x

arraayah

Iklan

Annisa Rahmatia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Januari 2020

Rabu, 5 Februari 2020 07:11 WIB

Jangan lewatkan ar-Raayah!

Matahari mulai terik, embun pagi pun menetes dari dedaunan membasahi tanah, aku terkapar di atas kasur, mataku terbuka, lalu terpejam,dan terbuka lagi. Jam weker menarikku bangun dan mendorongku berlari. Lariku kencang mengalahkan terbangan burung, hingga kutemukan lorong hitam nan sepit di hadapanku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

JANGAN LEWATKAN AR-RAAYAH

Oleh: Annisa Rahmatia

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Matahari mulai terik, embun pagi pun menetes dari dedaunan membasahi tanah, aku terkapar di atas kasur, mataku mulai terbuka, lalu terpejam,dan terbuka lagi. Jam weker menarikku bangun dan mendorongku berlari. Lariku begitu kencang mengalahkan terbangan burung, hingga kutemukan lorong hitam nan sepit di hadapanku. Mulai kulangkahkan kakiku mausuk ke lorong hitam yang gelap, penat, dan penuh dengan kesedihan.

“Ah, tempat apa ini?” Aku pun berlari menjauh sambil melihat kesedihan di setiap jalan. “Braag” diriku terlempar jauh terkena tamparan seorang dari mereka. Semuanya terlupa, yang teringat kali ini hanya kebodohan dan kebodohan.

Mata mulai memaksa untuk terbuka, hanya saja kali ini bukan lorong hitam yang ada, tapi, sinar yang sangat menusuk mata yang terlihat. Tempat yang aneh pikirku, sebuah desa kecil yang penduduknya pun begitu aneh, mereka tersenyum tak ada hentinya. “Aku ingin pulang” jeritku. Tapi, satu dari mereka menarikku bangun dan berbisik “Jangan tinggalkan Raayah! Lihatlah dunia luar yang begitu kejam! Jangan kau injakkan kakimu keluar tanpa membawa perubahan.”

Aku terdiam dan perlahan menoleh kebelakang, melihat kebodohan yang semakin mendekat. “Langkahkan kakimu!” seru mereka. Tanpa pikir panjang, kulangkahkan kaki ini masuk, aku terpaku melihat keadaan di dalam desa. “Tempat apa ini? Surga kah?” heranku. Semua kebaikan yang kulihat disini membuatku terbangun dari tidur lelapku selama ini.

Bahasa mereka yang tak kufahami, bahasa yang begitu menyentuh hati, bahasa Arab, bahasa yang begitu indah membuatku tertarik untuk mempelajarinya. Terlihat kebaikan di setiap sudut desa, lantunan suara azan yang begitu merdu membuat air mata ini menetes, teringat semua sesal yang terlewatkan dan kebodohan yang pernah mengiringi.

Ar-Raayah, mengajarkan setiap yang tinggal di dalamnya arti hidup. Bukan sekedar hidup biasa, tapi, menjadi bermanfaat dalam hidup. Penduduknya mengenalkanku tentang sabar, ikhlas dan syukur yang semakin mendalam. Kukira tempat ini adalah desa para malaikat, tapi, ternyata tempat ini adalah ar-Raayah yang dijuluki surga sebelum surga.

Bumi ar-Raayah ini terletak di atas pegunungan, melewati jalan yang berlika-liku dan terjam, terletak di tempat yang asing, ditengah banyaknya pepohonan yang rindang. Penghuninya para mujahid yang tak kenal lelah dalam mencari ilmu, tak hanya ilmu yang kebanyakan di dapat di luar ar-Raayah, tapi juga ilmu akhirat yang menuntun ke jalan Ilahi.

Jangan lewatkan ar-Raayah! Tolehlah! Hingga kau tahu betapa sejuk mata memandangnya, lingkungannya yang relegius yang mengingatkan kita kepada Sang Maha Kuasa.

Ikuti tulisan menarik Annisa Rahmatia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan