x

Iklan

Hamzah Zhafiri Dicky

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kaleidoskop 2018: Momen Penting yang Perlu Diingat Kembali

Apa saja yang perlu jadi catatan penting bagi Indonesia di tahun 2018?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun 2018 memang sudah berakhir. Layaknya mengendarai roller coaster, negeri ini telah melihat, mengalami, dan melewati berbagai macam peristiwa dan fenomena. Saking banyaknya, rasanya sulit untuk merangkum semua yang telah terjadi. Dan seolah tidak cukup, kita tahu bahwa tahun depan adalah tahun politik bagi Indonesia. Sebuah momen pesta demokrasi yang patut dirayakan, kendati juga menjanjikan momen yang melelahkan.

Untuk itu, mari kita mundur ke belakang dulu. Mari tengok apa saja hal-hal yang telah kita alami bersama sebagai warga negara Indonesia.

Asian Games 2018.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum memikirkan hal yang berat-berat, mari kita mulai dengan sesuatu yang menyenangkan. Negeri ini berhak bangga. Asian Games ke-18 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang sukses besar. Pembukaan dan penutupan acara disaksikan oleh segenap warga dunia dan diakui sebagai pertunjukkan kelas internasional.

Lucunya, Presiden Joko Widodo pun tampil dengan tidak biasa dalam acara pembukaan Asian Games. Dalam sebuah aksi teatrikal sinematik, diceritakan bahwa sang presiden terjebak macet dalam perjalanan menuju ke pembukaan acara Asian Games tersebut. Tahu-tahu, beliau berinisiatif turun dari mobilnya dan naik motor sendirian melewati kemacetan. Dengan gaya bagai film Hollywood, Joko Widodo akhirnya sampai ke acara pembukaan tepat waktu, setelah sebelumnya sempat memberi jalan bagi siswa SD yang menyebrang.

Begitu banyak momen menyenangkan di Asian Games kali ini. Medali demi medali didapatkan oleh atlet Indonesia. Momen mengharukan lainnya adalah ketika atlet Pencak Silat Hanifan Yudani memeluk Jokowi dan Prabowo sekaligus, sehingga kedua orang capres tersebut juga jadi saling berpelukan. Sebuah simbol bahwa persatuan Indonesia adalah segalanya, dan olahraga bisa menjembatani rivalitas politik.

Prestasi Timnas dan wajah sepak bola kita

Tahun ini, tim nasional sepak bola Indonesia juga maraton mengikuti beragam kejuaraan. Dari mulai U-16, U-19, U23, hingga senior, semuanya mengikuti beragam kompetisi. Dari mulai AFF, AFC, hingga Asian Games dicoba satu per satu. Hasilnya, hanya timnas U-16 yang berhasil mengangkat piala AFF U-16 di Sidoarjo. Ini pun menjadi kebanggaan luar biasa bagi bangsa ini. Sudah terlalu lama sepak bola kita tidak memiliki prestasi apa-apa, sampai-sampai juara se-Asia Tenggara U-16 pun kita sambut dengan penuh rasa syukur.

Sayangnya, selain prestasi timnas U-16 ini tidak berhasil ditiru timnas yang lain, nyatanya PSSI juga tidak nampak mengalami perubahan substansial. Kekerasan antar supporter masih terjadi, sampai-sampai nyawa pun jadi tumbal. Pengelolaan liga masih amburadul, dan isu pengaturan skor menjadi sorotan utama.

Sebagaimana yang telah diungkap oleh acara Mata Najwa, makelar sepak bola masih menjadi mafia yang berkuasa. Pemain, pelatih, hingga manajemen klub, sudah biasa menerima pihak yang mau membayar mereka agar pertandingan bisa direkayasa. Tentu ini luka yang sangat dalam bagi persepakbolaan kita. Sementara itu terjadi, Ketua PSSI Edy Rahmadi masih kelimpungan merangkap jabatan sebagai Gubernur Sumatera Utara.

Bencana Alam

Tahun 2018 juga menyisakan luka dari bencana. Pulau Lombok diguncang gempa berulang kali pada tanggal 29 Juli. Bahkan hingga Desember, gempa terus mengguncang tidak henti-hentinya.

Seolah belum cukup, gempa juga mengguncang Palu pada 28 Desember. Tsunami juga dikabarkan menyapu teluk Palu, tepatnya di pantai Talise.

Memang nasib tinggal di daerah lingkaran api, tsunami kembali terjadi di Selat Sunda pada tanggal 22 Desember. Sempat dibantah oleh BMKG dan diklarifikasi sebagai air pasang, justru yang terjadi adalah tsunami yang cukup besar. Pasca tsunami juga terpantau anak Krakatau mulai menunjukkan aktivitasnya.

Dengan kejadian ini, menjadi PR bersama bagi pemerintah dan rakyat untuk menggalakan kembali sikap waspada bencana. Alat deteksi tsunami yang tersedia sangatlah kurang, wawasan warga tentang tsunami juga masih harus ditingkatkan lagi.

Persiapan tahun politik

Dan akhirnya, kita pun menyambut tahun politik yang akan dihelat di tahun 2019. Pasangan Capres dan Cawapres yang akan berkontestasi pun sudah jelas siapa. Mesin kampanye sudah mulai dipanaskan, bahkan sebenarnya sejak awal tahun. Semua kejadian penting di atas tidak pernah luput untuk dijadikan bahan politik dan saling serang antar pendukung

Yang masih jarang dipahami oleh rakyat, adalah pemilihan lain selain pemilihan presiden dan wakilnya. Ya, selain memilih mereka berdua, kita juga akan memilih DPR, DPRD, dan DPD. Hal ini menjadi penting karena nasib kita tentu tidak hanya ditentukan oleh badan eksekutif, tapi juga badan legislatif.

Bagaimana cara memilih anggota DPR ini? Jadi nanti, tiap provinsi akan dibagi jadi beberapa Daerah Pemilihan (Dapil). Jumlah dapil di tiap provinsi berbeda-beda, tergantung banyaknya jumlah penduduk. Jumlah kursi yang diperebutkan juga berbeda-beda di tiap dapil Kita sebagai warga akan memilih di dapil kita masih-masing, sesuai dengan tempat kita tinggal. Di tiap dapil itu juga sudah tersedia para calon legislatif yang akan berkampanye untuk mendapatkan suara kita.

Bagaimana dengan DPRD alias Dewan Perwakilan Rakyat Daerah? Lembaga ini cukup mudah, bayangkan saja bahwa DPRD ini seperti DPR, tapi tingkatnya di daerah. Ada dua jenis DPRD, yaitu DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten. Kedua jenis DPRD ini dipilih oleh masyarakat provinsi, kota, dan kabupaten sesuai daerahnya masing-masing melalui pemilu. Nantinya daerah tersebut akan dibagi dalam beberapa daerah pemilihan.

Terakhir, ada DPD, alias Dewan Perwakilan Daerah. Banyak yang mungkin kurang tahu tentang DPD ini. Tertutup dengan hingar-bingar DPR dan presiden. Padahal DPD tidak kalah penting. DPD adalah senator, yang artinya ia adalah perwakilan daerah di lembaga pemerintahan pusat. Tidak seperti DPR yang mana tiap provinsi mengirimkan jumlah yang berbeda-beda, DPD sama rata. Semua provinsi di Indonesia mengirimkan empat orang senator alias anggota DPD.

Hal menarik lainnya adalah anggota DPD bersifat non-partisan, artinya tidak terafiliasi partai politik. Ini yang membuat calon anggota DPD menjadi unik. Tugas DPD pun sangat krusial, yaitu mengurus berbagai isu kedaerahan dan hubungannya di pemerintahan pusat. Seperti isu otonomi daerah, pemekaran daerah, penggabungan atau pemisahan daerah tertentu, dan lain sebagainya.

Contoh menarik bisa kita lihat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di provinsi ini, terdapat empat orang DPD DIY yang telah dipilih dan menjabat sejak 2014 silam. Mereka adalah GKR Hemas, Hafidh Asrom, Cholid Mahmud, dan Muhammad Afnan Hadikusumo.

Pada Pemilu 2019 besok, ada 11 calon anggota DPD yang akan bertanding, dan keempat petahana sebelumnya telah mengukuhkan diri untuk maju kembali. Selain petahana, artinya ada 7 orang penantang yang nama-namanya bisa diperhitungkan, seperti Arif, Bachrul, Chang, Fidelis, Hilmy, Yohanes, dan Bambang Soepijanto. Mereka semua akan bertanding untuk memperebutkan empat kursi DPD DIY, dan menjadi tantangan bagi warga DIY untuk memilih, siapa yang pantas untuk mewakili mereka di kursi DPD DIY.

Tiap calon tentu memiliki visi dan misinya sendiri sebagai calon anggota DPD. Bambang Soepijanto misalnya, memiliki beragam visi dan misi yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat umum dan perbaikan lingkungan hidup. Pengalamannya sebagai Dirjen Planologi Kehutanan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuatnya memiliki janji kampanye ini.

Bambang Soepijanto menyoroti pentingnya akses air bersih di provinsi ini, terutama di Gunungkidul yang sering dilanda kekeringan. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) ini juga punya inovasi mewujudkan konsep "Perhutanan Sosial" di Yogyakarta.

Untuk lebih tahu tentang beliau, dapat klik website resminya di bambangsoepijanto.com

Bambang Soepijanto

Bagaimana dengan calon lain? Baik di DPR, DPRD, dan DPD? Tentu banyak yang punya visi dan misi yang berbeda, dan latar belakang mereka pun berbeda-beda juga. Itulah makanya, sangat penting untuk segera mengetahui di mana dapil kita dan melakukan riset atas calon legislatif yang tersedia. Jangan cuman presiden saja yang dipikirin!

Syahdan, tahun politik sudah tiba. Ratusan calon pemimpin bangsa akan berlomba-lomba menawarkan gagasan untuk memajukan Indonesia. Sudah saatnya kita sebagai rakyat menjadi sosok yang cerdas dalam memilih.

Ikuti tulisan menarik Hamzah Zhafiri Dicky lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB