x

Diskusi Indonesiana: Ancaman Kartel Politik, Klientelisme, dan Oligarki dalam Demokrasi Indonesia

Iklan

Rob Januar

Lagi...menikmati pagi senja kolong Jakarta...rock on!!!
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 5 September 2019 03:07 WIB

Dr. Robertus Robet: Indonesia Butuh 'Renaissance'

Dalam diskusi Ancaman Kartel Politik, Klientelisme, dan Oligarki dalam Demokrasi Indonesia, Robertus Robet menyoroti sikap pragmatis dalam praktik berpolitik di Indonesia masa kini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sistem demokrasi di Indonesia yang bercita-cita memeratakan kekuasaan dan ekonomi justru berjalan ke arah yang sebaliknya. "Indonesia butuh Renaissance," kata Robertus Robet dalam Diskusi Indonesiana yang bertajuk "Ancaman Kartel Politik, Klientelisme, dan Oligarki dalam Demokrasi Indonesia", Rabu, 4 September 2019.

Diskusi bulanan yang membedah praktik demokrasi terkini di Indonesia ini menghadirkan pembicara Dr Robertus Robet, dosen Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Jakarta, dan Kurniawan, Redaktur Majalah TEMPO.

"Di masa demokrasi kini, baik pada level pusat maupun level daerah, mereka (pemilik modal) tidak hanya cukup mempengaruhi politik kekuasaan, tetapi ikut campur tangan secara langsung dalam praktik politik kekuasaan," ungkap Robertus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Robertus menyoroti sikap pragmatis dalam praktik berpolitik di Indonesia masa kini. Loyalitas para politisi terhadap partai politik begitu transaksional, sehingga tak jarang kita mendengar banyak politisi berganti seragam menjelang pemilu.

"Kabar baiknya itu, gejala seperti itu tidak cuma di Indonesia saja. Hanya bedanya, kesetiaan politikus kepada partai itu relatif lebih longgar."

Selama Pilpres 2019 lalu, sikap pragmatis tidak saja menjangkiti politisi. Kurniawan melihat, pragmatisme juga terjadi di kalangan pemilih."

"Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah sikap pragmatis dari konstituen sendiri, dari para pemilih. ya kita ini, dari masyarakat," ungkap Kurniawan.

"Dan yang paling buruk dari Pemilu 2019 adalah kelas menengahnya berantem aja. Antara cebong dan kampret itu," lanjutnya.

Kurniawan menyesalkan hal tersebut. Sebab menurutnya, dalam sebuah perkembangan demokrasi, salah satu motor penggeraknya adalah kelas menengah yang beraksi nyata.

Penyataan Kurniawan disepakati oleh Robertus. "Kelas menengah Indonesia itu berisik, rame di sosial media, tapi defisit dalam partisipasi," kata Robertus saat menanggapi pertanyaan salah satu peserta diskusi.

"Hal-hal yang baik dari reformasi itu harus dipertahankan. Semoga dengan itu kita bisa sedikit optimis." ujar Robertus menyemangati peserta diskusi di penghujung acara.

Ikuti tulisan menarik Rob Januar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB