x

ilustr: Fransisco Hernandez Marzal

Iklan

Review Kehidupan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 4 Mei 2020

Senin, 11 Mei 2020 05:49 WIB

Buku Corona: Menulis Buku Itu Tidaklah Sulit

di masa depan, ketika pageblug ini telah reda, vaksinnya telah ditemukan sehingga tak lagi menjadi virus berbahaya atau saat orang-orang telah melupakan tentang wabah yang maha dahsyat ini, buku ini akan menjadi warisan jejak literasi yang penting buat bahan bacaan dan pengetahuan anak cucu kita

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Menulis buku tidaklah sulit", ungkapan inilah yang  terbersit dalam kepala setelah membaca buku corona yang ditulis Harun Mahbub Billah.

HMB, begitu penulis buku ini akrab disapa dengan akronim namanya, adalah mantan jurnalis Tempo. Ia bergabung dengan majalah prestisius ini pada 2005 selulus Universitas Gajah Masa.

Sejak virus corona masuk Indonesia dengan pertama kali menjangkiti ibu dan anaknya di Depok, HMB yang kini berkarir di liputan6.com sejak 2015, mengikuti anjuran pemerintah dengan bekerja dari rumah (KDR).

Maka sejak itu, ia punya lebih banyak waktu melototi perkembangan informasi tentang virus yang dinamai Covid 19 oleh WHO, yang berseliweran di internet. Ia  kumpulkan beragam informasi itu sejak 4 April 2020 dan jadilan buku corona yang bisa dibaca dalam dua versi: PDF dan cetak.

Maka buku yang terdiri dari 19 bab, menyesuaikan nama Covid 19, adalah semacam buku rangkuman yang bahannya berserakan di internet. Mungkin karena itu buku ini lekas rampung, yang mahal adalah kemauan untuk mengolah dan menyusun berbagai data itu menjadi sebuah bacaan yang ringan dan lugas karena memakai bahasa percakapan sehari-hari.

Dan nampaknya HMB menyadari kekurangan buku ketiganya, setelah 'dua jam bisa menulis' dan 'kopi mana kopi', ini adalah naik cetak di saat pandemi virus yang menyerang sistem pernafasan ini masih berlangsung. Maka, perkembangan terbaru virus ini, misalnya vaksin jika kelak ada peneliti yang menemukan, tentu tidak akan tercatat dalam bukunya setebal 110 halaman ini.

Dan jika setelah terbit buku ini tak laris manis secara penjualan, barangkali karena ia terbit di saat pandemi masih berkecamuk, di mana pasti para pembaca telah membaca sebagian besar isinya.

Namun di masa depan, ketika pageblug ini telah reda, vaksinnya telah ditemukan sehingga tak lagi menjadi virus berbahaya atau saat orang-orang telah melupakan tentang wabah yang maha dahsyat ini, buku ini akan menjadi warisan jejak literasi yang penting buat bahan bacaan dan pengetahuan anak cucu kita.

Buku yang konon sengaja disusun hanya dalam waktu 19 hari, dimulai dengan cerita dari Wuhan, sebuah kota di Provinsi Hubei, Cina yang menjadi muasal virus yang menyebar lewat kalelawar ini, hingga bagaimana ia menjangkiti para pesohor mulai dari aktor Tom Hanks di Amerika hingga Tung Desem di Indonesia.

Dan seganas apapun corona, virus ini muncul barangkali juga sebagai teguran bumi pada manusia. Aktivitas manusia yang tinggi demi memenuhi hasratnya akan kemajuan, telah memicu emisi yang membuat bumi kian panas.

Karena tak ada cara lain yang efektif menghindari wabah ini selain membatasi kegiatan manusia dengan lockdown, bumi pun bisa menyembuhkan diri dari luka akibat pemanasan global, yang ditandai dengan kemunculan kembali lumba-lumba di kanal-kanal kota Venezia hingga Cagliari di Italia, hingga munculnya Garengpung di Magelang, Jawa Tengah. ini sejenis serangga yang tak pernah terdengar lagi deriknya setelah habitatnya hilang berganti pemukiman.

Jika HMB, penulis buku ini, belum menemukan format bentuk cetaknya. saya usul agar buku corona dicetak seperti buku-buku Jepang yang mungil dengan kertas kuning terang yang bagus. Sehingga bisa dimasukkan saku mantel, agar mudah dibawa dan bisa dibaca di mana dan kapan saja. MUSTHOFA ALDO







Ikuti tulisan menarik Review Kehidupan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler