Pelihara dan Pupuk Optimisme serta Rasa Syukur di Saat Badai Pandemi

Minggu, 30 Agustus 2020 21:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Walau dibayang-bayangi rasa takut, masih banyak pekerja yang tetap bertahan bekerja, bersyukur, dan terus memupuk optimisme di kala pandemi. Pekerja sadar, bahwa bertahan, tetap optimis dengan segala keadaan, serta selalu bersyukur adalah senjata paling ‘waras’ dalam menghadapi pandemi.

Covid-19 bagaikan terorisme, melahirkan ketakutan secara global. “Dunia harus bangkit & menganggap virus ini sebagai musuh publik nomor satu. "Sejujurnya, virus Korona lebih kuat dalam menciptakan pergolakan politik, sosial, dan ekonomi daripada serangan teroris,” ujar Tedros Adhanom, Direktur Jenderal WHO.

Selain menimbulkan gangguan kesehatan dan psikologi secara masif, pandemi ini memberikan efek negatif pada ekonomi. Mulai dari gangguan di industri penerbangan, pariwisata, menurunnya investasi sekaligus transaksi perdagangan, dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi. 

Menurut ILO (Organisasi Buruh Internasional), Covid-19 adalah krisis global terburuk sejak Perang Dunia II. Kajian ILO menyimpulkan, sekurangnya 1,25 miliar pekerja dari total tenaga kerja global yang berjumlah 3,3 miliar pekerja beresiko terkena pemutusan tenaga kerja, dan pengurangan upah, serta jam kerja.

Walau dibayang-bayangi rasa takut, masih banyak pekerja yang tetap bertahan bekerja, bersyukur, dan terus memupuk optimisme di kala pandemi. Pekerja sadar, bahwa bertahan, tetap optimis dengan segala keadaan, serta selalu bersyukur adalah senjata paling ‘waras’ dalam menghadapi pandemi. Jika tidak, maka nyawa dan keluarga taruhannya. 

Seberat apapun menghadapi COVID-19 saat ini, masyarakat perlu menjaga optimisme. Menukil dari Helen Keller, “Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence,”. Kita harus melihat pandemi ini sebagai tantangan yang mesti diupayakan solusinya. Bukan justru melihat pandemi ini sebagai masalah dan lalu membuat masyarakat buru-buru angkat tangan, marah, melampiaskan ke perusahaan yang memberikan kebijakan, lantas mengibarkan bendera putih.

Perusahaan pun juga sedang berjuang menghadapi krisis ini. Anda dan perusahaan berada di posisi sama: sedang berjuang & berusaha optimis dengan cara mempertahankan sekaligus mempercayai Anda untuk tetap berkarya di perusahaan tersebut. 

Kita perlu mengapresiasi tinggi kepada mereka yang masih memelihara optimismenya dan tetap berjuang, berikhtiar, sesuai dengan kemampuan di bidang masing-masing. Tak terkecuali perusahaan Anda dan diri Anda.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua