua tahun publik merayakan kemenangan Maine secara gila-gilaan. Selama itu, bahkan, bagasi menjadi peot oleh tumpukan koper berisi surat kekaguman dan pujian dari banyak orang. Saya rasa, tak ada satu komandan pun yang sebanding dengan Jenderal Joffre dalam perayaan kemenangan itu. Mereka mengirimkan pelbagai parzel, gula-gula terbaik di dunia, anggur terbaik, sampanye, rokok, buah-buahan, tinta dan banyak lagi. Nyaris setiap wilayah mengirim sesuatu yang istimewa.Para seniman mengirimkan karya mereka, lukisan dan patung. Ibu-ibu mengirim syal atau kaus kaki dan pengembala mengukir pipa untuknya. Seluruh pengusaha di dunia yang membenci Jerman mengirimkan produk mereka, cerutu Havana, anggur Portugal. Penata rambut terkemuka membuat tren dengan model rambut sepertinya dan para penulis menulis ribuan frase untuk melukiskan karakter dan memuji sang jenderal. Ia juga memiliki semua skrip dalam bentuk surat dari pelbagai negara dengan pelbagai dialek berisi ungkapan rasa syukur, perasaan penuh kasih sayang dan penghormatan yang khidmat. Mereka menyebutnya sebagai Juru Selamat Dunia, Bapak Bangsa, Wali Allah, orang yang penuh derma pada manusia dan sebagainya...Bukan saja orang Perancis, tetapi juga Amerika, Argentina, Australia dan sebagainya..dan sebagainya...

Ribuan anak-anak kecil, tanpa sepengetahuan orang tua mereka, mengambil pena di tangan dan menulis untuk mengungkapkan cinta mereka: kebanyakan dari mereka memanggilnya Bapa Kami. Ada perasaan yang mengharu biru dalam curahan hati dan adorasi mereka. Ini seperti halnya pengungkapan dari perasaan lega setelah terbebas dari barbarisme. Atas semua semangat yang agak naif ini, Joffre, menjadi seperti halnya St. Goerge yang mengalahkan naga. Tentu saja, ia menjadi perwujudan kemenganan dari suara nurani umat manusia, seperti halnya kebaikan mengalahkan kejahatan dan seperti cahaya yang menerangi kegelapan. Sebagian yang lain, orang-orang dari jenis yang paling tolol, konyol dan gila mengirimkan permohonan dengan tujuan tertentu. Saya membaca surat dari orang Sydney, memohon Jenderal untuk menyelamatkannya dari musuh-musuhnya. Sementara yang lain, orang Selandia Baru, memohon Sang Jenderal berkenan mengirimkan pasukannya untuk menagih hutang senilai £ 10 pada seorang pria yang tidak mau membayar hutangnya. Akhirnya, ada ratusan gadis muda yang mendobrak rasa malu mereka dan tanpa diketahui keluarganya memintanya untuk ditunangi. Sebagian yang lain, mengatakan sudah cukup bila diperkenankan bisa melayaninya."

Kemengangan yang dimenangkannya bersama staf dan pasukannya dari penderitaan pribadi, keputuasaan perang, serta harapan akan masa depan, secara ideal dikombinasikan dengan posisi Joffre. Disamping lahir seorang pahlawan yang hebat, lahir pula kecaman yang buruk. Dengan mekanisme yang sama, di mana pahlawan menjelma, setan pun dicipta. Jika semua hal yang baik berarti Joffre, Foch, Wilson atau Roosevelt, maka segala yang jahat adalah berarti Kaisar Wilhem, Lenin dan Trotsky. Mereka, selamanya adalah Si Budiman dan Si Jahat. Dalam pikiran yang sederhana dan penakut, bila tidak ada manuver politik, tidak ada penyerangan, tidak ada kematian, tidak menghalangi atau tidak ada kebakaran yang misterius yang disebabkan oleh angin, semua ini sumbernya dari pribadi yang jahat.



[1]Dalam mitologi Yunani dan Romawi, Aineias adalah pahlawan Troya dan anak dari pangeran Ankhises dan dewi Afrodit. Ayahnya adalah sepupu kedua dari raja Troya, Priamos.

[2]Emma Alice Margaret Asquith, Countess of Oxford dan Asquith (née Tennant; 2 Februari 1864 - 28 Juli 1945), yang dikenal sebagai Margot Asquith, adalah seorang sosialita, penulis, dan cendikiawan Anglo-Skotlandia. Dia menikah dengan H. H. Asquith, Perdana Menteri Kerajaan Inggris, dari tahun 1894 sampai kematiannya pada tahun 1928.

[3]Giles Lytton Strachey,1 Maret 1880 - 21 Januari 1932) adalah seorang penulis dan kritikus Inggris. Anggota pendiri Bloomsbury Group dan penulis the Eminent Victorians, dia terkenal karena membangun bentuk biografi baru di mana wawasan dan simpati psikologis digabungkan dengan ketidaksopanan dan kecerdasan. Biografinya, Ratu Victoria (1921) dianugerahi Penghargaan James Tait Black Memorial.

 [4]Marsekal Joseph Jacques Césaire Joffre (12 Januari 1852 - 3 Januari 1931), adalah seorang jenderal Prancis yang bertugas sebagai Panglima Tertinggi pasukan Prancis di Front Barat sejak dimulainya Perang Dunia I sampai akhir 1916. Dia terkenal karena mengelompokkan kembali tentara sekutu yang mundur untuk mengalahkan Jerman pada Pertempuran Pertama yang Strategis di Marne pada bulan September 1914.

 

Ikuti tulisan menarik Ranang Aji SP lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler