x

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengenali Bahasa Penaklukkan

Bahasa yang kita gunakan sangat ampuh sebagai media untuk menaklukkan siapapun lawan bicara kita. Cekidot

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Saya memelajari ilmu ini selama satu semester di jenjang S2 saya di Amerika". Itulah pernyataan yang keluar dari mulut saya sendiri, ketika dalam sebuah presentasi di depan klien, saya merasa "geram" dibombardir dengan pernyataan-pernyataan yang meragukan kemampuan saya.

Apa dampaknya? Ampuh sekali. Mereka (klien) terdiam dan tidak lagi semena-mena memberikan tanggapan terhadap presentasi saya. Mungkin mereka jauh merasa teryakinkan, setelah mendengar pernyataan saya itu.

Bagaimana dengan saya sendiri? Jujur, saya sendiri tidak nyaman melakukannya. Emosional saya telah membuat saya berpikir "jalan pintas". Nafsu menundukkan dan menaklukkan klien dengan cara instan mendominasi. Padahal, kualitas kita bisa dilihat dari bagaimana kita menyampaikan ide, pikiran kita. Bukan dengan cara-cara penaklukkan. Karena itu justru akan membuat orang lain tidak nyaman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ok lah, kadang memang kita juga berhadapan dengan bahasa-bahasa penaklukkan. "Pengalaman saya 30 tahun di bidang ini"; "Saya kenal orang-orang penting di kota ini"; "Saya sudah membantu ratusan orang yang punya masalah seperti ini"; "Saya sekolah di luar negeri"; Menggunakan bahasa-bahasa ilmiah dalam berkomunikasi; atau Menyebutkan referensi-referensi asing ketika beragumentasi.

Itu semua "fine-fine" saja. Tidak ada yang salah. Kalau kita mau jujur, apa "kepentingan" dibalik penyebutan hal-hal seperti itu? Saya sendiri sih merasa, bahasa-bahasa itu memiliki misi penaklukkan "lawan bicara". Agar orang lain mengakui kapasitas saya; Agar orang lain mengetahui dengan "cepat" kapasitas saya; agar orang lain memperhitungkan dan tidak lagi meragukan saya. Jika semua itu bisa terlaksana, maka saya pun menjadi merasa lebih PD untuk mempengaruhi orang lain.

Yang saya rasakan pun sebenarnya kepuasan "instan", dan tidak sampai batin. Semangat menaklukkan orang lain (kadang tidak kita sadari) sudah menjadi awal yang tidak pas. Karena didominasi niat mengalahkan dan menundukkan lawan bicara. Bukan niat berkomunikasi dari hati, jujur dan apa adanya. Bahasa-bahasa penaklukkan selalu menggoda untuk diucapkan.

Saya memilih untuk menghindarinya sebisa mungkin. Memang tdak mudah terhindar dari godaannya. Saya masih sering tergelincir menggunakannya. Bagaimana dengan anda?

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler