x

Seorang bakul jamu di kota Yogyakarta. Tempo/Tulus Wijanarko

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 13 Juni 2020 06:54 WIB

Makna New Normal bagi Wong Cilik

Di masa new normal, wong cilik harus bertumpu pada kekuatan sendiri, memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, dan yang tidak kalah penting ialah menyadari bahwa kaum wong cilik harus bisa saling membantu dan saling menolong. Wong cilik juga harus semakin hemat dalam berbelanja dengan mengutamakan hal-hal yang diperlukan dengan porsi sesuai kebutuhan. Pinggang memang sudah kencang, dikencangkan sedikit lagi mungkin masih bisa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Apa arti new normal bagi wong cilik? Apanya yang baru? Kesukaran hidup? Kesulitan mencari nafkah? Bagi wong cilik, nyaris semua kesulitan sudah dijalani, dan wong cilik percaya setelah setiap kesulitan akan ada kemudahan. Meskipun ada bansos--atau apapun namanya--wong cilik percaya bahwa new normal mesti dihadapi dengan berdikari; dan dalam kosakata hidup wong cilik, berdikari bukan slogan di masa kampanye yang dikumandangkan dengan penuh semangat oleh para politikus dan elitenya, tapi sesuatu yang konkret.

Berbeda dengan anak-anak muda yang sedang mencari pekerjaan, yang katanya dibantu oleh negara, juga berbeda dengan sebagian pekerja swasta yang masih bekerja dan memperoleh gaji bulanan, maupun--apa lagi--pegawai negeri yang bahkan masih bisa mendapat tunjangan hari raya, banyak wong cilik yang betul-betul kehilangan penghasilan selama masa pagebluk ini. Beberapa minggu wong cilik yang sehari-hari membuka warung nasi goreng sampai larut malam, mie ayam, gorengan gehu combro dan pisgor duaributiga yang ukurannya semakin kecil karena bahan baku kian mahal, juga yang jual chicken goreng tepung terpaksa tidak bisa membuka lapak.

Hidup kebanyakan wong cilik bergantung pada ketangguhan semangatnya sendiri, kalau semangat mlempem atau sering galau memikirkan nasib ya bisa diduga ujungnya. Negara sesekali memang membagi bantuan material selama pagebluk ini, tapi untuk urusan semangat, daya juang, spirit hidup, menjaga semangat istri suami anak-anak, wong cilik harus bertumpu pada kekuatan kakinya sendiri. Bukan hanya kaki dalam arti spirit, tapi betul-betul juga dalam arti fisik. Kekuatan fisik menjadi syarat untuk dapat mencari penghasilan, tapi kekuatan ini yang justru sedang diuji sebab asupan karbo, protein, serat, vitamin sangat mungkin semakin berkurang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wong cilik pada dasarnya para pejuang sejati, yang benar-benar berdikari, tidak minta perlindungan ekspor-impor, mengandalkan kekuatan dan kesehatan fisik sendiri, tidak mengandalkan pinjaman perbankan, tidak melobi para pejabat pengambil keputusan agar diberi kuota jual-beli, tidak merengek kepada para dermawan yang hartanya tak tertampung di rumah sendiri. Negara memang memberi bantuan, tapi tidak mungkin terus-menerus, sebab negara harus mengurus dirinya sendiri juga.

Pada akhirnya, wong cilik harus kembali bertumpu pada kekuatan sendiri, memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, dan yang tidak kalah penting ialah menyadari bahwa kaum wong cilik harus bisa saling membantu dan menolong. Setiap pagi pasar tradisional ramai dengan pedagang dan pembeli yang bermasker--transaksi jual-beli di pasar tradisional merupakan bentuk solidaritas di antara sesama wong cilik, sebab tidak semua pedagang di sini orang bermodal, sebagian lainnya pegawai dari juragan kecil-kecilan (kalau dibandingkan dengan juragan yang sekali impor dalam hitungan M).

Bagi wong cilik, new normal berarti inspirasi dan kebutuhan untuk menghidupkan lebih aktif semangat gotong royong. Jika butuh sembako, belinya ke tetangga yang membuka warung, bukan ke mart maupun super mart, apa lagi supermal. Semangat inilah yang harus terus dipelihara walaupun tidak selalu mudah, sebab sebagian wong cilik juga ingin merasakan berbelanja ke toko-toko yang udaranya disejukkan oleh ace dan membelinya dengan kartu debit.

Apa yang berlangsung di Dusun Purwodadi, Kabupaten Sleman, barangkali dapat menjadi contoh baik tentang bagaimana hidup guyub dalam kebaikan masih bisa digelorakan. Pageblug, walaupun membuat hidup pahit, di sisi lain juga mengingatkan manusia--khususnya wong cilik--untuk hidup saling membantu. Di dusun ini, menurut media online Republika, ada sebuah tempat kecil berupa meja beratap. Di situ diletakkan dan digantung berbagai jenis kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari sayur, krupuk, beras, minyak, telur, sampai sabun mandi.

Tak ada orang yang menjaga barang-barang itu. Warga yang membutuhkan sayur, tinggal mengambil barang yang tersedia di situ. Mengambil seperlunya dan gratis, tidak perlu bayar, sebab sayur itu sumbangan warga lain. Jika ia ingin berkontribusi, bisa saja menaruh pasta gigi di situ, siapa tahu ada tetangga yang membutuhkan odol. Semangat 'guyub sembako' ini sangat layak dicontoh. Wong cilik tetap dapat menjaga semangat solidaritas, kerjasama, saling membantu tanpa harus menunggu bantuan negara yang kadang-kadang salah sasaran.

Dengan adanya sejumlah syarat untuk menjalani hidup new normal, seperti menjaga jarak, sering mencuci tangan, dan memakai masker, wong cilik juga dituntut memelihara kebersihan diri, rumah, maupun penghuni lain dan seisinya. New normal juga bermakna bahwa wong cilik harus semakin waspada terhadap sumber-sumber penyakit.

Menjaga kesehatan dan kebugaran sangat penting bagi wong cilik. Jatuh sakit hanya mempersulit diri sendiri sebab tidak bisa bekerja, tidak bisa berobat sebarangan sebab sebagian dokter belum buka praktek apa lagi iuran BPJS naik, dan lain-lain. Wong cilik juga harus semakin hemat dalam berbelanja dengan mengutamakan hal-hal yang diperlukan dengan porsi sesuai kebutuhan.

Pinggang memang sudah kencang, dikencangkan sedikit lagi mungkin masih bisa (Jika ada selebritas yang bingung ingin langsing, bisa belajar hidup kepada wong cilik). Bagi wong cilik, new normal bermakna semangat hidup mesti diperbarui agar masih bisa hidup cukup normal. Jikalaupun hidup bertambah sukar, setidaknya pikiran waras tetap terjaga normal. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler