x

cover buku Chrisye - Sebuah Memoar Musikal

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 13 November 2020 14:47 WIB

Chrisye - Sebuah Memoar Musikal

Membaca buku ini kita betul-betul akan menikmati sebuah memoar perjalanan seorang yang jatuh cinta kepada musik. Buku yang ditulis saat Chrisye sudah dalam keadaan sakit ini benar-benar memberikan gambaran bagaimana dia jatuh cinta kepada musik dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada musik. Pilihan untuk menjadi pemusik ini bukannya jalan yang mudah. Chrisye sampai mengalami perang dingin dengan sang ayah yang lebih memilih Chrisye menjadi insinyur. Inilah perjalanan bermusik seorang Chrisye yang dituturkan dengan jujur, elegan dan menginspirasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Chrisye – Sebuah Memoar Musikal

Penulis: Alberthiene Endah

Tahun Terbit: 2007

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama                                                                    

Tebal: 373

ISBN: 978-979-22-2606-5

Membaca buku ini saya betul-betul menikmati sebuah memoar tentang perjalanan seorang yang jatuh cinta kepada musik. Buku yang ditulis saat Chrisye sudah dalam keadaan sakit ini benar-benar memberikan gambaran bagaimana dia jatuh cinta kepada musik dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada musik. Meski orangtuanya yang cinta musik tetapi bukan pemusik menginginkan Chrisye menjadi seorang insinyur, tetapi ternyata cintanya kepada musik membawanya menjadi seorang yang mencumbui musik seumur hidupnya. Pilihan untuk menjadi pemusik ini bukannya jalan yang mudah. Chrisye sampai mengalami perang dingin dengan sang ayah yang lebih memilih Chrisye menjadi insinyur. Chrisye meninggalkan kuliahnya dan memilih untuk bermusik.

Dalam membangun keluarga pun Chrisye melibatkan musik. Yanti yang menjadi istrinya adalah pilihannya dengan pertimbangan bahwa Yanti memahami kehidupan seorang pemusik. Pilihannya ini sungguhlah tepat. Sebab Yanti memang berhasil menjadi seorang penolong yang sepadan bagi Chrisye sampai dengan masa akhir hidupnya. Yanti adalah pelita yang menghidupkan semangat Chrisye dalam mengarungi perjalanan bercinta dengan musik.

Melalui buku ini Chryse bercerita tentang trauma masa kecilnya. Waktu kecil Chrisye nakal. Ia suka melempari kereta api dengan batu. Sampai suatu saat ia harus berhadapan dengan kondektur yang mengejarnya karena keretanya dilempari oleh Chrisye. Selain kenakalannya, Chrisye bercerita tentang bagaimana ia dibuly karena ia anak Tionghoa. Ia sering diejek “cina…cina” dan dilempar batu. Itulah sebabnya ia menyembunyikan ketionghoaannya sampai dengan buku ini terbit. Trauma itu sungguh berat ditanggung oleh Chrisye.

Kisah bermusik Chrisye mulai dari seorang pemain bas dan pengiring vocal, menjadi anak band selama sembilan tahun, mulai rekaman dan sampai menjadi seorang maestro yang ikonik. Perjalanannya dimulai dari menjadi seorang “peniru,” karena menyanyikan lagu-lagu orang lain semirip mungkin sampai membangun image sendiri sebagai “Chrisye Si Suara Lembut nan Powerful.”

Pengalaman bermusik Chrisye memang lengkap. Pernah menjadi anak band yang sampai manggung di New York, bereksperimen dengan group Guruh Gipsy, berkarier solo dan menciptakan kreasi-kreasi yang memberi warna musik pop Indonesia sampai melakukan berbagai konser. Saking berhasilnya dalam bermusik, teman-temannya memintanya untuk melakukan konser lagi saat Chrisye sudah dalam keadaan sakit. Bekerjasama dengan Indosiar, teman-temannya mengadakan konser untuk Chryse pada Bulan Juli 2006. Dalam konsisi sakit, Chrisye berhasil manggung. Dia sangat menikmati konser di Indosiar tersebut.

Perjalanan karirnya sampai menjadi seorang maestro sangatlah panjang dan berliku. Bermula dari eksperimen dengan Guruh Gipsy, Chrisye menemukan bahwa dia mempunyai warna sendiri dalam bervokal. Sejak rekaman bersama Guruh Gipsy, dimana Chrisye mengelaborasi kemampuan vokalnya, Chrisye kemudian mantab untuk bersolo karir. Chrisye dikenal dan digandrungi sejak membawakan lagu “Lilin-lilin Kecil” karya James F. Sundah. Setelah Lilin-Lilin Kecil, Chrisye menelorkan beberapa album solo yang hampir semuanya meledak di pasar. Dalam kariernye solo pun ia bermitra dengan berbagai pihak. Kemitraannya dengan Yocky Suryoprayogo dan Eros Jarot yang melegenda adalah salah satunya. Mereka bertiga seakan tak terpisahkan dalam membangun ciri khas musik pop kreatif Indonesia. Kemitraan lain yang dibangun oleh Chrisye adalah dengan Adie MS dan kemudian dengan Adjie Soetama.

Setelah sukses di jalur rekaman, Chrisye masuk ke dunia konser atau pertunjukan panggung. Chrisye adalah penyanyi Indonesia pertama yang berani menggelar konser di sebuah hotel mewah, yang biasanya hanya dilakukan oleh penyanyi dari luar negeri. Konsernya yang bekerjasama dengan salam satu TV swasta tersebut sangat sukses. Di panggung, Chrisye bernyanyi bersama dengan banyak pesohor musik lainnya. Ia berduet dengan penyanyi yang bukan dari alirannya saja. Ia manggung bersama Waljinah, A Rafiq, Iis Sugiarto, Titiek Puspa, Gesang, Meggy Z, Camelia Malik, Iwan Fals, Krisdayanti dan Sopia Latjuba dan lain-lain. Keberanian Chrisye untuk manggung bersama dengan penyanyi lintas generasi dan lintas genre menunjukkan betapa Chrisye adalah seorang pemusik yang adaptif.

Chrisye adalah seorang pemusik yang selalu gelisah. Ia tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Saat dia sudah mapan sebagai anak band, karena sudah berkarir sampai New York, ia malah tertarik untuk mengerjakan sebuah proyek bersama Guruh Sukarnoputra. Proyek Guruh Gipsy adalah proyek yang tidak menghasilkan uang, tetapi menghasilkan kepuasan bermusik yang luar biasa bagi Chrisye. Setelah berhasil membuahkan karya musik yang fenomenal bersama Guruh Gipsy, Chrisye membangun karir sebagai penyanyi solo. Dalam karir solonya, Chrisye mendapatkan sambutan yang luar biasa dari penikmat musik Indonesia. Meski demikian, ia tak puas dengan tuntutan penggemarnya. Itulah sebabnya ia senantiasa bereksperimen dari album ke album berikutnya.

Chrisye adalah seorang pesohor. Ia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang pemusik dan bukan sebagai selebriti. Meski ia mempunyai banyak pengagum karena keberhasilannya, Chrisye adalah seorang yang rendah hati. Ia sangat menghargai semua pihak yang telah berjasa dalam karirnya. Dalam buku ini ia menyebutkan semua orang yang berperan dalam karirnya. Bukan hanya nama, tetapi Chrisye juga menyebut secara rinci apa yang menjadi perannya dalam keberhasilan karirnya. Ia menyebut Nasution bersaudara, Ponco Sutowo dan teman-teman Mentengnya yang membawanya menjadi anak band. Ia menyebut Guruh Sukarnoputra dan semua pihak yang terlibat dalam proyek Guruh Gipsy. Ia menyebut Sys NS, James M. Sundah dan semua pihak yang membantunya menemukan suaranya yang khas dan berharga. Ia menyebut Yocky Soeryograyogo, Eros Jarot, Adi MS, Jay Subiyakto, Ajie Soetomo dan semua musisi yang bekerjasama dengannya dalam membangun Chrisye sebagai image. Tak lupa Chrisye juga menyebut nama K. H Zaini Dani dan Habib Abubakar Assegaff yang menjadi pembimbing rohaninya saat ia memilih untuk menjadi mualaf. Dan masih banyak lagi nama-nama yang disebutnya secara khusus karena telah memberi andil dalam karirnya. Namun, kepada orang-orang yang menyakitinya, Chrisye tidak mau menyebut nama. Ia sungguh seorang yang menghargai persahabatan dengan sangat tinggi.

Saya harus mengucapkan banyak terima kasih kepada Alberthine Endah yang telah mengemas kehidupan bermusik Chrisye dalam buku ini. Pemilihan cara bercerita, dimana Chrisye dijadikan penutur langsung sungguh sangat enak. Pilihan cara bertutur ini tentulah tidak mudah. Sebab wawancara dilakukan oleh Alberthine Endah saat Chrisye dalam kondisi sakit. Meski beberapa wawancara dilakukan di ruang tamu dengan waktu yang sangat terbatas, selebihnya wawancara dilakukan di kamar tidur Chrisye. Wawancara terpaksa dilakukan di kamar tidur, dimana Chrisye tiduran sambil menahan sakit. Itulah sebabnya saya memberi apresiasi yang luar biasa tinggi kepada Alberthine Endah atas keberaniannya memilih cara bercerita seakan-akan Chrisye sendiri yang bertutur. Mengubah hasil wawancara yang serba terbatas ini tentu memerlukan upaya ekstra.

Buku ini semakin lengkap karena dilengkapi dengan foto-foto perjalanan karir Chrisye dan foto-foto keluarganya yang Nampak penuh kebahagiaan. Buku ini berhasil mendokumentasikan Chrisye yang hidup dengan musik. (542)

 

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB