Pers yang Sehat dan Bebas Itu Kebutuhan Kita
Senin, 11 Januari 2021 05:59 WIB![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2019/12/31/f201912311056274.jpg)
Iklan
![img-content](https://webtorial.tempo.co/mulyana/indonesiana/desktop/assets/image/ads/adsartikel.png)
Masyarakat sebagai pemilik kebebasan pers itu boleh ikut mengawasi institusi pers atau media yang meminjam-pakai kebebasan pers itu. Ikut menjaga agar pers berkembang sehat. Sebaliknya kita harus juga menyokong kerja pers yang benar.
![](https://www.indonesiana.id/images/all/2021/01/10/f202101101230283.jpg)
1. KEBEBASAN pers itu milik siapa? Milik masyarakat. Masyarakat membutuhkannya. Media, institusi yang dikelola oleh perusahaan pers itu, meminjamnya dari masyarakat dan memakainya untuk melayani publik, kepentingan umum, melayani masyarakat. Begitu yang saya yakini sebagai jurnalis, yang diajarkan oleh guru-guru saya, juga pengalaman yang saya praktikkan.
2. JURNALIS atau wartawan, dari reporter hingga pemimpin redaksi, adalah orang yang melaksanakan kegiatan jurnalistik secara rutin, menghasilkan karya jurnalistik. Itu kata UU Pers. Rutin? Medianya terbit secara rutin, berkala, teratur. Saya masih menyebut diri jurnalis. Harusnya tak boleh karena saya tak punya media dan tak lagi rutin menghasilkan produk jurnalistik. Sesekali saja. Tak rutin. Kan ada wartawan freelance? Mungkin itu bisa, tapi tetap saja harus rutin, bebas di mana saja.
3. JURNALISTIK bagi saya adalah metode. Sebuah manual kerja mengumpulkan fakta dan mengolahnya. Definisi jurnalistik di UU Pers memang begitu: kegiatan mencari, menemukan, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyajikan informasi lewat berbagai saluran. Atau 6M.
4. Berbagai saluran? Ya, cetak, suara, suara dan gambar, atau gabungan semua yang dimungkinkan jalan digital. Saluran manapun, metode jurnalistik itu pada dasarnya sama, ukuran terpuji atau lancungnya sama. Dipakai dengan benar atau disalahgunakan juga bisa dilihat dengan cara yang sama. Kode etiknya sama.
5. Kita membutuhkan jurnalisme yang bebas. Pers yang sehat. Masyarakat sebagai pemilik kebebasan pers itu boleh ikut mengawasi institusi pers atau media yang meminjam-pakai kebebasan pers itu. Ikut menjaga agar pers berkembang sehat. Sebaliknya kita harus juga menyokong kerja pers yang benar. Menjaga independensinya dengan membeli produk pers yang bagus. Saya melakukannya dengan berlangganan Tempo digital. Murah. Simpel. Tak ada kertas menumpuk yang dibuang sayang, disimpan memenuhi gudang.
Permakluman: catatan ini tak ditaja oleh perusahaan pers manapun.
![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/profile-default.jpg)
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Metode Pengambilan Keputusan yang Rasional dalam Memilih Presiden
Selasa, 9 Maret 2021 06:46 WIB![img-content](https://img.tempo.co/indonesiana/images/all/2020/12/26/f202012262055197.jpg)
Pembajakan Partai Demokrat dan Pendidikan Politik
Senin, 8 Maret 2021 06:51 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler