Ternyata virus corona COVID-19 dapat hidup di saluran pernafasan pasien terinfeski selama 37 hari. Itu artinya dua kali lebih lama daripada masa isolasi yang direkomendasikan para ahli selama ini, yakni selama 14 hari. Hal itu disampaikan para peneliti dari Cina yang meneliti pasien dari dua rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Laman Tempo.co yang memuat berita ini menulis bahwa menurut ahli pelepasan virus yang berkepanjangan memberikan alasan untuk strategi isolasi pasien yang terinfeksi dan intervensi antivirus yang optimal di masa depan. Hasil penelitian ini dimuat di jurnal The Lancet, Rabu 11 Maret 2020.
Penelitian itu menggunakan catatan medis elektronik untuk mengumpulkan data demografis serta data laboratorium. Para peneliti mendeteksi virus RNA itu dalam sampel yang diambil dari saluran pernapasan pasien selama rata-rata 20 hari setelah pasien sakit.
Rentang waktu tersingkat seseorang tertular adalah delapan hari dan terlama adalah 37 hari. "Ini memiliki implikasi penting untuk pengambilan keputusan isolasi pasien dan bimbingan seputar lama pengobatan antivirus," demikian bunyi hasil penelitian.
Sebelumnya studi yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat dan ilmuwan lain menemukan virus dapat bertahan di udara selama tiga jam dan dapat hidup di permukaan suatu benda hingga tiga hari.
Sementara sebuah penelitian di Jerman menemukan pasien yang terinfeksi melepaskan sejumlah besar virus sebelum gejala muncul. Ini berarti, ketika orang hanya menunjukkan gejala ringan, seperti kelelahan atau batuk, masih mudah untuk menyebarkan virus ke orang lain.
Selanjutnya: Cara memutus mata rantai penularan
Ikuti tulisan menarik Indonesiana lainnya di sini.