Sikap Pasrah Itu Bisa Berbahaya Jika Dilakukan dalam Posisi Ini

Rabu, 18 Maret 2020 14:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sikap pasrah itu sebenarnya adalah sikap ketenangan dan kedamaian karena kita sudah melakukan semua ikhtiar dengan maksimal sebaik-baiknya lalu percaya kepada Tuhan pasti memberikan yang baik sesuai prasangka kita.

Pasrah adalah satu kata yang seringkali dianggap sesuatu negatif. Kata Pasrah sering dianggap “nrimo” apa saja yang terjadi. Dan Sikap pasrah seperti ini bisa berbahaya jika dilakukan, kenapa? karena tidak lagi berpikir solusi, tidak lagi berpikir jalan keluar dan seolah membiarkan masalah yang dihadapi ya sudah terjadi.

Lalu sikap pasrah seperti ini tanpa disadari menjadikan Tuhan sebagai kambing hitam dari kejadian atau masalah yang dihadapi. Nah lho, jadi berbahaya kan. Sikap pasrah sesungguhnya adalah sikap yang baik sebagai bentuk kepercayaan kita kepada Tuhan. Tapi sikap pasrah ini bukan dilakukan di awal sebelum memaksimalkan ikhtiar, tapi diakhir. Sikap pasrah yang dilakukan diawal justru bisa membuat berbahaya.

Arti kata PASRAH adalah menyerahkan sepenuhnya,  pertanyaannya adalah menyerahkan sepenuhnya kepada siapa? apakah kepada suami, kepada orang tua, kepada atasan atau kepada Tuhan? Tentu yang benar adalah Pasrah kepada Tuhan. Memahami makna Pasrah kepada Tuhan ini bukan berarti tidak melakukan apa-apa, misalnya ada seseorang yang ingin menyebrangi sungai tapi orang ini tidak melakukan apa-apa, bahkan berpikir saja tidak mau.

Dia hanya mengatakan Pasrah kepada Tuhan, mengatakannya juga tanpa pemahaman apa-apa sekedar ucapan saja pasrah. Maka hasilnya ya selamanya orang ini tidak bisa menyebrangi sungai tersebut.

makna ridho kepada Allah

" data-medium-file="https://firmanpratama.files.wordpress.com/2019/05/makna-ridho-kepada-allah.png?w=300" data-large-file="https://firmanpratama.files.wordpress.com/2019/05/makna-ridho-kepada-allah.png?w=1024" />

Karena saya muslim maka saya mengambil kisah dari Rasulullah SAW ini : Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya ? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

“Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal !” (HR. At-Tirmidzi no. 2517, hasan)

Dari kisah di hadits Rasulullah itu jelas posisi Pasrah (dalam hal ini disebut bertawakal) ada diakhir setelah melakukan sebuah ikhtiar. Bukan dilakukan diawal sebuah kejadian. Setelah unta diikat dengan baik baru menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Jadi kalau anda sekarang sudah ada di titik mengatakan “pasrah” maka coba diingat lagi apakah memang sudah memperbaiki ikhtiar dengan baik secara maksimal, kalau belum maka jangan dulu mengatakan “saya pasrah”. Karena begitu anda mengatakan “saya pasrah” seolah-olah anda bukan anda di zona yang positif tetapi justru negatif. Negatif itu artinya anda merasa putus asa dan tidak tahu harus bagaimana lagi. Sikap pasrah di posisi ini yang bisa berdampak berbahaya bagi kita.

Padahal sikap pasrah itu sebenarnya memiliki energi positif karena kita sudah sungguh-sungguh memaksimalkan ikhtiar lalu menyerahkan semuanya kepada Tuhan yang Maha Baik maka pasti jadinya baik. Sikap pasrah harus dibarengi dengan sikap berprasangka baik kepada Tuhan, berprasangkan bahwa Tuhan itu memiliki semua sifat Maha Baik sehingga mustahil Tuhan memberikan kejadian yang buruk bagi manusia. Karena sesungguhnya setiap kejadian adalah hasil dari request manusia itu sendiri.

makna-bertakwa-kepada-allah-yang-benar

Kesimpulannya adalah, sikap pasrah itu sebenarnya adalah sikap ketenangan dan kedamaian karena kita sudah melakukan semua ikhtiar dengan maksimal sebaik-baiknya lalu percaya kepada Tuhan pasti memberikan yang baik sesuai prasangka kita. Fokusnya bukan dipasrahnya tetapi di seberapa maksimal ikhtiar atau usaha yang sudah kita lakukan. Dan tahukah anda bahwa ikhtiar itu semuanya dimulai dari berpikir, dan berprasangkan baik kepada Tuhan juga dimulai dari isi pikiran kita juga.

Pasrahlah kepada Tuhan, serahkan semuanya kepada Tuhan. Tapi setelah kita maksimal ikhtiarnya, setelah maksimal menata pikirannya dan setelah maksimal dalam mengenal Tuhan.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler