Indonesia Saatnya Move On, Jadi Raja Baterai Kendaraan Listrik

Kamis, 7 Januari 2021 22:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak media sudah menulis Indonesia kelak akan menjadi raja baterai listrik di dunia. Namun, publik masih mempertanyakan usaha apa saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk menyambut era mobil listrik itu? Indonesia, saatnya move on!

Tempo hari, saya membaca sebuah postingan tulisan di Facebook. Sederhana dan menarik, itulah yang pertama kali dipikirkan setelah membaca tulisan yang ditulis oleh Muhanto Hatta. Di tahun 2030 mendatang, Indonesia tidak lagi menggunakan kendaraan dengan bahan bakar minyak (BBM) melainkan beralih ke kendaraan listrik. 

Media-media sudah menyebarluaskan tentang mimpi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan menjadi raja produsen baterai listrik. Bukannya tidak mungkin, semesta sudah mendukungnya dengan melimpahnya mineral nikel di Tanah Air. Di mana komponen utama baterai lithium yaitu nikel. Presiden RI, Joko Widodo nampaknya sudah melihat dunia ke depan di era mobil listrik, tidak ingin mengulangi kesalahan di PT Freeport pada waktu lampau, jangan heran kalau dirinya menetapkan larangan ekspor bijih nikel per tahun 1 Januari 2020.

Presiden Joko Widodo tidak ingin Indonesia berdiam di tempat, cukuplah bertahun-tahun lamanya Indonesia menjadi pengekspor bahan mentah. Coba bayangkan saja, kita bisa menambah keuntungan lebih ketika bijih nikel diproduksi menjadi baterai lithium dibandingkan hanya menjual bijih nikelnya saja. Tanah Air punya sumber dayanya, teknologi yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai lithium sedang diupayakan oleh pemerintah dengan menarik investor lokal dan asing sebanyak-banyaknya agar mau berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik.

Pemerintah sudah mencari jalan terbaik dalam membangun perekonomian negara, tapi ada saja negara-negara besar di dunia yang terbiasa mengimpor bahan baku dari Indonesia merasa terancam dengan adanya larangan ekspor bijih nikel. Jika mau mendapatkan bijih nikel, mereka harus mau membeli baterai listrik yang diproduksi oleh Indonesia. 

Larangan ekspor ini membuat Uni Eropa mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang kebijakan Joko Widodo terkait larangan ekspor bijih nikel. Lewat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 16 Desember 2019 lalu, Joko Widodo mengaku tidak takut dengan gugatan Uni Eropa tersebut, justru dirinya yakin bahwa Indonesia mampu menjadi produsen baterai listrik di masa mendatang. “Barang barang kita, nikel nikel kita, mau ekspor mau enggak, suka-suka kita. Ya, enggak?” ujar Joko Widodo. 

Sudah saatnya rakyat Indonesia melek dan bangun dari masa lalu. Investor asing yang berdatangan bukan berarti ingin menjajah negeri. Business to business (B2B) justru membuat tenaga kerja kita mendapatkan skill dan knowledge baru. Tidak mau kan kita gagal move on dari masa lalu?

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler