x

Aktivitas sejumlah warga dan anak-anak Kampung Badran, Yogyakarta, di kolam mata air di tepi Sungai Winongo, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Iklan

Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 Maret 2021

Kamis, 18 Maret 2021 15:32 WIB

Air Swadaya di Bekas Kampung Preman Jogja

Badran adalah salah satu kampung di Kota Yogyakarta yang lama menyandang stigma sebagai kampung preman. Sejarah pelabelan itu cukup panjang. Tetapi sejarah berubah, juga wajah kampung Badran. Kampung ini memiliki keunggulan dari kampung lain, yakni kemandirian warga dalam menyediakan air bersih untuk. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat mengetikkan kata "Badran" di mesin pencari, sejumlah artikel akan muncul. Sebagian artikel itu membahas tentang kampung preman yang ada di Kota Yogyakarta. Stigma tentang Badran sebagai kampung preman masih belum seutuhnya hilang.

Badran adalah salah satu kampung di wilayah Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Hingga beberapa tahun lalu kampung itu sering dilabeli sebagai kampung preman. Sejarah pelabelan itu cukup panjang. Tapi, bukan itu yang akan dibahas kali ini.

Meski sempat mendapatkan label itu, Kampung Badran memiliki keunggulan dari sejumlah kampung lain di Yogyakarta, yakni kemandirian warga dalam menyediakan air bersih untuk mereka sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kampung Badran terletak di tepi Sungai Winongo, dan memiliki satu mata air yang jernih di wilayahnya. Mata air itu digunakan untuk mandi dan mencuci, bahkan sejak beberapa tahun terakhir, air dari mata air tersebut digunakan sebagai sumber air bersih warga.

Warga secara swadaya mengelola air dari mata air tersebut. Mereka menggunakan pompa untuk mengalirkan air menuju rumah-rumah mereka. Saat ini sudah puluhan rumah yang berlangganan air swadaya tersebut. Tarif per meter kubiknya jauh di bawah tarif air PDAM.

Pengelola air bersih swadaya mematok harga Rp20 ribu untuk penggunaan 0 hingga 20 meter kubik. Jika pemakaian di atas 20 meter kubik, tarifnya Rp1.250 per meter kubiknya.

Seorang tokoh masyarakat setempat, Sariman, 53 tahun, menjelaskan, sumber mata air tersebut pernah diteliti. Hasilnya, air itu sangat layak untuk dikonsumsi dan dijadikan sebagai sumber air bersih.

"diketahui bahwa sumber air dari mata air di pinggir sungai sangat layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat," kata Sariman beberapa waktu lalu.

Selain dialirkan ke rumah-rumah pelanggan, sebagian air dari mata air tersebut ditampung dalam dua kolam di tepi sungai. Air kolam itu digunakan untuk keperluan mencuci dan mandi warga.

Kata dia, berdasarkan hasil asesmen pada tahun 2009, debit air dari mata air tersebut mampu mencukupi kebutuhan 350 keluarga. Tapi, saat ini baru sekitar 98 keluarga yang menggunakannya. Hampir seluruh pelanggan air bersih itu tinggal di daerah ledok atau dataran rendah di sekitar sungai.

Untuk mengalirkan air ke runah warga yang tinggal di daerah lebih tinggi, pengelola terkendala kekuatan pompa. Mereka membutuhka pompa dengan kapasitas dan kekuatan lebih besar.

#HariAirDuniaXXIX2021
#SigapMembangunNegeri #MengelolaAirUntukNegeri

Ikuti tulisan menarik Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu