x

ilustr: Fransisco Hernandez Marzal

Iklan

Review Kehidupan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Mei 2020

Selasa, 5 Mei 2020 10:47 WIB

Belajar Menulis dengan Teknik Menyalin

Tiap kali mulai menyalin, saya seolah sedang menyelami alam pikiran penulisnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di Facebook, sekali atau tigakali ada 'teman maya' menjapri lewat messenger. Isinya sebuah pertanyaan, tentang bagaimana agar bisa menulis artikel dengan baik.

Mulanya, saya tak paham, mengapa mereka bertanya itu ke saya. Mungkin karena di profil saya mencantumkan wartawan sebagai profesi, tapi ternyata alasannya lain.

"Saya suka baca statusnya mas, enak dibaca," kata seorang penanya, yang di profilnya tertulis Kota Samrinda sebagai tempat bermukimnya kini.

Dia seorang pegawai yang mengaku sering ikut kelas menulis, tapi merasa tak banyak progresnya yang ia rasakan setelahnya.

Dan tiap kali ada yang bertanya soal menulis, saya kerap bingung bagaimana menjawabnya. apalagi, saya sendiri merasa tulisan saya masih jauh sangat dari kata bagus.

tapi saya akan  berbagi, bagaimana saya belajar menulis.

MENYALIN

Perkanalan saya dengan dunia kata pada 1997 ketika nyantri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Sebuah puisi berjudul 'Seperti sehabis hujan' yang dimuat koran Republika Minggu begitu membekas dalam benak.

Puisi yang saya lupa siapa penulisnya itulah yang membawa saya berkenalan dengan antologi puisi D Zawawi Imron 'Nenek Moyangku Airmata'. Sejak itu saya terbius oleh Pak D.

Perlahan saya menyalin semua puisi di antologi itu ke sebuah kaskul karena buku itu milik perpustakaan dan tak boleh dipinjam. Butuh tiga atau empat hari untuk merampungkan penyalinan itu.

Dari Proses menyalin ini, diksi-diksi khas Zawawi, terbawa pada puisi yang saya tulis sendiri kemudian hari. Ketika puisi saya menembus majalah Horison tahun 2000, banyak yang berkomentar saya reinkarnasi Pak D Zawawi.

Pada 2006, saya masuk ke dunia penulisan yang lain yaitu wartawan. Belajar menulis berita dengan cara menyalin berita orang lain yang saya anggap bagus, tetap saya lakukan sampai sekarang.

Kebiasaan ini terus saya lakukan ketika saya bergabung dengan Tempo pada Juli 2009. tulisan-tulisan di Majalah Tempo saya salin dan tiap kali rampung, langsung saya muat dalam blog.

Di Tempo, sosok Amarzan Lubis, sangat dikagumi banyak wartawan majalah berita mingguan yang pernah dibredel ini. Ketika beliau meninggal beberapa bulan lalu, banyak wartawan Tempo menuliskan obituari tentangnya. Semua obituari itu bermuara pada satu kesimpulan bahwa Amarzan seorang guru menulis yang baik.

Semua testimoni itu membuat saya penasaran pada Almarhum. Sebab meski bekerja di Tempo, saya tak pernah punya kesempatan untuk menimba ilmu langsung ke Pak Amarzan.

Sebagai kontributor Tempo di daerah. bahkan saya tak pernah menginjakkan kaki di kantor Tempo hingga pindah ke Jalan Proklamasi 72, alamat Tempo sekarang.

Saking penasarannya akan tulisan Pak Amarzan, saya sampai menanyakan pada seorang redaktur apakah judul artikel yang pernah ditulis almarhum.

"Geylang si kampung Gelang," jawab redaktur itu.

Saya langsung googling dan hanya menemukan arsipnya di Majalah Tempo. Beruntung karena tiap pekan, Tempo online menyediakan akses gratis untuk membaca tiga artikel, jadi saya bisa membaca tulisan yang dimuat di rubrik perjalanan itu.

Karena tak bisa mengakses tulisan  itu setiap saat, saya pun menyalinnya agar bisa saya baca berulang setiap sempat.

Dan saya sangat menyukai artikel itu karena ringkas dan tak bertele-tele. "Kibang Kibut Aceng Garut" adalah judul tulisan lain Pak Amarzan yang telah selesai saya salin.

Sebagai pribadi yang malas mengikuti kelas menulis berbayar, saya merasa, menyalin cukup efektif sebagai sebuah cara belajar menulis otodidak selain membaca dan sering berlatih. Tiap kali mulai menyalin, saya seolah sedang menyelami alam pikiran penulisnya.

Mulai dari bagaimana dia menentukan angle, bagaimana mengalirkan adegan, dan yang paling penting, bagaimana dia meramu sebuah peristiwa dalam kata-kata dengan bernas.

Yang mau nyoba teknis menyalin, selamat mencoba. Modal teknik ini cuma satu yaitu kesabaran dan kemauan. MUSTHOFA ALDO 























Ikuti tulisan menarik Review Kehidupan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler