x

Iklan

Chuby

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kaum Milenial Demokrat Bagi Politik Tanah Air

Saya akan mengulas lebih dalam mengenai peranan kaum milenial bagi politik tanah air.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Generasi milenial atau generasi muda disebut-sebut sebagai generasi penentu pemimpin bangsa untuk lima tahun kedepan.

Apa sebab? Karena kaum ini tengah memasuk fase peralihan usia dari remaja ke dewasa untuk memperoleh hak suara memilih legislative dan presiden di pemilu April 2019 nanti.

Bagi mereka yang sudah berusia 17 tahun keatas sudah berhak mendapatkan kartu pemilih dan sudah terdaftar di daftar pemilih tetap (DPT) Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya akan mengulas lebih dalam mengenai peranan kaum milenial bagi politik tanah air. Namun harus kita sepakati dulu mengenai perspektif milenial.

Jika kita berseluncur di Internet, maka kata Milenial akan kita temukan memiliki arti kelompok demografi setelah Generasi X. Artinya, kaum muda bagi mereka yang lahir di tahun 1980 an hingga awal 2000 an dikategorikan sebagai kaum milenial.

Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.

Peranan kaum ini bagi politik hari ini? Tentu sangat banyak. Apa sebab? Kaum yang tengah memasuk fase usia remaja atau dewasa. Atau dari dewasa kepada sangat dewasa sangat membutuhkan pemimpin yang mampu memfasilitasi kehidupan masa depan mereka yang lebih cerah. Yaitu mudahnya lapangan pekerjaan bagi kaum itu. Termasuk saya sendiri.

Selain itu, meski tidak bekerja sebagai karyawan, kaum ini berharap pemerintah baru bisa memfasilitasi dengan mempermudah aturan-aturan yang berdasarkan ketentuan yang berlaku atas karya serta bakat dan minat para kaum muda tersebut.

Kita sama-sama tahu. Di era Jokowi, tenaga kerja asing lebih banyak dibandingkan dengan pekerja local atau pribumi. Meskipun ada, tapi kesejahteraan serta perlakuan perusahaan terhadap mereka sangat berbeda. Contoh, gaji seorang manejer atau supervisor yang berasal dari luar (TKA) penghasilnya bisa mencapai angka dua puluh jutaan. Sedangkan gaji manajer dari pribumi hanya mengikuti upah minimum regional setempat. Tentu tidak adil rasanya jika perbedaan ini harus dirasakan para kaum muda tersebut.

Jadi tak heran jika partai politik yang ikut berlaga di pesta demokrasi pada 17 April mendatang menyajikan program-program yang pro rakyat, termasuk kaum muda ini. Sebut saja Partai Demokrat. Partai yang lebih mengutamakan kemajemukan ini dibanding memihak salah satu golongan baik Agama, suku dan Ras ini menyajikan dan menjanjikan akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja, termasuk untuk milenial dan perempuan. Serta membatasi lapangan kerja asing.

Sehingga peluang kaum milenial lokal lebih besar dibanding tenaga kerja asing untuk menempati posisi jabatan strategis dan penting lainnya di suatu perusahaan.

Demokrat yakin program aksi ini bisa diwujudkan sebab Demokrat sudah membuktikannya pada pemerintah era SBY. Kala itu perhatian pemerintah untuk membuka lapangan kerja bagi milenial dan perempuan amat besar. Masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) juga dilakukan secara ketat dan professional.

Ikuti tulisan menarik Chuby lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB