x

Refleksi 2019

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 26 Desember 2019 14:04 WIB

2019: Indonesia Penuh Kemewahan Semu dan Hedonis

Di tengah takyat yang masih menderita, sepanjang 2019, Indonesia di penuhi kemewahan semu dan hedonis

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa hari lagi, akan datang pergantian tahun. Namun, masyarakat justru semakin resah dengan kehadiran tahun baru 2020.  Di berbagai sektor (humaniora, gaya hidup, politik, ekonomi dll) kehidupan yang berkaitan dengan hal umum, pemerintah ternyata bukan membuat rakyat "sumringah", sebaliknya membikin rakyat pesimis. 

Beberapa iuran dinaikkan. Bahkan rakyat penunggak pajak kendaraan bermotor saja sampai harus disidak. Ironisnya, yang banyak tertangkap malah kendaraan milik orang kaya. Gaya mau mewah, tetapi mengemplang pajak.

Sementara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga semakin nampak hanyalah "tempat bancakan" para pengelolanya. Bila beberapa kebijakan pemerintah semakin membebani rakyat, lalu perusahaan pelat merah juga hanya tempat bagi-bagi rezeki untuk mereka, maka sampai kapan rakyat akan dapat sejahtera dan hidup layak seperti yang diamanatkan UUD 45. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, benarkah rakyat Indonesia yang miskin kini tinggal sekitar 25 juta? Apa benar juga banyak rakyat yang pura-pura tidak miskin? Tetapi dalam beberapa persoalan banyak rakyat yang mengaku miskin. 

Di sisi lain, kini juga sudah jamak kita lihat masyarakat yang bergaya hidup hedonis. Menjadi Orang Kaya Baru (OKB), norak dan sok pamer kekayaan semu. 

Di media massa, medsos, dan medion, apalagi di media televisi kini acara-acara yang menyuguhkan kemewahan artis mulai dari pamer isi atm, pamer rumah, pamer isi rumah, pamer mobil, pamer liburan, hingga sampai semua hal tersebut malah dijadikan materi tayangan di chanel Youtube dan medsos-nya. 

Sepertinya para artis pelaku ini menjadikan dunia hanya milik mereka. Tak ada rasa risih, tidak enak, tidak etis, empati, melakukan semua hal demi terus menaikkan popularitas dan demi menambah pundi-pundi rupiahnya. 

Banyak masyarakat bilang, para artis Indonesia masa kini adalah artis-artis yang memaksakan diri jadi OKB. Hanya suka pamer kemewahan di depan layar kaca dan medsos, namun kehidupan aslinya tak seperti yang nampak dalam layar kaca. 

Selain itu, elite politik juga banyak yang kemudian menjadi artis/selebriti dadakan karena menjadi langganan tampil di layar kaca. 

Dua sisi kehidupan yang dipertunjukkan oleh pemerintah/elite partai politik dan para artis/selebritis ini, sangat menonjol jadi berita utama di berbagai media di sepanjang tahun 2019.  Kondisi dan perilaku mereka, sungguh semakin jauh dan tidak mencerminkan budaya bangsa Indonesia. 

Mereka memanfaatkan dan menikmati kesejahteraan hidup dengan aji mumpung selagi masih memiliki kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan, memanfaatkan secara maksimal kesempatan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya, bahkan demu keberlangsungan anak cucunya sendiri bukan untuk kepentingan umum. 

Luar biasa, sepanjang tahun 2019, nyatanya yang namanya kemewahan semu masih menjadi milik pemerintah, elite politik, dan para selebritis, yang sangat mendominasi pemberitaan di Indonesia.  Sementara, rakyat yang menjadi obyek dan sumber kemewahan semu tersebut, justru terus ditekan dan tertekan. 

Namun, di tengah rakyat yang menderita, banyak pula rakyat yang memaksakan diri "bergaya hidup mewah"  Berupaya memiliki segalamya meski dengan cara hutang. Ikut-ikutan gaya selebritis berlibur hingga ke mancanegara. Gagap dan turut menjadi OKB, hingga anti sosial dan lingkungan karena hanya memikirikan diri sendiri dan keluarganya.

Tanpa rakyat "jelata", dari mana mereka semua mendapat rupiah? Tanpa rakyat dari mana mereka dapat suara dan "rating dan popularitas? Adakah mereka menyadari bahwa hal ini cukup diperhatikan rakyat? 

Sulit rasanya kita temukan sosok kaya" yang kaya hati.  Sebaliknya, berceceran kita dapat temukan sosok kaya yang miskin hati. 

Di tengah rakyat yang terus menjadi korban dan menderita, Indonesia justru terus didominaai oleh kemewahan semu dan sikap hedonis.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler