x

Slenderman. Mafiascum.net

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 10 Maret 2020 13:24 WIB

Slenderman dan Kanak-kanak yang Terperangkap Imajinasi Orang Dewasa

Apakah kanak-kanak atau ABG yang terinspirasi Slenderman dan mematikan kanak-kanak sebayanya itu korban imajinasi orang dewasa tentang masa kecilnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
Orang dewasa seringkali secara tanpa sadar memproyeksikan keinginannya pada anak-anak. Misalnya saja, soal cita-cita melanjutkan sekolah ke luar negeri yang gak kesampaian dan anaknya didorong agar bisa belajar ke luar negeri. "Gih, cari beasiswa sana!" Atau meminta anaknya sekolah yang serius agar bisa belajar di universitas terkemuka sebab dulu juga gak kesampaian lantaran tak ada biaya atau kepintarannya terbatas banget. Melihat anaknya ternyata lebih cerdas dari dirinya sendiri, orang tua yang dewasa lantas terinspirasi: "Nah, kayaknya dia mampu deh!"
 
Sayangnya, bukan hanya cita-cita yang kerap diproyeksikan orang dewasa kepada anak-anaknya, tapi juga imajinasi yang mungkin dulu pernah terlintas dan kini membayangkan bagaimana jika imajinasi itu dituangkan, misalnya dalam bentuk cerita pendek, novel, atau komik. Ada pula yang melanjutkan imajinasinya di masa kanak-kanak dan kini ia sanggup menuangkannya dalam cerita karena sekarang ia bisa mengonstruksinya dengan lebih baik.
 
Para penulis cerita horor, misteri, ataupun petualangan biasanya membawa serta kenangan dan imajinasinya di masa mereka kecil. Para pengarang ini berpikir bahwa dunia masa kecil siapapun akan sama dengan dunia masa kecilnya dahulu. Karena itu, ketika mereka sudah pintar mengarang dan menggambar, mereka menuangkan kembali apa yang pernah mereka imajinasikan dulu. Namun kini mereka menambahkan dengan imajinasi orang dewasa tentang dunia anak kecil. Mereka memperjelas sosok-sosok menakutkan yang pernah mendatangi mimpi dan imajinasi kanak-kanak mereka.
 
Dari titik pertemuan itulah cerita-cerita horor, misteri, dan thriller lahir. Rasanya, Slendermen pun salah satunya. Kisah semacam ini dikarang oleh orang dewasa yang memadukan imajinasinya di masa kini dengan imajinasinya di masa lampau tatkala ia kanak-kanak. Ketakutan kanak-kanak tentang sosok berlengan panjang muncul sebagai figur utama dalam cerita yang dikonstruksi dengan lebih seksama oleh orang dewasa. Imajinasi dari dua masa itu berbaur dan berpadu, berjalin berkelindan, menciptakan cerita dengan aura yang mengaduk-aduk imajinasi dan emosi pembacanya, tidak terkecuali pembaca remaja dan kanak-kanak.
 
Di titik itulah, jika imajinasi pengarang bertemu dengan imajinasi pembaca, termasuk pembaca kanak-kanak maupun remaja, potensi terjadinya penguatan atau amplifikasi imajinasi mungkin sukar dihindari. Secara perlahan, imajinasi itu tidak berhenti di alam khayalan, melainkan berpadu dengan emosi dan berkembang menjadi dorongan untuk melakukan apa yang dilakukan oleh figur utama dalam dongeng karangan itu. Imajinasi berproses menuju realitas manakala pembacanya tengah dihadapkan pada persoalan yang sulit terpecahkan atau ketika imajinasi itu bertemu dengan pengalaman tak menyenangkan. Imajinasi itu berproses menjadi impuls, yang bahkan mungkin tanpa motif, yang bila menemukan momennya akan maujud menjadi kenyataan yang mengerikan.
 
Itukah yang terjadi pada kanak-kanak ataupun remaja yang terdorong untuk mematikan sebaya mereka? Apakah mereka korban imajinasi orang dewasa tentang masa kecilnya yang gelap? >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

16 jam lalu

Terpopuler