x

Iklan

Rofiq al Fikri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mempertanyakan "The New Prabowo" ala Sandi Uno

Mengungkap Usaha Pencitraan Sekuat Tenaga Kubu Prabowo dari Ilmu Psikologi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Mengungkap Usaha Pencitraan Sekuat Tenaga Kubu Prabowo dari Ilmu Psikologi

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wagub DKI berumur yang baru menjabat 10 bulan lantas maju sebagai cawapres di Pilpres 2019 Sandiaga Uno kembali membuat kontroversi di publik. Kali ini, ia menyampaikan ke publik tentang pasangannya Prabowo Subianto sebagai “The New Prabowo”. Menurut Sandi, Prabowo saat ini telah berubah tidak lagi tempramen, lebih menghormati orang lain, dan menghargai proses demokrasi. Tentu kalimat itu sangat terdengar aneh.

 

Mengapa demikian? Tentu saja, pernyataan Sandi sekaligus mengamini bahwa selama ini karakter Prabowo yang dinilai publik sebagai seorang yang sifatnya tempramen, tidak menghargai orang lain, dan cenderung otoriter (tidak menghargai demokrasi) benar adanya. Sandi hanya mengatakan, karakter itu saat ini sudah berkurang.

 

Politisi Nasdem pun mengatakan demikian, menurutnya, justru pernyataan Sandi yang mengkonfirmasi dengan sendirinya bahwa karakter Prabowo memang betul-betul tempramen dan tidak menghormati orang lain. "Kalau Sandi mengatakan, 'Pak Prabowo sekarang lebih cair dan tidak lagi temperamental', artinya selama ini Sandi mengakui bahwa beliau (Prabowo) memang kaku dan temperamental," ujar Ketua DPP Partai NasDem Irma Suryani Chaniago.

 

Perlu diketahui, dalam dunia psikologi, ada perbedaan antara karakter dan sikap di depan publik. Stephen Covey dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People” menuliskan perbedaan antara etika karakter dan etika personalitas.

 

Etika personalitas adalah sikap yang disesuaikan dengan kebutuhan publik, meskipun tidak sesuai dengan kepribadiannya. Bahasa akrabnya ialah pencitraan. Jadi, “The New Prabowo” yang dikatakan Sandi lebih ke arah etika personalitas, ia hanya ingin publik menilai bahwa ia tidak tempramen dan menghormati orang lain. Tentu saja itu dibuat-buat.

 

Hal itu berbeda dengan etika karakter, yaitu sikap yang jujur timbul dari dalam hati. Bagaimana pun sikap ini adalah yang tidak bisa dirubah, kadang sikap ini muncul tanpa disadari. Hal itu lah yang ada di Prabowo, sikap tempramen, otoriter, dan kaku adalah karakter Prabowo yang tidak bisa dirubah, sekuat apa pun label “The New Prabowo” disematkan.

 

Lihat saja setiap pidato Prabowo yang seperti orang marah-marah, merasa menang sendiri, bahkan joget pun gerakan Prabowo sangat kaku. Itu lah karakter yang sesungguhnya. Maka “The New Prabowo” meminjam perspektif Stephen Covey hanyalah sebatas etika personalitas atau pencitraan di depan publik. Yang tentu saja kita tahu itu dicitrakan karena ia menghadapi ajang Pilpres 2019. Jadi, publik jangan sampai tertipu.

 

Rofiq Al Fikri

Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu

Ikuti tulisan menarik Rofiq al Fikri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini