x

Pohon Flamboyan di dalam sekolah

Iklan

Hendra Wijaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 16 September 2019 10:43 WIB

Flamboyan memakan korban

cerita pendek, diangkat dari kisah nyata. Pohon Flamboyan memakan korban

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PLAMBOYAN  MEMAKAN KORBAN

Oleh: Hendra Wijaya

Jum’at, 6 September 2019

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pak Sutiyo (Pak Tio) keluar dari rumah dinasnya (tempat tinggal semi  permanen yang  disediakan sekolah untuk petugas kebersihan yang berada di pojok belakang sekolah), berjalan pelan -menelusuri deretan selasar ruang-ruang kelas sekolah di pagi remang  itu. Adzan subuh baru saja berkumandang. Hari-belum sepenuhnya siang, di luar masih agak gelap. Seperti biasa lelaki paruh baya, petugas kebersihan sekolah  itu bersiap untuk membuka kunci pintu gerbang, merapihkan, membersihkan beberapa area sekolah yang menjadi tanggungjawabnya.

Selang beberapa langkah, “Kraaak...braak...”  terdengar suara tak terlalu keras seperti sesuatu jatuh. Langkahnya terhenti sejenak, lelaki asal Klaten itu berusaha untuk mendengar lebih jelas suara itu, matanya melihat kesekeliling sekolah yang rimbun dengan pohon dan berusaha mencari sumber suara. ” Ah..paling suara hantu iseng !” pikirnya.

Petugas kebersihan yang sudah bekerja  selama 15 tahun di sekolah itu melanjutkan kembali langkahnya karena suara itu tak terdengar lagi dan ia tak melihat sesuatu  yang mencurigakan. Saat mentari pagi bersinar sendu, Pak Tio barulah mengetahui, suara yang ia dengar pagi tadi ternyata adalah suara dahan dari pohon Plamboyan besar  tua yang patah yang menimpa salahsatu atap ruang kelas siswa. Ow...

Pohon Flamboyan Tua

Disekolah kami, Pohon Plamboyan sudah ada sejak lebih dari dua puluh lima tahun lalu. Pohon itu menjadi saksi bisu perjalanan panjang sekolah kami. Pohonnya, saat musim hujan nampak gagah, kekar, tinggi,  besar, dahan-dahannya bercabang dan rindang, memayungi di bawahnya.  Bunganya yang berwarna merah terlihat mencolok diantara pohon lain di sekelilingnya yang hijau. Terlihat kontras, indah di pandang dari jauh.

Namun, Flamboyan yang memiliki nama genus (Yunani) Delonix (delos artinya mencolok, dan onyx  berarti cakar,  mengacu pada bentuk mahkota bunganya yang mengembang seperti cakar) di musim kemarau ini dia tak bisa menutupi pesona tuanya. Tubuhnya terlihat rapuh-lapuk, dahan-dahannya meranggas kering, hanya beberapa dahan yang masih berdaun dan berbunga. Akar-akar kekarnya menyembul, mencengkram bumi.

Salahsatu dahan besar Pohon Plamboyan yang sudah kering lapuk itu, pagi tadi retak, patah, jatuh ke atap salahsatu ruang kelas. Ow..

  Flamboyan Menelan Korban

            Dengan segera, setelah melihat dahan besar Flamboyan  jatuh menimpa salahsatu atap kelas, pihak sekolah segera mencari dan menghubungi tukang potong pohon professional. Untuk Sementara, siswa yang kelasnya tertimpa dahan Flamboyan di evakuasi, dipindahkan ke ruang kelas lain.

Ba’da Sholat Jum’at,  saat seluruh siswa sudah pulang, tukang potong pohon datang. Proses pemotongan dahan yang menimpa kelaspun dimulai. Dua orang tukang berbagi tugas. Satu di bawah, satu lagi naik keatas pohon. Gergaji mesin di bawa naik ke atas pohon. Suara gergaji mulai terdengar meraung raung, memotong dahan-dahan kecil sebelum memotong dahan besar yang patah itu. karena pertimbangan teknis, si tukang  naik-berdiri di atap kelas, dan memotong dahan besar Flamboyan yang patah itu dengan gergaji mesinnya.

Tiba tiba, “braaaaaak...blugh.....” atap kelas yang ternyata kayu-kayunya sudah rapuh-lapuk itu jebol, si tukang potong pohon jatuh,  menembus plafon yang juga jebol. Tubuhnya terlentang di bawah, jatuh di atas meja belajar siswa di dalam ruang kelas. Gergaji mesinnya terlihat masih dipegangnya walau tak hidup. Tak ada suara. Beberapa petugas dan guru yang mendengar dan melihat peristiwa itu segera berlari menuju tempat kejadian perkara. Suasana sedikit agak mencekam, panik, saat mereka melihat korban dalam kondisi terkapar, Gergaji mesin masih di tangan, kepalanya bocor (mengalir darah) terbentur kayu dan meja, badannya tertutup debu dari Flafon dan genting yang jatuh. Kelas berantakan.

Upaya penyelamatan segera dilakukan, korban segera di bawa ke rumah sakit terdekat. Biaya pengobatan di tanggung sekolah. Pemotongan pohon sementara dihentikan. Esoknya, pemotongan Pohon Flamboyan tua itu dilanjutkan sampai tuntas. Terimakasih Flamboyan, sudah pernah menjadi bagian cerita hidup kami.

Ikuti tulisan menarik Hendra Wijaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler