Budaya Produktif, Inovatif, dan Kreatif Pemimpin Negeri ini Apa?

Senin, 18 Januari 2021 06:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah produktif hal negatif, tak inovatif dan tak kreatif memang sengaja dibikin tradisi agar rakyat tetap bodoh dan negeri ini terus dijajah oleh penjajah nonkolonialisme?


Dalam berbagai bidang, negara lain terus berlomba-lomba dalam hal produktivitas inovatif dan kreatif untuk kemajuan bangsa dan negara demi amanah mensejahterakan rakyatnya. Meski tetap ada konflik dan masalah, rasanya tidak seproduktif masalah dan kisruh di Indonesia.

Lebih dari itu, masalah-masalah di mancanegara, bila kita ikuti pemberitaan di media massa juga tak melulu tentang kisruh dan berseteru antar rakyat yang dibenturkan demi kepentingan.

Tidak seperti di negeri Katulistiwa ini, yang terus terjerembab dalam ketertinggalan pendidikan, tertinggal dalam kreativitas dan inovasi, yang kaya tambah kaya, yang miskin semakin miskin.

Sudah begitu, kini juga sangat jelas rakyat mana yang akan sangat mudah di bela dan dilindungi, dan rakyat golongan mana yang akan sangat mudah dibuat berperkara hingga masuk penjara.

Semua ini terjadi apa pasalnya? Di antara sebab yang mengemuka di masyarakat adalah karena para elite partai yang menjadi pemimpin di negeri ini tak lagi dapat berdiri di atas kaki sendiri. Selain memanfaatkan suara rakyat, mereka juga sudah terbudaya disuapi dan mau enaknya, hingga bicara korupsi, kolusi, dan nepotisme pun terus menjadi simponi.

Hebatnya lagi, sudah tak mau kehilangan yang bukan milik, harga diri dan rasa malu pun dibuang. Sehingga harapan muncul teladan dan panutan untuk rakyat, terus jauh panggang dari api.

Buntutnya, rakyat pun terimbas hanya menjadi bangsa pemakai produk bangsa lain karena jauh dari kata- kata produktif-kreatif-inovatif karena pondasi.pendidikannya terus tertinggal.

Buntut lainnya, di tengah pendidikan yang rendah, rakyat pun terus dijadikan alat, dijadikan kambing hitam, hingga dijadikan kendaraan kepentingan demi tercapai maksud tujuan yang memiliki kekuasaan atas nama kepentingan.

Rakyat dibenturkan, dikorbankan, diadu domba dengan skenario-skenario klasik yang sangat mudah dibaca dan ditebak arahnya.

Produk-produk Undang-Undang dan kebijakan pun dilahirkan demi kepentingan dan keuntungan, tapi untuk para taipan dan golongannya, bukan untuk kesejahteraan dan keadilan untuk rakyat.

Mana yang sekarang bisa diteladani di tengah Covid-19 masih terus mengganas di negeri ini? Setiap waktu, negeri ini sangat produktif dalam hal kisruh dan masalah yang sengaja di picu dan disulut demi membentengi kepentingan yang harus terwujud dan diwujudkan.

Sungguh, negeri ini kini sangat produktif dalam berbagai hal yang tidak edukatif namun terus disuguhkan dan sengaja disebar untuk konsumsi rakyat demi menggeser opini.

Kapan bangsa ini benar-benar akan sadar diri, lalu bangkit membangun dalam arti sebenarnya demi mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan yang rela berkorban darah dan nyawa demi bangsa ini bebas dari penjajahan kolonialisme.

Bukan produktif membikin skenario demi kepentingan yang di dalamnya kental dengan kisruh, perseteruan, saling melapor dan mengadu, main tangkap atau membiarkan tak ditangkap suatu pihak, saling nyinyir, saling ancam, saling hujat, dan lain sebagainya hingga tak tahu batas ujung masalah akan tuntas.

Apakah produktif hal negatif, tak inovatif dan tak kreatif memang sengaja dibikin tradisi agar rakyat tetap bodoh dan negeri ini terus dijajah oleh penjajah nonkolonialisme?

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua