x

Iklan

Fatwa Azmi Asy-syahriza

Anak ingusan yang mengetik dengan jari kecilnya, memandang dengan dua bola mata indahnya, dan mempunyai hati sebagaimana hati manusia.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hamba Remedial

Menjadi hamba Tuhan remedial atau di atas rata-rata? Check this out!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Andai Tuhan menciptakan manusia untuk saling mengalahkan satu sama lain, manusia tak akan sanggup. Manusia memang hamba paling sempurna. Namun, kesempurnaan itu malah membuat manusia terlena. Sesuatu yang merasa sempurna tak akan mengetahui dimana celah kecacatannya. Berbanding terbalik dengan sesuatu yang selalu merasa kekurangan, sesuatu tersebut akan berusaha mencari dimana celah kekurangannya dan akan senantiasa memperbaikinya agar menjadi baik.

 

Ketika produsen Nokia merajai pasar telepon genggam, mereka sudah merasa menjadi pemenang dan tak terkalahkan. Segala jenis telepon yang mereka keluarkan laku keras meskipun mereka buat dengan model yang biasa saja. Sama seperti manusia yang merasa dirinya sempurna. Manusia tak lagi menganggap ada hamba lain yang mampu menandinginya. Tumbuhan dan lingkungan tak lagi diperhatikan. Kerusakan alam ada dimana-mana. Manusia sudah merasa jumawa dan tak peduli terhadap hal-hal itu lagi. Juga dengan hewan-hewan yang diperlakukan dengan sembarangan. Tendang sana, tendang sini. Bunuh sana, bunuh sini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Tetapi pada akhirnya, produsen Nokia sudah tidak peduli lagi dengan perkembangan gadget dan keinginan para konsumennya. Mereka hanya terjebak dengan label terkenalnya. di waktu bersamaan, produsen Samsung dan Apple terus mempelajari dan mencari kesalahannya. Dan terbukti! Nokia yang masih terjebak dengan kesombongan itu kini tidak ada apa-apanya dibanding Samsung & Apple.

 

Padahal, andai ada perlombaan makhluk terberani di alam dunia, Singa dan saudara-saudaranya tentu akan menjadi juaranya. Berapa banyak manusia yang mati begitu saja dihadapan singa. Bahkan harus melawan dengan senjata api ketika Singa maju tanpa alat bantu apapun. Andai ada perlombaan makhluk termerdu dalam suaranya, manusia akan mendapat perlawanan yang hebat dari burung Kenari yang telah terkenal sejak dulu keindahan suaranya. Andai ada perlombaan usia tepanjang-pun, manusia akan kewalahan melawan kura-kura yang mampu hidup di dunia selama ratusan tahun.

 

Hal ini sangat lucu adanya. Manusia adalah hamba paling sempurna, tapi bukan hamba terbaik. Bahkan, aku menyebut manusia dengan hamba remedial. Manusia belum mampu berada di atas nilai rata-rata yang diujikan Tuhan. Ketika manusia menyebutkan sebagai hamba paling sempurna, gelimang maksiat masih berselimut di dalamnya. Manusia belum mampu menggunakan seluruh kesempurnaannya untuk menjadi hamba terbaik. Bagai motor Ninja yang sudhah teruji kecepatannya, paling bagus mesinnya, dan paling mewah dalam segala sparepartnya, motor Ninja tersebut malah melewati jalanan yang banyak batu. Batu tersebut terus menjadi penghalang jalannya motor Ninja. Motor Ninja yang awalnya menjadi tercepat kemudian melewati jalan yang penuh batu berserakan, motor Ninja tersebut tidak bisa menggunakan kesempurnaannya. Artinya, segala kebaikan yang ada di motor tersebut tidak dapat dimanfaatkan karena adanya batu tadi.

 

Manusia adalah motor Ninja yang menjadi motor paling sempurna di dunia ini. Tetapi, ketika ada 2 jalan yang disediakan, motor tersebut malah melewati jalanan berbatu yang sudah pasti mengurangi kecepatannya. Ketika manusia telah diberikan kesempurnaan, manusia juga diberikan jalan kebaikan dan penuh cahaya. Tuhan telah menunjukkan jalan itu melalui kanjeng nabi. Tetapi, manusia lebih memilih jalan yang buruk dan sesat. Bahkan hingga tiada kesempurnaan lagi yang dapat ditunjukkan. Kesempurnaan yang telah dimiliki akan menjadi kehinaan. Ikan yang tidak bisa bernafas diluar air senantiasa berdzikir kepada-Nya. Namun, manusia yang mampu melakukannya, sangat sulit untuk bersyukur kepada yang telah memberikan kenikmatannya.

 

Hamba remedial juga menjadi arti, ketika melakukan kesalahan, manusia senantiasa mengharapkan belas kasih dari Tuhan. Tuhan pun memberikan remedial melalui jalan taubat sungguh-sungguh kepada-Nya. Tapi pada faktanya, remedial itu hanya sebagai formalitas dari seorang hamba. Berikutnya? Manusia masih melakukan kesalahan lagi. Berulang, berulang, dan berulang. Manusia masih berharap adanya remedial kedua, ketiga, dan seterusnya. Pintu taubat Tuhan memang sangat luas. Tetapi, murid bodoh yang terus-terusan melakukan kesalahan dan terus-terusan meminta remedial juga tak akan bisa diterima semudah itu. Sang guru tentu mempunyai kebijakan lain disamping memberikan remedial tersebut. Sang guru lebih meminta kesungguhan dibanding menganggap enteng remedial dan sikap tidak peduli terhadap kesalahannya. Tuhan maha pengampun, pemaaf, dan menerima taubat. Tetapi, Tuhan juga maha adil. Bagi yang menganggap enteng taubat, Tuhan juga akan menganggap enteng esensi taubat itu. Dan jika Tuhan telah menganggap enteng seperti itu, nilai taubat sebanyak apapun meski tidak jera akan sulit diterima.

 -@fatwazmi

Menjadi hamba di atas rata-rata adalah suatu harapan terbaik bagi khalifah di bumi ini. Sesekali mungkin memang harus ada remedial sebagai pengingat. Tetapi, mari manfaatkan remedial itu dan tetaplah menjadi hamba dengan predikat sabiqun bil khairat.

 

Ikuti tulisan menarik Fatwa Azmi Asy-syahriza lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu