x

Seorang pekerja medis dalam pakaian pelindung memeriksa catatan pasien terinfeksi Virus Corona di rumah sakit Jinyintan di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 13 Februari 2020. DIketahui hingga kini, jumlah korban tewas akibat virus corona atau COVID-19 mendekati angka 1.500. China Daily via REUTERS

Iklan

SETIA TRIANTO

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 5 Maret 2020 06:00 WIB

Efektifitas Masker N95 dan Masker Bedah untuk Menangkal Virus Covid-19

EFEKTIFITAS MASKER N95 DAN MASKER BEDAH UNTUK MENANGKAL VIRUS COVID-19. MASKER TERSEBUT MEMILIKI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MASING-MASING. MANAKAH YANG LEBIH EFEKTIF MENANGKAL VIRUS CORONA HINGGA SAAT INI?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Setia Trianto

Beberapa hari yang lalu di awal Maret 2020, kita dikejutkan dengan kasus pertama penularan virus corona di Indonesia. Sebanyak 2 orang yang terindentifikasi virus corona dan hal ini mematahkan mitos bahwa orang Indonesia tidak bisa terkena corona.

Adapun banyak kekhawatiran masyarakat mengenai penularan virus tersebut dan banyak cara yang telah ditempuh untuk meminimalkan penularan. Cara yang sering digunakan ialah dengan mengenakan masker untuk menutup mulut dan hidung selain menjaga imun dan pola hidup yang sehat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Muncul suatu pertanyaan, apakah sebenarnya virus corona tersebut? seberapa efektifkan masker untuk mencegah penularan virus corona? Apakah hal tersebut menolong? Apa jenis masker yang bisa menjadi pilihan?

Dikutip dari berbagai sumber yang penulis lakukan bahwa virus corona atau yang dikenal dengan Strain Virus Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang memiliki nama resmi yang telah dirilis oleh Badan WHO ialah COVID-19, ialah jenis virus yang memiliki ukuran diameter hampir mirip dengan SARS sebesar 60-140 nm (nano meter) dengan bentuk bulat dan lonjong. Ukuran tersebut sangat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang, harus menggunakan bantuan mikroskop yang memiliki kemampun tinggi untuk melihatnya, seperti mikroskop elektron.

Strain Novel Coronavirus (2019-nCoV) dengan Nama Resmi COVID-19

Disini penulis ingin mengulas mengenai cara menanggulangi virus corona dengan menggunakan masker. Lantas, apakah masker efektif untuk menangkalnya masuk ke dalam saluran pernapasan manusia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari penulis ulas perbedaan masker tipe N95 dengan masker tipe bedah.

Dikutip dari situs http://emag.medicalexpo.com/ yang penulis lakukan untuk mempelajari penanggulangan virus Corona dengan masker. Mari kita ulas satu persatu berbedaan masker yang dapat digunakan tersebut:

 

  1. Masker N95 (Respirator)

Masker N95 secara umum untuk menyaring 95% partikel udara yang berukuran kecil dan besar. Masker ini sering digunakan untuk melindungi diri dari bahan beracun, debu pertambangan batu bara, saat bersih-bersih dan saat melakukan pengecatan rumah.

 

Masker N95 Merek 3M

Masker ini memiliki karakteristik antara lain terdapat satu lapisan filter dan mampu menyaring 95% partikel yang berukuran 0.3 mikron sehingga efektif untuk menyaring berbagai virus hingga polutan. Selain itu filternya dilapisi karbon aktif. Masker ini sering disebut dengan respirator.

Sebuah respirator adalah alat pelindung diri yang mencegah pemakainya menghirup aerosol (debu, asap, kabut) serta uap atau gas (desinfektan, gas anestesi) yang berbahaya bagi kesehatan. Respirator ini jarang tersedia di apotek, dan masker ini berfungsi untuk  melindungi pemakainya dari agen infeksi melalui udara yaitu terhadap kontaminasi oleh virus seperti coronavirus, SARS, H1N1, dll.

Respirator dibagi menjadi dua kategori yaitu isolasi dan penyaringan. Respirator penyaringan terdiri dari penutup wajah dan perangkat penyaringan. Terkadang elemen filter diintegrasikan ke dalam penutup wajah. Tergantung pada jenis filter, masker akan efektif hanya terhadap partikel saja, hanya terhadap gas dan uap tertentu saja, ataupun kemapuan terhadap partikel, gas, dan uap sekaligus.

Respirator penyaringan terkadang juga dapat dilengkapi dengan katup pernapasan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna. Katup mencegah kondensasi (lembab) di dalam masker, sehingga mengaburkan kacamata pengguna. Selain itu, membantu pengguna bernapas masuk dan keluar dengan mudah.

 

Masker N95 dengan Katup

Perlu dicatat bahwa respirator juga melindungi mereka yang memakainya dari menghirup "tetesan" agen infeksi. Respirator dapat sekali pakai atau digunakan kembali. Dalam kasus kedua, dimungkinkan untuk mengganti filter saat sudah penuh.

 

 

  1. Masker Bedah

Masker bedah adalah alat medis sekali pakai yang dapat dibeli di apotek dan yang melindungi terhadap agen infeksi yang ditularkan oleh "tetesan." Tetesan ini bisa berupa tetesan air liur atau sekresi dari saluran pernapasan bagian atas ketika si pemakai menghembuskan napas.

Sopir Transjakarta menggunakan masker saat bertugas, di Jakarta, Selasa, 3 Maret 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Jika dikenakan oleh pengasuh, masker bedah melindungi pasien dan lingkungannya (udara, permukaan, peralatan, tempat bedah). Jika dipakai oleh pasien yang menular, itu mencegah pasien dari mencemari lingkungan dan sekitarnya. Masker ini sebaiknya tidak dipakai selama lebih dari 3 hingga 8 jam.

Masker bedah juga dapat melindungi pemakainya dari risiko percikan cairan biologis. Dalam hal ini, masker bedah harus memiliki lapisan kedap air. Itu juga bisa dilengkapi dengan pelindung untuk melindungi mata.

Kekurangan masker bedah ialah tidak melindungi terhadap agen infeksi “yang mengudara” sehingga tidak akan mencegah pemakainya berpotensi terkontaminasi oleh virus seperti coronavirus.

 

Lantas, apa standarnya?

Masing-masing dari kedua jenis masker ini tunduk pada standar dan peraturan yang berbeda tergantung pada negara atau wilayah geografis tertentu.

Masker bedah diuji ke arah pernafasan (dari dalam ke luar). Pengujian memperhitungkan efisiensi penyaringan bakteri.

Di Eropa, mereka harus mematuhi standar Eropa EN 14683, yang memiliki 3 tingkat efisiensi penyaringan bakteri (BFE1, BFE2, Tipe R). Di Amerika Serikat, mereka harus menghormati standar ASTM yang memiliki tiga tingkat perlindungan (dari risiko paparan cairan yang rendah hingga risiko paparan cairan yang tinggi).

 

Respirator diuji ke arah inspirasi (dari luar ke dalam). Pengujian memperhitungkan efisiensi filter dan kebocoran ke wajah.

Di Eropa, mereka harus memenuhi standar Eropa EN 149: 2001 yang memiliki tiga kelas respirator partikulat sekali pakai (FFP1, FFP2 dan FFP3).

FFP1 mengacu pada penyaringan paling sedikit dari tiga masker dengan filtrasi aerosol minimal 80% dan kebocoran ke bagian dalam maksimum 22%. Topeng ini terutama digunakan sebagai masker debu (renovasi rumah dan berbagai jenis pekerjaan).

Masker FFP2 memiliki persentase filtrasi minimum 94% dan kebocoran maksimal 8% ke dalam. Mereka terutama digunakan dalam konstruksi, pertanian, dan oleh para profesional kesehatan terhadap virus influenza. Mereka saat ini digunakan untuk perlindungan terhadap coronavirus.

Masker FFP3 adalah topeng penyaringan FFP yang paling banyak. Dengan persentase filtrasi minimum 99% dan kebocoran maksimum 2% ke dalam, mereka melindungi terhadap partikel yang sangat halus seperti asbes.

Di Amerika Serikat, respirator harus memenuhi standar NIOSH (Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Dalam standar ini, ada beberapa kelas respirator tergantung pada tingkat resistensi minyak:

 

Kelas N: masker tidak tahan minyak. Perbedaan dibuat antara N95, N99 dan N100. Angka setelah huruf menunjukkan persentase filtrasi partikel tersuspensi.

Kelas R: masker tahan terhadap minyak hingga delapan (8) jam. Di sini sekali lagi, perbedaan dibuat antara R95, R99 dan R100.

Kelas P: masker yang sepenuhnya tahan minyak. Ada juga P95, P99 dan P100.

 

Jadi, Masker Yang Melindungi Terhadap Coronavirus?

Seorang pasien yang menular harus mengenakan masker bedah segera setelah penularan diduga.

Di Eropa, untuk pengasuh, perlu memakai respirator setidaknya kelas FFP2 atau FFP3 untuk filtrasi maksimum partikel dan aerosol saat merawat pasien yang terinfeksi atau diduga demikian.

Di Amerika Serikat, respirator N95 menyaring 95% partikel di udara, dan bahkan dapat menyaring bakteri dan virus, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Jadi untuk pengasuh, perlu memakai respirator kelas N, R atau P.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua. Mari kita saling menjaga kesehatan dan terus berpikir positif untuk mengurangi penyebaran virus Corona di Indonesia. Terima kasih

Ikuti tulisan menarik SETIA TRIANTO lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini