x

Ilustrasi terompet tahun baru. ANTARA/Prasetia Fauzani

Iklan

Kemala Atmojo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Desember 2019

Senin, 30 Desember 2019 20:12 WIB

Menyongsong Tahun Baru

Di tengah bising kendaraan yang meraung-raung di tengah kota dan bunyi terompet kegembiraan penghujung tahun, sebagian dari kita mungkin bertanya: Apa sebetulnya arti pergantian tahun?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kemala Atmojo

Di tengah bising kendaraan yang meraung-raung di tengah kota dan bunyi terompet kegembiraan penghujung tahun, sebagian dari kita mungkin bertanya: Apa sebetulnya arti pergantian tahun? Kini kita akan segera menapak tahun 2020, meninggalkan 2019 yang banyak melahirkan luka dan darah. Juga segepok dengki dan kebodohan.

 Lalu apa artinya ini bagi si penjual terompet yang kehujanan dan pengemis cilik di perempatan jalan? Atau juga: apa yang berubah dari si congkak yang hidup berlimpah kemewahan, dan perempuan penghibur yang terpaksa melakukan karena keluarga kelaparan? Toh tiap saat menit berganti, hari berubah, dan tahun pun terus bertambah. Bukankah ini cuma deretan angka?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Benar. Desember ke Januari, Minggu ke Senin, pukul 23 ke 00, hanyalah penunjuk dari konsep "waktu" obyektif-matematis. Inilah ruang. Inilah waktu yang diselidiki oleh ilmu pengetahuan. Henri Bergson (1859-1941), filosof Prancis, menyebutnya sebagai temps ("waktu"), dan ini hanyalah salah satu dimensi waktu. Padahal, ada dimensi lain yang lebih  penting, yakni duree ("lamanya", atau "keberlangsungan"). Jika temps dapat dibagi-bagi, diukur, dan obyektif-matematis; maka duree merupakan kontinuitas, mengalir, tak terbagi, dan subyektif-psikologis. Jika temps adalah waktu menurut kronometer; maka duree adalah waktu menurut pengalaman pribadi. Jika temps adalah kuantitas; maka duree merupakan kualitas.

 Karena itu, apa artinya temps bagi si miskin jika dalam duree tak ada yang berubah. Di dalam duree inilah kita hidup konkret dan memberi makna setiap langkah. Misalnya belajar, bekerja, berkarya, beramal dan seterusnya. Di dalam duree pula kebebasan kita, kesadaran kita, seakan ditantang berbagai godaan yang menyesatkan, yang merugikan kemanusiaan.

 Maka, apa artinya tahun 2020, 2021, jika secara kualitas hidup kita tidak bertambah lebih baik. Sebagian dari kita barangkali hanya bisa menghela napas, mengurut dada. Si buruh tani mungkin cuma menatap bulan di teras rumah sembari berdoa: "Ya, Tuhan, mudah-mudahan esok masih ada pemilik sawah yang menyewa tenagaku." Tapi sawah di desanya sudah berkurang luasnya. Atau coba kita bayangkan, doa apa kiranya yang diucapkan buruh harian yang duduk di pinggir jembatan atau di bawah jalan layang?

 Apa artinya tahun baru ini bagi mereka? Entahlah. Dan jika Anda dan saya tak mampu mengubah hidup mereka, mari kita kirim kabar gembira. Agar mereka tak kehilangan daya hidup dan perasaannya. Sebab di dalam kemiskinan, dalam penderitaan atau ketidakadilan, terbuka segala kemungkinan --termasuk dendam dan perlawanan. Padahal, kita tak mau mata hati jadi kabur, kata hati jadi ngawur. Kita semua wajib menjaganya. Selamat Tahun Baru. Damai saudaraku, damailah negeriku.....

 

Ikuti tulisan menarik Kemala Atmojo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler