Potensi Konflik antar-Warga di Amerika Serikat
Selasa, 24 November 2020 10:17 WIBPotensi konflik warga kulit putih dan kulit hitam di Amerika
Rasis pada suatu etnis tertentu masih menjadi momok yang menakutkan. Hal ini ditandai dengan ketidaksukaan terhadap suku tertentu. Sikap yang tidak dewasa dan suka membesarkan masalah turut memperparah keadaan. Perspektif ini berlaku hampir seluruh dunia termasuk negara federal Amerika Serikat.
Umumnya rasis berujung pada pola karakter manusia yang sudah lama dibentuk. Terjadi pada zaman penjajahan dan terus merambah ke perbudakkan antar bangsa. Di Indonesia, istilah rasis sama seperti istilah SARA, yakni Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan. Rasa sensitifitas atau solidaritas turut menemani sikap antipati ini terhadap sesama manusia.
Kematian menjadi contoh bagaimana sifat rasis mudah terbentuk. Pelaku yang melanggar hukum ini bisa aparat negara atau anggota masyarakat. Bisa saja aparat polisi yang menangkap George Floyd tidak bersalah di muka hukum. Aparat yang bersangkutan baru dinyatakan bersalah kalau melakukan hinaan secara langsung.
Sementara, pelaku yang notabene seorang polisi hanya melakukan kelalaian perbuatan. Kelalaian yang membuat nyawa korban George Floyd meninggal dunia. Tidak terdengar ucapan atau perkataan aparat polisi yang menghinanya langsung. Tapi pengaruhnya langsung membangkitkan solidaritas masyarakat secara Internasional.
Tapi inilah resiko menjadi sebuah negara federal seperti Amerika Serikat. Meskipun negara federal menganut Kesatuan, tapi definisinya berbeda dengan NKRI. Masyarakat AS memang sudah maju, ironisnya masih mengalami kesulitan meredam isu rasis. Rasis menjadi tumbuh subur karena adanya perbedaan pendapat yang beragam.
Tidak bisa meredam demo anti rasis hanya dengan mengerahkan polisi. Perlu ada upaya cerdas dari Pemerintah yang bisa merubah kebiasaan tersebut. Suatu produk hukum yang berfungsi sekali tembak dan memulihkan sampai ke akar-akarnya. Regulasi yang mengatur persamaaan hak dan kewajiban sebagai warga negara tanpa ada ras atau SARA di dalamnya.
Mengubah sikap rasis menjadi kebersamaan
Untuk memulihkan perilaku ini yakni dengan membangun perubahan bersama. Perubahan yang menganggap semua orang adalah sama di mata hukum. Sikap saling menghormati dan saling menghargai antar etnis perlu dikedepankan. Rasis terjadi bukan hanya pada suku saja, bisa mengarah pada agama, budaya, dan kelompok.
Inilah yang harus dikendalikan dan bukan dibiarkan tumbuh subur dengan dalih demokrasi. Perlunya menghadirkan Undang-Undang anti SARA atau anti Rasis dalam kehidupan bangsa. Patut dicermati bahwa ekonomi suatu negara terbentuk oleh kerjasama semua suku. Artinya tak ada etnis yang dominan atau berpengaruh dalam kemajuan bangsa.
Suatu produk hukum yang mengatur keberagaman masyarakat secara menyeluruh. Tentunya kelak muncul pertentangan dari warga mayoritas tapi perilaku ini harus direduksi. Direduksi step by step hingga akhirnya hilang dari dunia plus menikmati kebersamaan. Apakah ini mudah ? Kembali lagi kepada pemerintah federal dan masyarakat yang bersangkutan.
Aparat negara juga harus bersikap dewasa untuk tidak latah terhadap perilaku SARA. Maksudnya tidak memihak masyarakat mayoritas dan mengacuhkan warga minoritas. Apabila ini terjadi, maka kelak terlihat kesenjangan sara yang berat sebelah. Dampak buruk yang terjadi adalah menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.
Proses menghilangkan sikap SARA di Amerika Serikat bisa terlaksana dengan cermat. Saatnya mengubah pola pikir bahwa warga minoritas bukanlah kasta terendah. Mencerdaskan masyarakat bahwa warga mayoritas bukan kasta tertinggi. Semua kasta berlaku sama dan bisa mensinergikan secara kolaboratif dan koordinatif.
Melakukan pembangunan yang berkarakter anti SARA harus digaungkan. Mengatasi konflik merupakan investasi pembangunan manusia yang tidak sedikit. Mensimbolkan kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menghilangkan semua bentuk kasta secara adil. Plus meningkatkan peradaban manusia ke tingkat yang lebih tinggi.
Tarik Tambang Dalam Permusuhan Antara Republik Dan Demokrat
Terkadang, perselisihan adalah hal yang dianggap lumrah bagi sebagian orang. Meskipun banyak yang tidak menyukai adanya konflik terbuka, namun perselisihan tetaplah sesuatu yang sukar untuk dihindarkan. Tak perlu jauh-jauh untuk melihat contohnya, perhatikan saja tetangga sekitar Anda. Mungkin ada salah satu atau beberapa yang memiliki perselisihan antara satu dan yang lainnya hanya karena masalah-masalah yang terkesan ‘sepele’.
Namun tulisan ini tidak mengajarkan Anda untuk kepo dengan urusan tetangga. Biarlah urusan itu berjalan sebagaimana mestinya dengan menganggap bahwa semua yang terlihat tampak baik-baik saja di luarnya.
Perselisihan antar tetangga adalah contoh yang relatif sangat sederhana. Jika Anda ingin menikmati perselisihan yang lebih rumit penuh scenario tingkat tinggi, lihat saja perseteruan antara Red States dan Blue States yang hampir selalu terjadi setiap tahunnya seiring dengan semakin dekatnya pemilu di Amerika Serikat sana.
Ada bumbu-bumbu menarik dalam ‘perseteruan’ politik untuk menentukan masa depan Negara Adidaya Dunia tersebut. Persaingan antara Si Biru pendukung Partai Demokrat dan Si Merah pengusung Partai Republik menjadi semakin elok untuk disaksikan lantaran menyerupai perlombaan tarik-tambang dalam acara 17-an.
Kaki Mencencang, Tangan Menarik
Untuk memainkan tarik-tambang, kaki harus mencencang dan tangan saling menarik untuk mempertahankan diri agar tidak mudah jatuh. Sepertinya hal ini jugalah yang dilakukan oleh kedua kubu di Pemilu Amerika itu. Masing-masing kubu mencencangkan kakinya kuat-kuat dan tangan menarik untuk bisa memberikan pengaruh dan dukungan yang positif dari masing-masing rakyat di Negara bagian.
Kita semua tahu, ini adalah kuda-kuda yang sangat kuat dalam perlombaan tarik tambang. Kuda-kuda yang baik adalah pondasi yang baik untuk bisa memenangkan pertandingan. Rasanya ini jugalah yang dipahami oleh Si Biru Dan Si Merah. Keduanya memasang kuda-kuda terbaik mereka untuk memenangkan pengaruh rakyat Amerika sehingga calon presiden yang mereka usung dapat naik tahta menjadi penghuni Gedung Putih.
Sorakan Semakin Keras Akan Membuatnya Memanas
Sangat pas seperti pada permainan tarik-tambang. Semakin keras sorakan pendukung, akan semakin membuat pertentangan kedua kubu yang bermain pun menjadi semakin keras. Hal ini pula yang membuat perseteruan antara kubu Partai Demokrat dan Partai Republik menjadi semakin menarik untuk disimak.
Lontaran serangan dari satu kubu ke kubu lainnya ketika masa kampanye berjalan, akan membuat persaingan diantara kedua pengusung Capres ini menjadi semakin menarik. Perseteruan antara kedua kubu akan semakin epik jika dibumbui dengan adanya suara-suara dari jajak pendapat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga independen di Amerika. Suara-suara ini akan semakin menggema dan membuat arus politik menjadi semakin membuncah.
Dukungan dan ‘serangan’ kepada kubu lawan memang hal yang ‘tidak disalahkan’. Namun memang perlu diketahui batas-batas yang sesuai agar tidak semakin menimbulkan kegaduhan yang justru merusak etika dan esensi dari pemilu itu sendiri. Menghindari penyerangan fisik dan urusan pribadi adalah hal mendasar yang seharusnya dipahami oleh orang-orang yang terjun dalam dunia politik.
Menang Tanpa Harus Menjegal
Dalam permainan tarik tambang, pemenang adalah kubu yang mampu membuat jatuh lawan dengan cara menarik di depannya. Bukan malah menjegal dan melukai dari belakang. Demokrat dan Republik harus mendapatkan kemenangan dengan cara menarik suara dari para pemilih potensial mereka di Negara Merah, Negara Biru, dan juga Swing State yang belum memutuskan kemana akan memberikan suara mereka.
Kedua kubu haruslah saling menarik pendukung mereka dengan kuat-kuat lewat serangkaian janji dan program yang memang dikhususkan untuk bisa mengentaskan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Amerika. Bukan malah saling menjegal dengan kekerasan yang tidak memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang ada dihadapi oleh tiap-tiap penduduk negeri.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Kemenkumham Sinergikan Strategi Kehumasan untuk Pelayanan Informasi Publik yang Prima
Kamis, 25 November 2021 06:34 WIBDubes Al Busyra Tidak Jadi Paparkan Indonesia
Senin, 21 Juni 2021 07:07 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler