x

Foto putri Aprianingsih

Iklan

Irfansyah Baharudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 Januari 2020

Minggu, 1 Maret 2020 16:38 WIB

Generasi Milenial Dipengaruhi Westernisasi

Kehidupan semakin hari semakin hanyut, pola modernisasi dimana sudah berkiblat kepada sistem budaya barat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penulis: Putri Aprianingsih

Di era jaman sekarang ini kita dipermudahkan oleh kemajuan jaman, dimana jaman yang semakin maju, tercipta berbagai macam teknologi yang mempermudah segala aktivitas. Namun dibalik kemudahan zaman, banyak berbagai macam tantangan rintangan yang harus dihadapi. Ada gelombang yang paling dasyat yang merusak moral manusia "generasi milenial" Yaitu budaya jahiliyah yang disebarkan secara langsung maupun melalui Media. Gelombang jahiliyah telah mempengaruhi generasi/remaja baik melalui makanan, hiburan dan pakaian.


Dan mirisnya, para remaja menyukai budaya yang diterapkan oleh kaum jahiliyah tersebut, terutama dalam hal pakaian dan hiburan.
Apa lagi Westernisasi dan modernisasi kini telah meracuni pikiran para remaja yang memasuki usia kritis dan usia labil sehingga tidak jarang banyak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan norma atau aturan yang berlaku dalam kehidupan baik itu kehidupan sosial, politik, maupun budaya.

Para remaja di era milenial sudah lupa akan identitas dirinya sendiri dan menjadi yatim piatu secara kultural.Remaja khususnya di era milenial sudah jauh dari ikrar sumpah pemuda sebagaimana mestinya dan bahkan nilai-nilai budaya sebagai warisan yang harus di kembangkan malah sudah di gantikan oleh tatanan baru "budaya barat".

Modernisasi sering disamakan dengan industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya kini tradisi disamakan sebagai ketinggalan zaman dan keterbelakangan, semua itu secara diam diam mengandalkan bahwa modernisasi sebagai proses historis yang bertujuan jelas, tak terhentikan dan bersifat global yang akan berlangsung secara kurang lebih sama dimana-mana, masyarakat-masyarakat tradisional pun tidak bisa mengelak darinya dalam jangka waktu yang panjang (Muller,2006: 83).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut  Soerjono Soekanto weternisasi adalah proses kehidupan yang mengedepankan pola industrialisasi dan sistem ekonomi kapital, sehingga kehidupan di dalamnya meniru atau sama persis dengan kehidupan masyarakat yang ada didunia. Dalam jurnal Al ijtimaiyah, pengaruh budaya barat telah terlihat jelas dalam dewasa ini dimana pola kehidupan masyarakat semakin hari semakin hanyut pola modernis dimana sudah berkiblat kepada sistem budaya barat yang di anggap sebagai kebudayaan modern atau sebagai alternatife budaya masa kini, dan ini terjadi di kalangan remaja yang begitu rapuh menerima budaya asing sebagai suatu kebanggaan. Lalu apakah kita sebagai masyarakat indonesia harus begitu dengan cepat menerima atau kah kita sebagai warga Negara Indonesia melestarikan budaya local sampai di kancah internasional??

Perkembangan zaman tidak bisa di pungkiri dan memang mau tidak mau kita harus tetap mengikuti suatu kemajuan zaman namun hal tersebut juga harus dapat di minimalisir dan di pertimbangkan tentang baik buruk yang berpengaruh langsung pada diri kita sendiri. Hal inilah yang memang penanaman pendidikan karakter sejak dini di lingkungan keluarga terutama lebih-lebih di lingkungan belajar lainya seperti sekolah. Namun, persoalannya banyak sekali orang tua yang lebih mengutamakan sebuah karir dan pekerjaan dan menganggap dengan memberikan sebuah fasilitas yang lengkap maka kasih sayang dan kebutuhan anak akan terpenuhi bahkan hal tersebut sebuah pandangan yang salah.

Orang tua untuk seorang dalam masa usia emas harus memberikan bimbingan secara langsung dalam perkembagan, kognitif, afektif, maupun psikomotor seorang anak terutama seorang ibu. Dalam usia emas anak, orang tua harus lebih banyak meluangkan waktu yang lebih besar dalam masa bimbingan belajar anak terutama penanaman pendidikan karakter, bukan malah mengedepankan sebuah karir dan pekerjaan.
Dalam hal ini orang tua harus lebih bijak dalam mendidik anak-anak, dan memberikan pemahaman pendidikan karakter sehingga anak terbentuk moralitas dan akhlak yang Mulia.

Sejatinya untuk membentuk karakter seorang anak, orang tua harus bijak juga memasukkan anaknya ke sekolah islam, karena hanya sekolah islamlah yang sampai saat ini  masih konsisten menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Pendidikan karakter merupakan keniscayaan bagi seorang anak, sehingga mereka menjadi orang yang memiliki pondasi kuat nantinya, karena didalam jiwanya sudah tertanam Ahlak mulia.

Yogyakarta, 28 Februari 2020

Ikuti tulisan menarik Irfansyah Baharudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB