x

Mendikbud Nadiem Makarim saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 20 Februari 2020. Sejumlah isu-isu terkini seperti soal pembayaran spp lewat fitur Gobilss di aplikasi GoPay juga dibahas dalam rapat tersebut. TEMPO/M Taufan Rengganis

Iklan

Untung Widyanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 Agustus 2020

Selasa, 18 Agustus 2020 09:24 WIB

Mas Menteri Nadiem Makarim, Jangan Anak Tirikan Pramuka

Muhammadyah, NU dan PGRI mundur dari Program Organisasi Penggerak senilai Rp 595 miliar karena tidak jelasnya kriteria lembaga pendidikan yang lolos seleksi. Mendikbud Nadiem Makarim minta maaf. Gerakan Pramuka dimana Nadiem Makarim ditunjuk Presiden Jokowi sebagai salah satu penasehatnya, tidak pernah dilirik Mas Menteri. Dana APBN dan APBD untuk pendidikan kepramukaan di Tanah Air sangat minim sekali. Gerakan Pramuka ibarat anak tiri yang ditinggalkan orang tuanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Untung Widyanto [Wartawan, pengurus di Gerakan Pramuka]

Ruko yang terletak di Dusun Krajan, Desa Genteng Wetan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur itu luasnya sekitar 200 meter persegi. Di dalamnya ada sejumlah ruangan yang digunakan American English Course (AEC) Perhotelan. Kursus AEC merupakan lembaga di bawah naungan Yayasan Nurhidayah yang fokusnya pada pendidikan bahasa Inggris, perhotelan dan tata boga.

Pada Maret 2020, Yayasan Nurhidayah mengajukan proposal untuk Program Organisasi Penggerak yang diinisiasi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka menyodorkan anggaran Rp 1 miliar untuk pelatihan “Baby Method English” terhadap 100 SMP di tiga kabupaten, yaitu Banyuwangi, Jember, dan Lumajang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Irawan, Kepala AEC sekaligus pembina Yayasan Nurhidayah kepada Majalah Tempo pada 29 Juli 2020, materi program diberikan secara online melalui video dan rekaman suara. Ternyata proposal yang diajukan Yayasan Nurhidayah lolos dan masuk kategori Gajah (yang menargetkan lebih dari 100 sekolah), atau mendapat bantuan dana hibah dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebesar Rp 20 miliar per tahun. Padahal proposal yang mereka ajukan untuk kategori Kijang (5-20 sekolah) yang mendapat dana Rp 1 miliar/tahun.  Untuk kategori Macan (yang menargetkan 21-100 sekolah) mendapat dana hibah Rp 5 miliar per tahun.

Selain Yayasan Nurhidayah, ada 29 lembaga lain yang lolos dan masuk kategori Gajah. Mereka, antara lain, Dompet Dhuafa Republika, Forum Indonesia Menulis Kalimantan Barat, Forum PAUD Terpadu Provinsi Sumatera Utara, Ikatan Guru Indonesia, Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama, Pengurus Besar Persatuan Guru Repubik Indonesia (PGRI), Yayasan Bhakti Tanoto, Yayasan Guru Belajar, Yayasan Putera Sampoerna dan Persyarikatan Muhammadyah.

Publik geger ketika Muhammadyah, NU dan PGRI menarik diri dari Program Organisasi Penggerak. Mereka kecewa karena ada dua yayasan milik konglomerat lolos dalam seleksi. Begitu juga dengan lolosnya beberapa lembaga pendidikan setaraf bimbingan belajar yang baru berdiri beberapa tahun lalu. Yayasan Bhakti Tanoto dan Yayasan Putera Sampoerna buru-buru mengumumkan bahwa mereka tidak akan menggunakan dana APBN Rp 20 miliar per tahun tersebut

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim – yang lebih senang dipanggil Mas Menteri -- kalang kabut.  Majalah Tempo menulis, pendiri Gojek ini was-was posisinya sebagai menteri tidak aman jika berseberangan dengan NU dan Muhammadyah, Oleh karena itu pada 28 Juli 2020, Mas Menteri bersilaturahmi ke rumah dinas Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.  Pak Kiai Ma’ruf menyarankan Nadiem Makarim meminta maaf secara terbuka dan menemui pucuk pimpinan kedua ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut.

Keesokan harinya, Mas Menteri merilis video dan siaran pers permintaan maaf yang ditujukan kepada PGRI, Muhammadyah, dan NU.  Mas Menteri mengatakan organisasi-organisasi tersebut memiliki peran besar dalam dunia pendidikan, bahkan jauh sebelum republik ini berdiri. “Dengan penuh rendah hati, saya  memohon maaf atas segala ketidaknyamanan yang timbul,” ujar Mas Menteri yang lahir di Singapura, pada 4 Juli 1984.  Setelah bertemu dengan petinggi dua ormas tersebut, Nadiem mendatangi Sekolah Menengah Kejuruan Ma’arif di Bogor dan Sekolah Menengah Pertama Muhammadyah, juga di Bogor.

Program Organisasi Penggerak yang diluncurkan pada 10 Maret 2020 adalah program episode keempat dari paket Merdeka Belajar. Ini konsep yang digaungkan Nadiem tak lama setelah dilantik sebagai menteri  pada Kabinet Indonesia Maju. Anggaran Program Organisasi Penggerak sebesar Rp 595 miliar dengan sasaran 50 ribu guru, kepala sekolah, dan  tenaga pendidikan hingga tahun 2022.  Dari 4.464 lembaga yang mengajukan proposal, terpilih 156  lembaga dengan 184 proposal.

Dari ribuan lembaga tersebut, Alhamdulillah, tidak ada nama Gerakan Pramuka. Kwartir Nasional (Kwarnas)  maupun 34 Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka tidak mengemis-ngemis atau  mengajukan proposal ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Padahal, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67/M Tahun 2018 tentang Pengukuhan Susunan Pengurus Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Masa Bakti Tahun 2018-2023, nama Nadiem Makarim duduk menjadi anggota Dewan Penasehat pada Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka (Mabinas). Presiden adalah Ketua Mabinas Gerakan Pramuka, dengan sejumlah menteri dan pejabat sebagai anggotanya.   

Anggota Dewan Penasehat Mabinas dari unsur tokoh masyarakat lainnya adalah BJ Habibie, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, Sultan Hamengkubuwono X, Try Sutrisno, KH Mustofa Bisri, Buya Syafii Maarif, Frans Magnis Suseno, Eka Cipta Wijaya, Siti Hartati Murdaya, Jaya Suprana, Wisnutama, Hary Tanoesudibjo dan Slamet Raharjo. Berdasarkan UU Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, tugas majelis pembimbing (Mabi) adalah memberikan bimbingan moral dan keorganisatorisan serta memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan kepramukaan.

Mas Menteri Nadiem Makarim mungkin perlu diingatkan soal Gerakan Pramuka, organisasi pendidikan non-formal yang pada 14 Agustus 2020, berusia 59 tahun. Oh ya, pendidikan kepanduan telah dimulai sejak tahun 1912 dengan terbentuknya ‘Nederlandsche Padvinders Organisatie’ (NPO).  Pada tahun 1920, Muhammadyah membentuk Padvinder Muhammadyah yang kemudian bernama Hizbul Wathan. NU  juga membentuk Pandu Ansor.  Banyak tokoh pergerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia dididik dalam organisasi kepanduan.  Termasuk Jenderal Sudirman (mantan Panglima TNI), Bung Tomo, dan Jenderal Soeharto (Presiden RI kedua).

Mas Menteri Nadiem Makarim mungkin perlu diinformasikan bahwa ada jutaan anggota Gerakan yang tersebar di 250.000 gugusdepan (gudep) di kwartir  ranting (kecamatan)  seluruh Indonesia. Selain itu ada 1,2 juta pembina untuk melatih peserta didik siaga (7-10 tahun), penggalang (11-15 tahun), penegak (16-20) dan pandega (21-25). Sebagian besar pramuka adalah ‘generasi emas’, generasi digital dan bagian dari bonus demografi Indonesia serta menjadi pangsa pasar yang dibidik Gojek dan startup lainnya.  

Mayoritas gudep berpangkalan di sekolah negeri dan swasta. Pada umumnya, kepala sekolah adalah ketua Majelis Pembimbing Pramuka Gugusdepan (Mabigus).  Saat ini ada 38 juta anggota pramuka di dunia yang tersebar di 217 negara dan teritori. Di Singapura, dimana Mas Menteri pernah sekolah menengah, organisasi kepramukaannya bernama The Singapore Scout Association. Di Amerika Serikat, dimana Mas Menteri  meraih gelar Master of Business Administration dari Harvard Business School, ada Boy Scouts of America.

Selanjutnya: Anggaran minim dari APBN untuk Gerakan Pramuka

Ikuti tulisan menarik Untung Widyanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu